Minggu, 04 Agustus 2013

Saya Benci Petasan!!!

Duar, duar. der, doorrr!!! Pernahkan kaget ketika mendengar suara letusan. Bukan letusan tembakan atau bom, tapi ini adalah 'bibit' bom. Ya kalau yang belum pernah merasakan miniatur bom seperti apa bisa dekat-dekat dengan petasan. Atau yang ingin menjadi 'pengantin' seperti awak-awak teroris bisa itu main-main dengan petasan. Bagi saya, petasan adalah awal mula kita memainkan bom. Jujur saya cukup kesal dan emosi ketika mendengar suara petasan yang mengagetkan. Emang  sih, tidak ada petasan yang tidak membuat kaget. Jujur ketika kecil saya juga pernah memainkan petasan, sampai saya merasakan ledakan petasan terjadi persis di depan mata, untung saja tidak berakibat fatal. Sejak saat itu saya mengatakan berhenti untuk main-main dengan yang namanya petasan.

Beberapa tahun belakangan ini petasan sudah jadi bahan yang dilarang beredar di masyarakat. Terutama sejak kasus peledakan bom oleh teroris berjubah. Razia demi razia dilakukan pihak keamanan untuk membatasi peredaran petasan, namun tetap saja produksi dan distribusinya berjalan, karena memang tingkat konsumsi petasan masyarakat kita juga tinggi. Konsumsi yang tinggi terhadap petasan ini banyak ditemui dari anak-anak kecil sampai orang dewasa yang memainkan petasan, entah di jalan, di lapangan atau dimana saja ketika mereka punya uang untuk dibelikan. Mereka sepertinya tidak eman-eman membelanjakan uang untuk membeli sebuah petasan, kepuasan terbayarkan ketika melihat suatu ledakan, apalagi kalau bisa membuat orang kaget. Sungguh bagi saya ini benih atau bibit 'pengantin' pelaku terorisme. Karena sedari kecil sudah dibiasakan melihat ledakan dan menjadi eksekutor ledakan serta senang ketika melihat orang lain terkaget-kaget.

Sungguh saya dibuat kesal ketika melihat anak-anak kecil bermain petasan dan meledakannya di sembarang tempat, tergantung kesukaan mereka, setelah itu mereka bersorak kegirangan. Sungguh ironis, padahal di sudut lain ada orang tua atau orang lain yang jantungnya hampir copot mendengar ledakan petasan yang mereka mainkan. Ironis lagi ketika dilakukan di sebuah lapangan dekat dengan tempat ibadah, masjid misalnya. Ketika orang-orang sedang teraweh, eh anak-anak bermain petasan, suara ledakan petasan jelas mengganggu kekhusukan beribadat. Belum lagi nanti setelah shalat hari raya, pasti petasan dibunyikan sembarangan. Padahal ada di masjid lain ada umat yang masih beribadat. Sungguh tindakan yang tak terpuji, namun masih saja dibiarkan atau mungkin dibina.

Pembinaan yang positif harusnya sudah mulai dilakukan di tingkat keluarga, kemudian tingkat yang lebih tinggi masyarakat, bisa melalui ceramah agama atau cara lain yang lebih 'keras' mendidik bahwa bermain petasan itu adalah tindakan yang tidak terpuji. Penggunaan petasan secara sembarangan adalah suatu tindakan yang tidak boleh dilakukan, apalagi oleh anak-anak dibawah umur. Petasan sewajarnya digunakan untuk acara-acara tertentu saja, misalnya diadat Betawi ada penggunaan petasan untuk ritual tertentu, kemudian masyarakat Tionghoa ketika imlek atau acara pernikahan. Di sanalah penggunaan petasan yang dianggap wajar, tidak lebih dari itu, yang justru tak membawa manfaat apa-apa. Paling manfaat keuntungan dari si produsen dan distributor petasan tersebut.

Sudah banyak korban jiwa akibat penggunaan petasan yang salah, dari tingkat konsumen, distributor sampai produsennya. Bahayanya ya meledak, kebakaran, serta korban jiwa bisa saja meninggal atau harus diamputasi. Mengerikan bukan? Sama seperti korban dari ledakan bom. Jadi sekali lagi wajar jika saya mengatakan bahwa petasan adalah bibit dari bom. Malah saya sampai senang melihat korban jiwa pelaku-pelaku petasan, dalam hati berkata, "Syukurin, mampus lu!!!" Apalagi kalau ada yang diamputasi, karena itu imbalan yang cukup agar mereka jera tidak menggunakan petasan untuk kesenangan atau kepuasan sesat.

Penggunaan petasan yang salah lebih dominan ketika menjelang hari raya, atau pas hari raya, kemudian ketika momen tahun baru, bahkan malah har-hari biasa dimana tidak ada momen apa-apa. Mereka pengguna petasan dengan mudah membeli petasan, di kaki lima. Padahal kalau dirazia selalu pedagang berdalih hanya menjual kembang api, tapi nyatanya masih aja ada suara "Duarm der, dor!" dari kejauhan. Kalau kembang api sih semua orang juga tahu dan memang ada suara yang mengagetkan juga, namun masih ada efek keindahan yang bisa dinikmati, dibandingkan petasan yang hanya meledak sesaat dan mengagetkan. Alih-alih berbagi rejeki, tapi efek negatifnya menjalar kesemua orang. Lalu sampai kapan kebiasaan buruk ini akan terus berjalan? Ketegasan pihak keamanan dalam menegakan aturan jadi sangat penting. Selama masih ada petasan beredar, mungkin sumpah serapah untuk korban dari pelaku pemain petasan akan terus terucap. Karena mereka lebih puas atau jera ketika sudah menjadi korban daripada sebelum menjadi korban mereka sadar. Jadi karena itu pilihan anda, rasakan akibatnya bermain petasan. "Mampus saja sekalian meledak bersama petasan yang kamu mainkan!!!"

Wiskun: Es Sop Timun Suri

Bulan puasa selalu berbeda dari bulan-bulan biasa setiap tahunnya. Meski kami bukan yang menjalani ibadah di bulan tersebut, namun suasana di bulan puasa bisa menjalar ke semua orang. Bukan soal tidak bisa makan di tempat umum, tetapi lebih ke variasi kuliner yang bisa dinikmati di bulan puasa ini, ya terutama ketika akan berbuka. Dikatakan ketika puasa sih harusnya bisa lebih irit, tapi nyatanya tidak juga, justru di bulan puasa ini pengeluaran relatif lebih besar, karena di bulan ini pula sebagian orang yang berusaha berdagang makanan untuk berbuka mendulang rupiah yang tidak sedikit. Banyak menu-menu kuliner yang dijajakan ketika bulan puasa. Sering juga dikenal dengan namanya takjil. Entahlah arti pastinya apa, yang jelas yang saya pahami adalah menu awal untuk berbuka, berupa kuliner yang manis. Ragamnya macam-macam, dan banyak dijumpai di jalanan ketika menjelang waktu berbuka.


Omong-omong soal takjil ini, keluarga saya juga mempersiapkannya, meski kami tidak menjalankan ibdah puasa. Kebetulan nyokap senang buat olahan makanan, ya dari yang sifatnya sederhana sampai yang ribet. Kemarin sore (2/8), nyokap membuat takjil yang saya namai "es sop timun suri". Soalnya saya tidak tahu lagi menamai aoa, karena tidak ada nama paten untuk itu. Kebetulan isi dari kuliner yang dibuat itu hanya timun suri, lalu jus sirsak yang dicampur jadi satu, plus susu dan sedikit gula.

Timun suri memang cukup terkenal di bulan puasa, ya karena buah satu ini cukup segar bila diolah menjadi menu takjil, bisa untuk sop buah, coctail dll. Mengomentari soal timun suri, saya ingat tahun lalu atau dua tahun lalu. Timun suri ramai dijajakan penjual di kiri kanan jalan, ketika itu saya masih di ibukota, Depok dan Jakarta. Banyak pedagang yang menjual timun suri di jalanan, warna buahnya cukup menggoda, hijau kekuningan yang cerah, sehingga ketika dijajakan di pinggir jalan terlihat sekali rasa segarnya jika dikonsumsi. Memangg cocok menjadi menu penggoda ketika di bulan puasa, apalagi mantab jadi menu berbuka puasa. Warna hijau kekuningan yang cerah itu sudah bisa dipastikan ketika dari kejauhan, pasti itu timun suri. Nah yang berbeda di tahun ini, saya tidak melihat timun suri seperti yang dulu, warna hijau kekuningan sudah tak terlihat lagi. Bukan karena timun surinya tidak ada, timun surinya ada, hanya warnya tak serah dulu. Timun suri yang dijual sekarang kecil buahnya, memang ada yang besar, namun warnanya sekarang cenderung pucat, putih kehijauan. Sehingga ketika kita melihat dari jauh, sulit meyakinkan bahwa itu adalah timun suri. Saya pikir, timun suri begitu karena pengaruh cuaca, karena tahun ini kemarau basah tak kunjung usai. Sedangkan timun suri maksimal panen ketika musim kemarau. Mungkin karena itu banyak petani yang memanen lebih awal untuk mencegah buahnya busuk atau gagal panen, sehingga efek hijau kekuningan tidak terlihat jelas. Rasanya sih tidak berbeda, tetap manis.

Menu takjil es sop timun suri buatan nyokap bisa dilihat di foto yang saya ambil di meja makan. Tidak jelas tapi lumayan untuk dokumentasi. Jadi ketika saya tak bisa pulang, saya bisa melepas kangen dengan membaca postingan ini dan melihat gambar yang saya sajikan. Sekian catatan saya di pos tentang wisata kuliner, meski saya tidak berwisata kuliner karena ini kuliner buatan sendiri, tapi tidak apa karena tidak jauh dengan kuliner. Jika ada yang mau mencoba es sop timun suri ini bisa berwisata ke rumah saya. ha3x, sekian, sampai jumpa di postingan tentang kuliner lainnya. "Yummmy"

Sabtu, 03 Agustus 2013

Wiskun: Es Sop Timun Suri

Bulan puasa selalu berbeda dari bulan-bulan biasa setiap tahunnya. Meski kami bukan yang menjalani ibadah di bulan tersebut, namun suasana di bulan puasa bisa menjalar ke semua orang. Bukan soal tidak bisa makan di tempat umum, tetapi lebih ke variasi kuliner yang bisa dinikmati di bulan puasa ini, ya terutama ketika akan berbuka. Dikatakan ketika puasa sih harusnya bisa lebih irit, tapi nyatanya tidak juga, justru di bulan puasa ini pengeluaran relatif lebih besar, karena di bulan ini pula sebagian orang yang berusaha berdagang makanan untuk berbuka mendulang rupiah yang tidak sedikit. Banyak menu-menu kuliner yang dijajakan ketika bulan puasa. Sering juga dikenal dengan namanya takjil. Entahlah arti pastinya apa, yang jelas yang saya pahami adalah menu awal untuk berbuka, berupa kuliner yang manis. Ragamnya macam-macam, dan banyak dijumpai di jalanan ketika menjelang waktu berbuka.


Omong-omong soal takjil ini, keluarga saya juga mempersiapkannya, meski kami tidak menjalankan ibdah puasa. Kebetulan nyokap senang buat olahan makanan, ya dari yang sifatnya sederhana sampai yang ribet. Kemarin sore (2/8), nyokap membuat takjil yang saya namai "es sop timun suri". Soalnya saya tidak tahu lagi menamai aoa, karena tidak ada nama paten untuk itu. Kebetulan isi dari kuliner yang dibuat itu hanya timun suri, lalu jus sirsak yang dicampur jadi satu, plus susu dan sedikit gula.

Timun suri memang cukup terkenal di bulan puasa, ya karena buah satu ini cukup segar bila diolah menjadi menu takjil, bisa untuk sop buah, coctail dll. Mengomentari soal timun suri, saya ingat tahun lalu atau dua tahun lalu. Timun suri ramai dijajakan penjual di kiri kanan jalan, ketika itu saya masih di ibukota, Depok dan Jakarta. Banyak pedagang yang menjual timun suri di jalanan, warna buahnya cukup menggoda, hijau kekuningan yang cerah, sehingga ketika dijajakan di pinggir jalan terlihat sekali rasa segarnya jika dikonsumsi. Memangg cocok menjadi menu penggoda ketika di bulan puasa, apalagi mantab jadi menu berbuka puasa. Warna hijau kekuningan yang cerah itu sudah bisa dipastikan ketika dari kejauhan, pasti itu timun suri. Nah yang berbeda di tahun ini, saya tidak melihat timun suri seperti yang dulu, warna hijau kekuningan sudah tak terlihat lagi. Bukan karena timun surinya tidak ada, timun surinya ada, hanya warnya tak serah dulu. Timun suri yang dijual sekarang kecil buahnya, memang ada yang besar, namun warnanya sekarang cenderung pucat, putih kehijauan. Sehingga ketika kita melihat dari jauh, sulit meyakinkan bahwa itu adalah timun suri. Saya pikir, timun suri begitu karena pengaruh cuaca, karena tahun ini kemarau basah tak kunjung usai. Sedangkan timun suri maksimal panen ketika musim kemarau. Mungkin karena itu banyak petani yang memanen lebih awal untuk mencegah buahnya busuk atau gagal panen, sehingga efek hijau kekuningan tidak terlihat jelas. Rasanya sih tidak berbeda, tetap manis.

Menu takjil es sop timun suri buatan nyokap bisa dilihat di foto yang saya ambil di meja makan. Tidak jelas tapi lumayan untuk dokumentasi. Jadi ketika saya tak bisa pulang, saya bisa melepas kangen dengan membaca postingan ini dan melihat gambar yang saya sajikan. Sekian catatan saya di pos tentang wisata kuliner, meski saya tidak berwisata kuliner karena ini kuliner buatan sendiri, tapi tidak apa karena tidak jauh dengan kuliner. Jika ada yang mau mencoba es sop timun suri ini bisa berwisata ke rumah saya. ha3x, sekian, sampai jumpa di postingan tentang kuliner lainnya. "Yummmy"

Kamis, 01 Agustus 2013

Hidup Kembali Setelah Mati

Pasti ada yang bertanya-tanya membaca judul di atas. "hidup kembali setelah mati". Bagi yang beragama pasti mempercayai hal ini, bahwa setelah kematian akan ada kehidupan lain di sana, entah di sana itu dimana, sulit memang dibuktikan dengan penjelasan berbahan dasar logika, namun bagi yang percaya akan Tuhan meyakini demikian.  Saya pun termasuk orang yang percaya akan kehidupan setelah kematian. Jadi ketika membaca judul "hidup kembali setelah mati" ya bayangan sudah pasti tertuju pada janji Tuhan yang disampaikan kepada manusia bahwa akan ada kehidupan setelah kematian. Untuk itulah kita diajak untuk tidak takut akan kematian.

Saya terbersit membuat postingan ini karena tertarik pada sebuah artikel dari media online yang berjudul "20 Tahun Lagi, Orang yang Sudah Mati Dapat Dihidupkan Keesokannya". Buat saya artikel tersebut menarik, menambah khasanah ilmu pengetahuan. Namun buat mereka yang memegang prinsip-prinsip Ketuhanan mungkin ada perdebatan. Alasannya, kematian adalah hak yang kuasa, ketika ada yang sudah meninggal itu adalah takdir, kalau bisa dhidupkan kembali, lalu bagaimana? Apakah melawan takdir? Mungkin sekarang belum ramai diperdebatkan, karena dijudul artikel itu tertulis '20 tahun lagi', mungkin ketika sudah mendekati baru ramai perdebatannya.

Pada artikel tersebut tertulis, bahwa proses menghidupkan orang yang sudah mati ini bisa dilakukan oleh medis, dalam hal ini yang berkompeten adalah seorang dokter. Dikatakan bahwa seorang dokter dapat mengembalikan nyawa seseorang yang sudah dinyatakan meninggal. Dokter menggunakan teknik yang dinamakan resusitasi. Tak banyak dokter yang berkecimpung di bidang ini, salah satunya bernama dr. Sam Parnia. Sang dokter menjelaskan bahwa tekniks resusitasi akan mencapai puncaknya dalam 20 tahun kedepan, dalam bukunya yang berjudul "Eerasing Death".

Berdasarkan keyakinan di agama saya yang seorang Kristiani, yang bisa melakukan ini hanya Yesus Kristus melalui kuasa Bapa Nya di Surga. Ketika Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian. Tetapi kini, medis coba menjelaskannya dengan ilmu pengetahuan. Akankah jadi perdebatan? Ini baru dilihat dari sudut padang satu agama, lalu bagaimana agama lain menanggapi hal ini? Perdebatannya tentunya belum bisa dilihat sekarang, ketika topik ini belum diangkat untuk diperbincangkan. Tapi suatu saat pasti akan menarik untuk diketahui.

Menurut dr. Sam Parnia pengobatan yang ada saat ini memungkinkan membuat orang hidup kembali dalam waktu satu atau mungkin dua jam atau mungkin bisa lebih setelah jantungnya berhenti berdetak dan mati akibat gagalnya peredaran darah. Dan hal ini akan lebih baik di masa depan, dimana kematian bisa dibalikan. Bahkan sang dokter juga menyebutkan bahwa ilmu kedokteran dapat mengembalikan orang yang sudah 12 jam atau bahkan 24 jam setelah dinyatakan meninggal. Menurut artikel yang ditulis tersebut menunjukan bahwa rata-rata pasien serangan jantung yang bisa diresusitasi di AS adalah 18% dan di UK adalah 16%. Sedangkan pasien yang ditangani dr. Sam Parnia sendiri  kemungkinan pasien yang berhasil diresusitasi sekitar 33-38%. Angka yang cukup tinggi, untuk mengembalikan nyawa seseorang setelah mengalami kematian.

"Mungkin", masih jadi kata yang dipakai, "mungkin" menunjukan sesuatu yang belum pasti, baru akan. Hal ini menunjukan masih ada bentuk usaha yang dilakukan. Bisa saja ini tidak diperdebatkan, karena apa? Karena cara resusitasi sebenarnya adalah cara atau teknik terakhir yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang. Seorang dokter memang bertugas melawan takdir atau juga menyelaraskan takdir, jadi jika dilihat dari sisi ilmu pengetahuan bukan suatu hal yang bermasalah. Dokter akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan seseorang dari yang namanya kematian, umur hidup yang lebih panjang mayoritas akan dipilih semua orang, jadi hidup adalah sebuah pilihan jika seorang dokter bertugas menyelematkan seseorang. Ya balik lagi ke usaha manusia, Tuhan yang menentukan. Tapi buat kepercayaan yang mempunyai banyak aturan yang mengatur berbagai sendi kehidupan manusia pastinya punya pandangan lain lagi, belum lagi pandangan 'imam-imam' besar yang mereka miliki. Inilah yang saya katakan pada suatu saat ini hal ini akan jadi perdebatan apabila ada hal yang bertentangan dengan catatan aturan yang mereka miliki.

Di bawah postingan ini ada artikel yang jadi sumber catatan saya kali ini dan ada satu lagi artikel tentang beberapa kematian sesaat. Contoh-contoh di bawah hanya contoh kecil, banyak lagi orang yang bisa bangun lagi dari kematiannya, yang lebih dikenal dengan mati suri. Apakah sama atau berbeda dengan teknik resusitasi? Tapi dari pandangan saya sih kalau mati suri bisa hidup kembali tanpa bantuan medis apa pun, sedangkan resusitasi merupakan teknis medis. Lebih jelasnya bisa dicari informasinya. Apabila lain waktu saya mendapat informasi lebih lanjut saya akan share di postingan berikutnya. Semoga bermanfaat (^_*)?

 

Sumber informasi dan bacaan tambahan:

Health Detik. 08-2013. 20 Tahun Lagi, Orang yang Sudah Mati Dapat Dihidupkan Keesokannya. health[dot]detik[dot]com | diakses tanggal 1 Agustus 2013

Health Detik. 07-2013. Orang-orang yang Hidup Kembali Setelah Dinyatakan Mati. health[dot]detik[dot]com | diakses tanggal 1 Agustus 2013

Sabtu, 27 Juli 2013

Panbers - Gereja Tua

Ada lagi lagu yang enak dan asyik untuk didengarkan, meski bukan lagi yang lahir dimasa saya, namun lagi ini asyik didengarkan untuk sepanjang masa, liriknya sederhana dan mengena bisa jadi sarana nostalgia. Meski tidak mengalami seperti yang dialami kisah yang ada dilagu ini tapi paling tidak ada sedikit kemiripan.

Lagu ini berjudul Gereja Tua yang dipopulerkan oleh Panbers. Buat orang tua kita yang hidup dijamannya pasti mengenal lagi ini, dan jadi lagu kenangan buat mereka. Buat kita yang muda-muda ini sekedar menikmati dan mengamini bahwa lagu ini enak dan asyk didengarkan. Oleh karena itu saya coba cari liriknya dan saya catatkan di sini. Banyak sih laman di internet yang menampilkan lirik lagu ini, tapi saya ingin punya catatan pribadi, jadi ketika saya membutuhkan lirik lagu ini, mesin Google akan mempermudah saya menemukan catatan ini. Monggo disimak:

Gereja Tua
by Panbers
Masihkah kau ingat waktu di desa
Bercanda bersama di samping gereja
Kala itu kita masih remaja
Yang polos hatinya bercerita

Waktu kini tlah lama berlalu
Sudah sepuluh tahun tak bertemu
Entah dimana kini kau berada
Tak tahu dimana rimbanya

Reff:
Hanya satu yang tak terlupakan
Kala senja di gereja tua
Waktu itu hujan rintik-rintik
Kita berteduh di bawah atapnya
Kita berdiri begitu rapat
Hingga suasana begitu hangat
Tangan mu kupegang erat-erat
Kenangan itu slalu ku ingat

Biarpun saat ini kau telah berdua
Itu bukanlah kesalahan mu
Ku hanya ingin dapat bertemu
Bila bertemu puaslah hati ku
Bila bertemu puaslah hati ku

Stand Up Comedy Pilihan Hiburan Lain

Stand up comedy, kini jadi variasi hiburan komedi dalam bentuk lain, ditengah parodi komedi yang marak saat ini. Stand up comedy mulai dikenal ketika mendapat tempat disalah satu stasiun televisi nasional media pemberitaan, yaitu di MetroTV dan KompasTV. Stand up comedy dikenalkan sebagai komedi satu arah, atau komedi monolog. Sehingga sangat membutuhkan kreatifitas dan wawasan yang luas dari si pembawanya (komik). Tidak mudah sesorang komik membawakan stand up comedy ini. Karena si komik harus membawakan situasi humor dan mengajak penonton terbawa dengan kisah-kisah lucu yang dibawakan.

Ada banyak komik komedian yang sering muncul, dan mudah dikenal karena punya ciri tertentu yang familiar. Apa yang dibawakan harus mengalami perubahan, tidak itu-itu saja yang dibawakan sehingga penonton tidak bosan. Satu hal yang penting diperhatikan bahwa mengajak orang lain tertawa itu tidak mudah. Membuat tertawa dengan hiburan yang berkualitaslah yang sulit. Kebanyakan yang saya amati, topik yang dibawakan tidak jauh dari seks, aktivitas sehari-hari, hubungan pertemanan sampai pacaran, bisa juga hubungan keluarga, sampai hal-hal lain yang tidak terpikirkan didalam pikiran kita penonton bisa dibawakan jadi bahan komedi dalam stand up comedy.

Komik yang terkenal dan saya ingat itu ada Raditya Dika, Mongol, Cah Lontong, Sammy (gendut), Ge Pamungkas, Ryan Adriandhy, Gilang Bhaskara, Boris Bokir, Insan Nur Akbar, Budi Kusumah, Mo Sidik, Asep Suaji, Topenk, Kemal Palevi, Babe, Fico, Arie Kriting, Alphi Sugoi, Bene dll. Mereka punya nama dan ciri khusus agar mudah dikenal penontonnya.

Entahlah, apakah stand up comedy ini bisa jadi acuan seorang komedian berbakat di dunia komedi atau tidak, meski jam terbang di dunia komedi parodi sudah banyak, atau juga sebaliknya. Apakah seorang komik berbakat bisa menjadi seorang komedian parodi yang berbakat pula, atau sebaliknya seorang komedian parodi berbakat pasti bisa menjadi komik berbakat atau malah hanya salah satu saja yang menonjol? Untuk soal itu saya belum bisa menilainya, dan mungkin harus banyak mengamati sepak terjang dunia komedian terlebih dahulu.

Ada lagi komedian seperti Rowan Akinson, dia dikenal sebagai komedian gerak tubuh, atau juga Charlie Caplien. Mereka berkomedi tanpa banyak berbicara, gestur dan tingkah polah mereka jadi komedi unik untuk dinikmati, malah kita penonton diajak berimajinasi atas gestur dan tingkah pola mereka. Rowan Akinson dikenal dengan karakter Mr. Bean dan Charlie Caplien dikenal sebagai karakter pantomim. Mereka berhasil melekatkan karakter khusus yang diciptakan dalam diri mereka. Terutama Mr. Bean, banyak film layar televisi dan layar lebar yang dirilis, dan semuanya membuat banyak orang terhibur. Bahkan filmnya yang meski sudah diputar berulang-ulang tidak membuat kita bosan, dan tetap saja kita tertawa ketika melihat filmnya.

Stand up comedy bisa jadi pilihan hiburan lain untuk membuat kita sejenak refresh dari stres, setidaknya bisa membuat kita tertawa. Karena tertawa adalah obat atau terapi yang murah meriah untuk stres. Atau setidaknya stand up comedy bisa jadi bagian dari seni komedi yang sudah banyak macamnya, yang berkembang seiring perkembangan jaman. Maju terus buat seniman stand up comedy, bekreasilah dengan baik dan benar, ajaklah masyarakat jadi pribadi-pribadi humoris sehingga lebih humanis dan bersahabat, sehingga bisa jadi sumber keceriaan buat sesama. ~(^o^)~

 

> Postingan ini juga dipublish di Naturality dengan judul yang sama <

Jumat, 26 Juli 2013

Penertiban PKL Harus Dilakukan Sejak Dini

Pedagang kaki lima (PKL) selalu jadi musuh pemerintah daerah, selama ini begitulah yang terjadi. PKL dan pemerintah daerah tidak pernah bisa sinkron dan bekerja sama dengan baik. Kenapa? Kalau saya menilai karena sudah sejak awalnya hubungan mereka dimulai dari kemasabodohan. PKL memang akar ekonomi masyarakat kecil, mereka ini ibarat rumput liar yang muncul diantara ladang-ladang petani. Rumput-rumput liar ini dianggap mengganggu petani, tapi terkadang rumput-rumput liar yang ada bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. Intinya menyikapi masalah ini adalah tinggal bagaimana mengelolanya saja.

Saya punya pengamatan tersendiri melihat PKL ini. PKL bisa dikatakan pedagang-pedagang liar yang memanfaatkan tempat seadanya untuk berjualan, PKL ini memanfaatkan peluang yang ada, meski peluang itu melanggar aturan (Perda) yang ada. Sekarang kembali ke pemerintah daerah untuk setiap saat melakukan fungsinya memonitoring perda yang ada apakah berjalan dengan baik atau tidak. Penindakannya bagaimana? Tegas atau tebang pilih? Kalau perda yang ada dijalankan dan sanksi tegas diberikan, maka ini akan menjadi alat untuk manajemen kelola yang baik. Kemudian, selama ini pemerintah daerah hanya mengatur PKL tetapi tidak pernah mengatur si pembeli. Karena PKL itu ada sebenarnya mengikuti pembeli, jika suatu tempat sepi dan tidak ada pembeli, PKL tidak akan menjamur di sana. Tapi jika tempat itu ramai pasti PKL akan menjamur dengan cepat. Sekarang, bisakah pemerintah daerah mengatur pembeli untuk juga tertib?

Saya mengamati dari suatu kota yang sedang berkembang. Biasanya diawali dari sebuah kota yang sepi, baru lama-kelamaan  tumbuh menjadi kota yang ramai. Nah ketika kota itu masih sepi, pemerintah daerah harusnya sudah melakukan perecanaan matang, mana saja tempat yang boleh dan layak untuk menjadi tempat berusaha, untuk kalangan rakyat kecil, menengah atau atas. Semua itu harusnya sudah diperhatikan pemerintah daerahsetempat dengan bekal perda yang mereka miliki.

Saya mengamati kota dimana saya dilahirkan, yaitu Kota Cirebon. Terutama di wilayah kecamatan dimana saya tinggal yaitu Kecamatan Harjamukti. Dulu sekali di tahun 1990 daerah dimana saya tinggal sangatlah sepi, tidak banyak warung atau pertokoan atau pedagang kaki lima yang ada di pinggir jalan. Bahkan untuk mencari makanan di warung pinggiran jalan harus pergi ke arah kota, sebagai pusat keramaian kota Cirebon saat itu. Namun seiring perjalanan waktu Kota Cirebon bergeliat dengan pembangunan perumahan terutama di wilayah Kecamatan Harjamukti. Sekarang di tahun 2013, saya amati mulai batas perumnas gunung, yaitu ujung Jalan Ciremai Raya di perempatan By Pass sampai masuk ke arah komplek perumahan Kalijaga kini sudah ramai komplek pertokoan dan warung-warung yang berada di kiri kanan jalan. Bahkan warga perum gunung kalau mau mencari kebutuhan sehari-hari sudah tak perlu lagi pergi jauh ke pusat keramaian kota. Di kiri kanan jalan sekarang sudah diisi pedagang-pedagang yang membuat warung. Pedagang-pedagang inilah yang akan jadi bibit PKL ke depannya, jika pemerintah daerah tidak mau konsentrasi menertibkan dan menatanya. Menertibkan dalam arti pemerintah daerah sudah harus mendata mereka, dan kumpulkan mereka ke dalam suatu kesepakatan, jika suatu saat pemerintah daerah menertibkan atau mengatur, mereka akan dengan sukarela melakukannya tanpa harus ada pemaksaan. Setiap tahun mereka harus diajukan nota kesepakatan yang harus mereka penuhi, karena mereka berdagang di lahan milik publik. Dan setiap enam bulan sekali pemerintah daerah harus mendata mereka secara rutin dan melakukan pembinaan. Dengan cara ini proses monitoring akan berjalan, dan PKL itu sudah sejak awal dididik untuk tertib. Hasil monitoring itu pun pemerintah bisa konsentrasi melindungi usaha PKL dari bentuk-bentuk pemerasan yang mengatasnamakan keamanan oleh preman-preman setempat.

Nah hasil pengamatan saya di area Kecamatan Harjamukti, hal tersebut di atas tidak dilakukan. Pemerintah daerah seakan-akan malas dan menutup mata, dan nanti baru membuka mata ketika sudah ada masalah. Inilah sifat-sifat birokrat yang ada sekarang. Tidak hanya terjadi di kota atau daerah-daerah kecil, tapi sudah sampai ke tataran ibukota, seperti yang dialami DKI Jakarta yang kini sedang berjuang menegakan aturan sebagaimana mestinya. Pemerintah daerah yang niat memperbaiki malah harus menanggung dosa pemerintahan periode-periode sebelumnya. Ya itulah yang terjadi sekarang.

PKL sebenarnya punya kecenderungan memanfaatkan celah kosong yang tidak diperhatikan pemerintah. Mereka sadar bahwa yang dilakukan itu melanggar aturan dan mengganggu kenyamanan publik, tetapi ketika dibenturkan kemata pencaharian mereka dan mereka sudah melakukannya bertahun-tahun mereka akan sulit melepaskan kesalahan mereka itu. Dan malah mereka akan membela diri mati-matian meski mereka melanggar, dan alasan yang diangkat adalah HAM. Meski pemerintah daerah sudah mencoba memindahkan mereka, tetap saja pasti akan ditolak karena alasan mereka sudah punya langganan, atau di tempat yang baru itu sepi, di tempat yang baru tidak layak dan alasan-alasan lain yang membenarkan apa yang mereka lakukan. Hal inilah yang terjadi di DKI Jakarta. Jokowi dan Ahok perlu kreatifitas ditingkat yang lebih tinggi lagi untuk menangani masalah ini. Tanggung jawab pemerintahan Jokowi adalah tetap menegakan perda yang ada dan mengakomodir semua kepentingan. Akhirnya hal yang tadinya mudah menjadi hal yang kompleks dan sulit dilakukan. Andaikan saja, sedari awal pemerintah daerah bertindak seperti yang saya maksudkan tadi di paragraf sebelumnya, pasti mengelola PKL akan lebih baik dan PKL akan jadi aset pemerintah daerah.

Kota Cirebon terutama di wilayah Kecamatan Harjamukti juga akan jadi biang masalah PKL seperti yang dialami DKI Jakarta jika dari sekarang pemerintah daerahnya tidak mau mulai bekerja dengan baik. Kota Cirebon ini punya potensi untuk berkembang menjadi kota yang maju, dan sebelum masa itu tiba proses demi proses awal ini harus dijalani dengan baik, bekerja dengan baik itu kuncinya.

Solusi pemerintah DKI Jakarta menurut saya, adalah mendata semua PKL yang ada, terutama di kawasan yang sedang dibenahi yaitu di Tanah Abang dan Pasar Minggu. Data semua PKL tersebut, bagi per KTP. Setelah data semua dimiliki itu jadi dasar penataan, dan inilah yang memang sedang dilakukan pemda DKI Jakarta. Seperti di Tanah Abang dan Pasar Minggu pun memang sebenarnya sudah disiapkan lokasi baru untuk PKL, namun kembali seperti alasan klasik PKL, karena kembali lagi mereka sudah mendarah daging di lokasi lama, jadi selalu sulit mencoba hal baru. Pemerintah DKI Jakarta juga harus mulai menertibkan pembeli-pembeli, pengguna jalan yang membeli barang dagangan PKL. Mereka calon pembeli dan pembali harus membeli di tempat yang disediakan, dengan alasan ketertiban umum. Dengan begini, pemerintah daerah bertindak mengatur semua pihak, jadi tidak ada ketimpangan, yang ini diatur sedangkan yang lain tidak. Mulailah dengan pemasangan baliho seruan kepada pembeli dan pedagang untuk berjualan dan membeli di tempat yang telah disediakan. Seruan ini dilakukan secara intens di seluruh wilayah, sekaligus menjadi pelajaran buat masyarakat untuk berlaku tertib.

Kemudian, momen lebaran tahun ini adalah momen yang tepat, yakni ketika lebaran, Jakarta akan ditinggalkan pendatang. Nah kebanyakan PKL ini adalah pendatang dari daerah, ketika mereka semua pulang, saatnya pemerintah daerah menertibkan. Lahan-lahan yang biasa digunakan untuk berjualan, ditutup dengan apalah itu yang membuat mereka ketika kembali ke lokasi mendapati kesulitan membuka lapaknya. Ketika nanti ada aksi perusakan terhadap fasilitas publik, pemerintah daerah dan pihak kepolisian tinggal menindak tegas pelaku. Cara ini dilakukan untuk mencegah dan menimbulkan efek jera. Kembali ke lahan publik adalah milik publik dan tidak bisa dikuasai segelintir orang. Saat lahan publik itu kosong atau bebas dari pedagang, pemerintah daerah tinggal membenahinya, dan situasi yang cocok adalah ketika Jakarta ditinggal semua pendatang yang hanya terjadi setahun sekali. Hasil pengamatan saya, ketika lebaran, Jakarta seperti kota sepi, dan inilah situasi Jakarta sebenarnya. Karena penduduk Jakarta kebanyakan ya pendatang dari daerah.

Saya sendiri mengalami dan merasakan cukup terganggu dengan PKL yang tidak tertib. Terutama di Tanah Abang, PKL di sana jadi biang kemacetan luar biasa setiap harinya, disamping itu juga ulah pembeli yang berhenti seenaknya, dan membeli di tempat yang tidak seharusnya, lalu ulah-ulah angkutan kota dan pemilik truk barang yang parkir bongkar muat seenaknya memakan badan jalan. Kemudian hal yang sama juga terjadi di Pasar Minggu. PKL ini sudah jadi sumber keruwetan, kemacetan dan kekotoran. Mereka tidak memperhatikan kebersihan sama sekali. Itulah yang menjadi sumber kekumuhan ibukota.

Semua pihak harus bekerja sama, baik masyarakat yang memanfaatkan jasa PKL, dan PKL itu sendiri yang mencari nafkah pun harus sadar bahwa kepentingan umum diatas segalanya. Masyarakat kita ini masih terlalu egois. Seharusnya ketika sudah hidup bermasyarakat, yang dinomorsatukan adalah kepentingan umum. Sehingga tidak ada lagi alasan yang mengatasnamakan kepentingan pribadi, bahkan untuk alasan HAM sekali pun. Penegak HAM pun harus berpikir hal yang sama, sehingga tidak mudah termakan alasan-alasan yang mengatasnamakan HAM.

Jadi buat daerah yang masih sedang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan, mulailah buka mata, karena permasalahan dikemudian hari haruslah dimulai diselesaikan dari sekarang, saat semuanya masih dini, karena semua perkara besar dimulai dari perkara kecil. Mau atau tidak tergantung semua pihak yang ada, pemerintah daerah, swasta dan masyarakatnya. Sudah banyak contohnya, dan janganlah jadi pemerintah daerah macam keledai yang senang jatuh di lubang yang sama berkali-kali. Saya berharap Kota Cirebon melalui pemerintah daerahnya mau membuka mata, tidak ada kata terlambat untuk berbenah, sekarang atau tidak sama sekali. Memang semuanya tidak mudah, tidak semudah yang diutarakan banyak pengamat, termasuk saya ini, tapi kalau sudah memilih sebagai pemimpin itulah tanggung jawab yang harus dilakukan. Semoga demikian (^_^)?

 

> Postingan ini juga diposting di Naturality dengan judul yang sama <

Wiskun: Bubur Sum-sum ala Nyokap

Senangnya, kenyang lagi perut ini. Cocok sekali untuk keberhasilan program penggemukan badan. he3x. Siang ini nyokap kembali membuat makanan rakyat, jajanan rakyat murah meriah. Jajanan rakyat yang saya maksud adalah bubur sum-sum. Kuliner yang terbuat dari tepung beras, yang ditemani santan kelapa dan gula merah cair. Nyokap paling senang buat kuliner yang seperti ini.

Sebenarnya sudah kangen juga sama bubur sum-sum, cuma karena nyokap selalu sibuk tidak 'kober' untuk buat, jadi baru terealisasi hari ini. Karena kebetulan juga ada tetangga yang pengin, dia seorang ibu yang sudah sepuh. Beliau sedang sakit, kata anggota keluarganya ibu ini sulit makan. Kebetulan nyokap juga sudah berencana membuat bubur sum-sum ini untuk di rumah hanya tidak ada waktunya, pas kebetulan ada tetangga kepengin, ya sekalian berbagi, jadi nyokap buat.

Membuatnya tidak sulit, ya karena saya cuma melihat saja sih, hi3x. Nyokap mengaduk air dan tepung beras ke dalam mangkuk adonan, lalu kemudian mangkuk adonan itu dicampurkan ke dalam panci besar untuk mengaduk bubur sum-sum itu. Diaduk terus sampai bubur tampak kalis. Di lain tempat sudah disiapkan juga santan cair yang dipanaskan hingga mendidih, bisa dari santan instan atau santan kelapa. Lalu cairkan juga gula aren atau gula merah untuk pencampur pemberi rasa manis di adonan bubur tadi.

Kenapa disebut bubur sum-sum, karena bubur ini berwarna putih, namanya sum-sum kan hubungannya sama tulang dan darah, darah warnanya merah, nah efek warna merah ini dari gula merah cair. Mungkin begitu kenapa dinamakan bubur sum-sum. Entah dari mana asal-usul kuliner satu ini, yang jelas sudah dikenal sejak jaman nenek moyangnya nyokap. Nyokap pasti dapat cara memasak bubur ini dari ibunya (nenek/ mbah/ eyang putri), nah ibunya nyokap dapat dari ibunya lagi. Nah jadi kan mungkin kuliner turun-temurun. Yang pasti tetap lestarikan kuliner rakyat seperti ini ditengah gempita berbagai macam kuliner hasil eksperimen yang semakin beragam. Sekian catatan saya soal kuliner ini. Sampai jumpa dicatatan tentang kuliner lainnya. (^_^)?

Rabu, 24 Juli 2013

Dakon Sebuah Permainan Filosofi

Pernah ingat permainan rakyat yang bernama dakon? Buat kita yang masyarakat Jawa pasti mengenal. Tetapi bukannya hanya masyarakat Jawa saja deh, paman saya yang masa kecilnya di Flores, Nusa Tenggara Timur pun pernah merasakan permainan dakon ini. Saya ingat sewaktu kecil ibu saya pernah mengajarkan permainan ini, memang sih permainan ini banyak dimainkan anak perempuan, tetapi menurut saya tidak juga. Toh permainan ini melatih perhitungan kita, kesabaran serta ketelitian, dan nilai-nilai kejujuran juga bisa diambil dari permainan ini. Nah dari nilai-nilai positif ini tidak adil juga jika hanya dirasakan anak perempuan. Tapi sebenarnya tidak hanya nilai-nilai positif yang bisa diambil, ternyata permainan ini juga bisa jadi sarana latihan untuk pasien stroke.

Pasien stroke kita tahu mempunyai keterbatasan saraf sensor motorik dan sensorik. Dengan permainan dakon ini dibutuhkan ketepatan membagi butir-butir dakon itu ke lubangnya masing-masing, dan hal ini dilakukan berulang-ulang. Pasien stroke dengan keterbatasan sensor motorik dan sensorik pasti akan mengalami kesulitan tersendiri, dan inilah cara melatih sensor-sensor saraf tersebut. Inilah kelebihan dari permainan rakyat yang terlihat sederhana namun punya manfaat dan nilai-nilai positif yang rugi jika tak dimanfaatkan.

Terakhir saya main dakon ini ketika saya masih sekolah dasar, itu pertama kali saya kenal. Saya kepincut sama sepupu yang memainkan permainan ini, akhirnya saya meminta ibu saya membelikan permainan ini. Ibu saya menurutinya karena memang murah harganya. Setelah dibeli saya sering memainkannya bersama adik dan ibu saya ketika sepulang sekolah. Lama waktu berlalu akhirnya muncul rasa bosan dan permainan dakon itu hilang, bijinya hilang papannya juga entah kemana. Baru setelah belasan tahun kini permainan itu ada lagi di depan mata, dibeli karena untuk latihan pasien stroke.

Dari pertemuan saya dengan permainan rakyat yang bernama dakon ini ada banyak hal yang bisa saya ambil, selain soal filosofi yang sudah saya catat di atas. Buat yang pernah bermain dakon ini dengan saya, pasti akan tahu. Saya punya sebutan khusus untuk permainan ini. Tapi tidak saya sebutkan di sini, karena kalau disebutkan di sini, nanti takutnya bisa berbuntut panjang, karena sedikit menyerempet hal-hal yang berbau mencirikan kelompok tertentu, tapi sudahlah lupakan itu. Pastinya permainan dakon atau permainan rakyat lainnya punya banyak filosofi yang menarik dan bermanfaat seperti yang sudah disampaikan tadi. Sekian dulu catatan saya soal permainan dakon ini, semoga bermanfaat, dan buat yang penasaran dengan permainan ini, cobalah untuk memainkannya. Oh ya, untuk cara bermainnya saya tidak berani mensharekannya di sini, karena saya bingung dengan standar baku permainan ini. Soalnya permainan yang diajarkan kepada saya oleh ibu saya dari Semarang dan paman saya dari Flores itu berbeda. Mungkin lain waktu bisa saya catatkan kembali caranya bagaimana, jika saya sudah menemukan standar baku bagaimana memainkannya. Sampai ketemu lain waktu (^_^)?

 

> Postingan ini pertama kali diposting di Naturality dengan judul yang sama <

Minggu, 21 Juli 2013

Pengalaman Iman dari Maria dan Marta (Bdk. Lukas 10: 38 42)

Pengalaman Iman dari Maria dan Marta, itu yang ingin saya tulis kali ini. Pengalaman iman ini saya peroleh dari bacaan Injil hari Minggu dan renungan dari khotbah romo yang memimpin misa sore ini. Melalui Maria dan Marta digambarkan bahwa seperti itulah sedikit wajah manusia. Namun dari pengalaman iman yang dialami Maria dan Marta bisa jadi pelajaran juga untuk kita, jika kita mau merenungkannya.

Bacaan Injil sore ini mengisahkan soal Maria dan Marta yang mendapat kunjungan Yesus, ketika Yesus dengan murid-muridnya mengunjungi Yerusalem. Ketika tiba di suatu desa, Yesus diterima di rumah Marta. Marta mempunyai saudara yang bernama Maria. Ketika Yesus datang dan berada di rumah Marta, Maria saudara Marta duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedangkan Marta sibuk melayani. Melihat Maria asyik duduk dekat Yesus, Marta mendekati Yesus dan berkata, "Tuhan, tidakkah Engkau peduli bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya, "Marta, Marta, engkau khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian terbaik, yang tidak akan diambil dari dia."

Romo memberikan perenungannya dari bacaan Injil Minggu ini. Bahwa kita diajak untuk menyadari bahwa kita harus punya waktu untuk mendekatkan relasi dengan Tuhan, bukan berarti kita sibuk, kita melupakan relasi dengan Tuhan. Marta memilih untuk duduk dekat Yesus dan mendengarkan sabda-Nya, sedangkan Marta sibuk melayani. Bukan berarti apa yang dilakukan Marta salah dan Maria juga salah, tidak ada yang salah dari keduanya. Hanya saja, kita diajak untuk melakukan keseimbangan. Maria memilih untuk dekat bersama Yesus, diharapkan apa yang sudah diperoleh ketika berelasi dengan Yesus bisa diterapkan dengan baik dalam kehidupan. Kemudian, kita tidak boleh memelihara benih-benih sakit hati, iri hati dll. Karena disanalah awal dari segala yang jahat, dari sakit hati itu akan teradi terus balas membalas karena alasan sakit hati atau iri hati sebelumnya.

Romo mengisahkan pengalaman pribadinya ketika di seminari, berkaitan dengan sakit hati. Di asrama seminari dimana sewaktu romo masih pendidikan, tinggal beberapa calon romo. Di sana tinggal frater-frater dari berbagai latar belakang, ada yang kaya, menengah sampai yang miskin. Kebiasaan ketika habis kunjung pulang ke keluarga, frater-frater itu terkadang membawa buah tangan dari rumahnya untuk bekal selama di seminari. Ada frater dari keluarga biasa saja membawa makanan rakyat, buat frater dari yang keluarga kaya membawa makanan yang sedikit berbeda. Di pengalaman romo ini diceritakan ada seorangg frater membawa biskuit, biskuit jadi barang yang agak langka di sana. Nah frater ini bisa dianggap pelit, karena biskuit yang dia bawa hanya disimpan di lemarinya saja, tidak bersama-sama dibagi ketika sedang kumpul bersama frater lainnya. Akhirnya muncul rasa iseng dari kawan fraternya, untuk mengambil biskuit itu. Jadi ketika pulang dari sekolah, frater yang ingin iseng itu pulang lebih dulu untuk mengamankan biskuit milik frater yang pelit tadi. Frater yang pelit tadi tidak tahu. Malam hari ketika acara kumpul bersama, oleh frater iseng tadi biskuit hasi curian tadi dikeluarkan untuk makan bersama. Kemudian datang frater pelit tadi, ikut makan bersama, sambil dipikirannya muncul rasa heran, dari mana asal biskuit-biskuit ini padahal sebelumnya tidak pernah ada yang membawa makanan sekelas biskuit ini. Akhirnya frater pelit ini melihat ke lemarinya dan melihat biskuitnya kosong. Frater ini tidak mempermasalahkannya, hanya menyimpannya di dalam hati, padahal ada rasa kesal. Akhirnya suatu waktu sepulang dari sekolah, frater pelit tadi sedang mampir di sebuah warung makan. Frater ini memanggil teman-temannya frater untuk datang makan bersama, pikir dari teman-teman frater yang diundang adalah akan ada traktiran. Akhirnya teman-teman frater pelit tadi makan, belum teman-teman frater pelit tadi selesai makan, frater pelit pamit pulang setelah membayar hanya makanan yang dia makan saja. Sontak situasi ini membuat teman frater pelit yang diajak makan kaget dan bergumam dalam hati, karena mereka tidak membawa uang untuk membayar makanan yang telah dimakan. Inilah balasan atas apa yang dilakuan beberapa waktu lalu soal biskuit. Akhirnya si pemilik warung makan sadar, bahwa ada masalah diantara mereka yang sedang makan kalau tidak membayar. Akhirnya si pemilik warung memberikan keleluasaan agar dilain waktu mereka bisa membayarnya, besok bisa sepulang sekolah membayarnya.

Dari kisah itu, kita diajak merefleksikan bahwa sifat buruk sakit hati yang tersimpan akan menjadi perbuatan buruk, yang kemudian jadi perbuatan balas-membalas, karena kepuasan yang negatif muncul setelah bisa membalas kesakithatian yang dialami. Jika hal ini dilakukan terus menerus makan tidak akan ada ujung pangkalnya. Bagaimana meredam sakit hati adalah kuncinya untuk memutus mata rantai. Kita diajak untuk melakukan demikian, untuk membuang sifat sakit hati, iri hati, dengki dan segala macam yang buruk.

Kalau perenungan yang bisa saya ambil dari bacaan Injil adalah Maria dan Marta adalah gambaran manusia, ya kita ini. Dari apa yang mereka alami itu menunjukan agar kita dalam melaksanakan sesuatu itu sepenuh hati, dan jangan mengeluh atas apa yang kita lakukan. Sama sih dengan yang romo katakan, bahwa kita juga tidak boleh iri hati. Nah Maria memilih untuk duduk dekat Yesus dan mendengarkan pengajaran Yesus. Pilihan itu harus dilakukan sepenuh hati, yaitu dengan mengamalkan pengalaman relasi pegajaran Yesus yang sudah diperoleh di kehidupan sehari-hari. Marta memilih untuk sibuk bekerja melayani tamu yang datang ke rumahnya. Apa yang dilakukan Marta tidaklah salah, Marta melayani. Namun yang harus diperhatikan, lakukanlah dengan sepenuh hati dan segenap hati, janganlah ada perhitungan apa lagi rasa iri hati. Apa yang Marta tanyakan terhadap Yesus adalah contoh bentuk keirihatian, dan itulah pelajaran iman yang bisa kita ambil.

Saya sadar, saya manusia yang masih melakukan apa yang terjadi pada Maria dan Marta, dari refleksi yang ada mencoba saya lakukan sesuai jalan yang Yesus ajarkan. Renungan ini sangat mengena, saya bisa menyadari kekurangan saya. Berusaha untuk menjadi lebih baik harus terus dilakukan agar kita bisa bersama Yesus nanti, di tempatnya yang kudus di surga. Amin.

Solusi Pelanggan ala 3Store "Gratis"

Senangnya pergi ke customer care yang memberi solusi dan yang buat asyik lagi itu layanannya yang gratis. Saya tidak bisa jamin sih hal yang sama juga terjadi dicustomer care lainnya. Kebetulan yang saya datangi di sini customer care di 3Store.

Siang ini saya datang ke 3Store di Jl. Cipto Mangunkusumo, Kota Cirebon. Menemani adik saya yang ingin mengurus kartu sim ponselnya yang terblokir. Entah terblokir karena apa, yang jelas sim card nya tidak bisa diakses, dengan informasi "terblokir". Awalnya, rencana kartu ini mau dihanguskan, tetapi setelah dipikir-pikir sudah banyak yang tahu nomor ini, akhirnya diputuskan untuk menjaga kartu ini tetap hidup.

Solusinya ya harus dibawa ke layanan customer care 3Store, karena kartu sim nya milik Tri/ Three (3). Sampai di sana, syarat untuk itu sudah dipersiapkan, diantaranya: kartu sim yang terblokir, catatan lima nomor yang terakhir dihubungi, dan copy identitas pemilik kartu sim. Sampai di sana, langsung datangi customer service, dan sampaikan keluhan. Solusi akan diberikan si CS. Kita akan disodorkan kertas formulir layanan pelanggan. Formulir itu juga tidak diisi semua, hanya diisi nama, nomor Tri/ Three (3) yang bermasalah, tanggal dan tanda tangan. Proses penanganan keluhan selesai, dengan mengembalikan kartu ke kondisi semula dengan mengganti kartu sim baru tapi dengan kelengkapan data kartu lama. Artinya segala macam data yang tersimpan di sim lama masih ada sebagaimana sebelum kartu terblokir.

Proses untuk itu semua hanya membutuhkan waktu lima menit, tidak terhitung waktu tunggunya lho. Tapi kebetulan tadi sih sepi, jadi langsung dilayani. Nah, yang terpenting dari proses itu semua adalah gratis, tanpa biaya sepeserpun, meski dari customer care ada penggantian kartu sim baru. Ini yang saya bilang solusi. Jarang-jarang sekali ada solusi seperti ini dijaman sekarang. Ya entahlah untuk customer care provider telekomunikasi lain. Tentunya bila saya punya pengalaman yang menarik seperti ini akan saya share. Begitupun jika ada pengalaman yang tidak menarik atas pelayanan mereka, pasti akan saya share juga.

Sebagai informasi, 3Store Cirebon buka dari 09.00 - 19.00 WIB. Lokasinya di Jl. Cipto Mangunkusumo No. 71, Kota Cirebon. Lokasinya dekat dengan CSB Mall. Pelayanan yang dilayani di 3Store: penyedia produk Tri (3) dari paket perdana, 3Pascabayar, voucher top up, e-top up; pembayaran tagihan 3pascabayar; penggantian kartu sim; penanganan keluhan; informasi produk dan layanan; dan layanan lainnya. Sekian catatan saya soal solusi Pelanggan ala 3store yang tanpa dipungut biaya alias gratis. Sampai jumpa dicatatan saya selanjutnya.

Sabtu, 20 Juli 2013

JKT48 – Sakura no Shiori (Pembatas Buku Sakura)

Catatan saya kali ini adalah sebuah syair dari lagu Jepang milik AKB48, sebuah Idol Girl dari Jepang. Kebetulan pemilik AKB48 punya afiliasi grup yang sama di Indonesia dengan nama JKT48. Lagu yang menarik telinga saya untuk mendengarnya adalah Sakura no Shiori. Lagi asal Jepang itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan dinyanyikan oleh JKT48 menjadi “Pembatas Buku Sakura” jika diterjemahkan. Tetapi buat Idol Girl ini keaslian judul sangat diagungkan, meski untuk syairnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa lokal. Berikut ini syair dalam bahasa Indonesia yang dibawakan JKT48.

JKT48 – Sakura no Shiori
(Pembatas Buku Sakura)

Angin lembut musim semi, dari mana berhembus …
Jalan yang biasa ku lewati, t’lah mulai berganti warna

Kebahagiaan dan kesedihan berlalu bersama - musim …
Aku mulai melangkah pada jalan yang baru

Reff:
Helai bunga sakura
Penanda perpisahan …
Di saat tangan melambai-lambai
Teringat wajah teman-teman

Helai bunga sakura
Penanda air mata …
Supaya waktu berharga ini
Sampai kapan pun tak akan terlupakan …

Bila menatap ke langit, aku menjadi tahu
Panjang jalan yang luasnya berlanjut jauh t’iada berbatas …

Hari cerah pun, hari hujan pun
Esok pasti akan datang …
Lalu sambil tersenyum, ayunkan satu langkah

Reff 2:
Helai bunga sakura
Penanda masa depan
Agar mimpi yang pernah terlihat dapat kita ingat kembali

Helai bunga sakura
Penanda harapan
Dari pada menyerah percuma mari kita membuka lembaran baru

Reff 3:
Helai bunga sakura
Penanda dari hari hati
Cahaya masa muda berkilau menembus daun menyilaukan

Helai bunga sakura
Penanda hari itu
Semua orang tak akan lupa, mimpi yang telah mekar dengan sempurna …

Kamis, 18 Juli 2013

Wiskun: Serabi Kinca ala Nyokap

Pernahkah tahu kuliner yang namanya serabi kinca? Entah dari mana asal kuliner yang satu ini. Yang jelas saya mengenal kuliner ini dari orang tua saya, terutama ibu yang membuatkannya. Karena cukup mudah untuk membuat kuliner yang satu itu. Kebetulan juga ibu saya ini bisa membuat segala macam kuliner bubur-buburan yang terbuat dari tepung beras dan tidak membutuhkan biaya lebih untuk itu. Jadi sering sekali ibu saya membuat kuliner rakyat yang banyak ragamnya itu.
Serabi dalam wadah sebelum dicampur dengan kinca
Santan dan gula  merah cair, untuk disiram sebagai kuah serabi
Hasil akhir, serabi kinca siap santap

Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari 'mbah Google', kuliner serabi kinca ini berasal dari tanah Sunda, tepatnya berasal dari Bandung, Jawa Barat. Serabi dalam serabi kinca ini sama atau mirip dengan kuliner serabi pada umumnya atau apem di Jawa. Kalau apem sendiri berasal dari turunan kata 'appom' atau 'appam' dari India. Makanan apem ini digunakan masyarakat Jawa untuk sesajen bagi para leluhur dan para dewa. Kalau serabi kinca sendiri menurut saya seperti pancake yang biasa dijual di cafe-cafe. Hanya saja pada serabi kinca ini ada teman gula merah cair dan santan untuk disiram dikue serabi.
Serabi kinca dalam hal ini serabinya itu dibuat dari bahan dasar tepung beras, yang kemudia dibuat adonan. Adonan ini kemudian dicetak ke dalam loyang berbentuk serabi atau loyang cembung. Untuk teman kuah siramnya berasal dari santan kelapa, bisa juga dari santan instan atau dari santan kelapa parut. Kemudian gula merah yang dipanaskan hingga cair. Serabi kinca yang dimaksud ini adalah serabi kinca ala tanah Pasundan. 
Serabi kinca ini jadi kuliner kesukaan saya. Ketika saya mudik pulang kampung, saya selalu minta ibu membuatkan kuliner ini. Kebetulan saat ini saya sedang dibuatkan kuliner serabi kinca.  Jadi saya coba buatkan dokumentasinya dan catatannya di sini. Setidaknya jika saya kangen dengan kuliner satu ini saya bisa mengingatnya ketika membaca tulisan ini. Soalnya jarang sekali pedagang atau cafe atau apa lah itu yang menjual kuliner ini, wajar karena jajanan ini termasuk jajanan pasar yang untuk sekarang ini belum dianggap layak dijual di lingkup cafe. Lalu mungkin jika masuk di cafe harganya tidak lagi harga pasar, jadi jelas menghilangkan nilai-nilai jajanan pasar. ha3x, ya itu menurut saya. Sekian catatan kuliner saya ini ; )

Rabu, 17 Juli 2013

Mandi Air Hangat

Siapa yang senang mandi air hangat? Siapa saja yang ditanyakan pertanyaan ini akan menjawab "Saya mau!" Karena mandi air hangat itu bisa buat badan lebih terasa rileks. Alasan orang mandi air hangat  bisa karena sakit, bisa juga tidak karena sakit, bisa juga karena ingin, dan bisa juga karena dingin, saya memilih mandi dengan air hangat. Mandi dengan air hangat juga sama menyenangkannya seperti mandi air dingin, asalkan ya tadi, sesuai dengan syarat yang disebutkan diawal paragraf.

Ketika sedang tidak enak badan (sakit) air hangat jadi pilihan saya. Karena menjaga kondisi suhu tubuh pada suhu tertentu akan membantu kondisi badan tetap stabil. Contohnya saat sedang sakit mriang, greges, flu atau sakit lainnya yang hubungannya kekondisi suhu tubuh. Air hangat bisa jadi solusi agar sakit tidak parah. Mungkin lain soal kalau kena penyakit kulit. Efek hangat yang ada diair itu bisa jadi sumber relaksasi alami. Lebih nikmati lagi kalau kita mandi atau berendam diair hangat yang bersumber dari panas bumi atau air hangat belerang.

Saya punya beberapa pengalaman mandi air hangat, baik buatan sendiri, dikelola swasta sampai yang alami. Pengalaman saya mandi air hangat yang sering si mandi karena air masak sendiri, air mendidih, lalu dicampur dengan air dingin di bak mandi. Dicampur sampai rasa hangat 'suam-suam kuku'. Setelah dirasa hangat barulah menyiramkan ketubuh untuk jadi air mandi. Pengalaman mandi air hangat lain yaitu dipemandian kolam air hangat buatan atau bisa dibilang kolam air hangat yang sudah dikelola dalam komplek hotel atau pemandian khusus. Yang saya ingat, saya pernah mencoba di daerah Kuningan, Jawa Barat dan di Tabanan, Bali. Untuk di Tabanan, Bali itu dikenal sebagai pemandian belerang. Pengalaman lain soal mandi air hangat itu saya pernah mandi langsung dimata air panas belerang alami, di daerah Hobatua, Ende, NTT. Di sana mata air panas benar-benar alami, karena air panas keluar dari sela-sela batu yang kemudian bercampur dengan air biasa. Mata air itu muncul di sebuah sungai kecil, ketinggian air juga relatif dangkal.

Itulah pengalaman saya seputar air hangat. Sebuah pilihan lain untuk mandi, terutama ketika kondisi tubuh sedang tidak fit. Air hangat ini juga bisa bantu untuk pemulihan fisik alias terapi pasien-pasien dengan sakit-sakit tertentu, bisa juga untuk pembersih luka. Jadi bukan hanya merilekskan, menghangatkan dan menyegarkan saja, air hangat juga bisa jadi sarana penyembuh. Bagi yang tidak suka dengan mandi air hangat ini sepertinya rugi deh, tapi sih itu semua pilihan, so up to you. Sekian corat-coret saya  see you next time.