Rabu, 26 Juni 2013

Surabaya Trip

Seingat saya, dulu sekali ketika saya masih kecil, saya datang ke Surabaya. Ketika itu saya ingat di sana saya bersama keluarga transit mau ke Maumere, Flores, NTT. Kami menunggu jadwal keberangkatan kapal yang akan membawa kami sekeluarga ke Maumere, Flores. Tidak banyak yang bisa saya ingat dari kedatangan saya dulu ke kota besar di timur pulau Jawa ini. Beberapa waktu lalu, ya tiga tahun lalu saya juga pernah ke Surabaya, tapi waktu itu tidak lama, hanya transit bus waktu saya berangkat dan pulang, liburan ke Denpasar, Bali dengan Kramat Djati.

Kali ini saya kembali lagi ke Surabaya, ya setidaknya saya di sini bermalam satu malam di kota ini. Meski tidak banyak yang bisa dilakukan di kota ini sementara bermalam di sini. Kebetulan juga di sini hanya transit sambil menunggu jadwal penerbangan ke Maumere, Flores, NTT, dalam rangka menghantar tanta pulang. Di Surabaya ini saya bermalam di daerah Kendangsari,  Surabaya. Tidak jauh dari kawasan pabrik, Rungkut Industri, Surabaya.

Saya start dari Terminal Cirebon, Harjamukti, PO. EZRI jadi pilihan untuk menghantar kami ke Surabaya. Hari itu ramai sekali, hamir semua PO bus mendapat banyak penumpang, mengingat sudah masuk liburan anak sekolah. Biasanya sih bukan PO ini yang jadi pilihan untuk menghantar perjalanan ke Jawa Tengah atau ke Jawa Timur. Tapi karena tidak ada lagi apaboleh buat, itung-itung pengalaman.

Senin, 24/6 sore saya berangkat dengan tanta. Bus yang kami naiki ini cukup lumayan, meski sebenarnya bus super eksekutif yang ingin dinaiki tetapi yang ada hanya class eksekutif (bisnis class), Ini saja sudah dua kursi terakhir, akhirnya kami tidak bisa memilih tempat duduk, terpaksa 27-28 jadi tempat duduk kami. karena sudah tidak tersisa tempat duduk ya sudahlah. Untuk satu tiket dikenakan Rp 145.000,00, meski harga BBM sudah naik untung PO ini masih menunggu kabar kenaikan harga dari Organda Pusat, sehingga tarif lama masih dipakai.

 Beberapa menit perjalanan, komentar saya menggunakan PO ini langsung muncul, supirnya nampak ugal-ugalan, kurang halus mengemudikan bus ini, entah memang karena bus nya atau memang kemahiran supirnya yang kurang. Jadi setiap hentakan mesin atau perpindahan transmisi terasa, belum lagi ketika mengerem selalu mendadak, sehingga membuat badan ikut bergoyang ke depan ke belakang, serta kiri kanan. Belum lagi karena tempat duduk kami tepat berada di atas roda belakang sehingga getaran jalan ke roda hingga ke kursi sangat terasa. Hal ini membuat tidak nyaman.

 Fasilitas yang bisa terlihat di dalam bus ini ya standar seperti bus bisnis class lainnya, ada AC, TV, lampu di atas masing-masing bangku kursi, sistem kursi 2-2, kemudian ada kamar mandi. Total kursi kalau tidak salah ya sekitar 35an. Jarak antara kursi ya relatif luas, sehingga cukup nyaman untuk perjalanan jauh. Hanya saja yang soal kamar mandi ini tidak bisa digunakan maksimal, untuk penumpang perempuan agak sulit menggunakannya.

 Perjalanan lancar-lancar saja, sampai akhirnya bus kami masuk Surabaya sekitar pukul setengah delapan pagi. Memang sedikit lambat karena ketika di tengah perjalanan terhambat sedikit karena ban bocor. Tepat setengah sembilan bus masuk Terminal Purbaya atau Bungur Asih. Nah ketika masuk terminal ini saya sempat bingung, di depan saat mau masuk komplek terminal tertulis “Bungur Asih”, pas masuk terminal tertulis “Terminal Purbaya”, saya kira saya salah masuk terminal. Eh ternyata memang sama saja, Bungur Asih atau Purbaya. Kebetulan sepupu yang menjemput saya terlihat sehingga keraguan saya sirna sudah.

 

Menikmati Malam di Surabaya

Sambil menunggu keberangkatan pesawat nanti tanggal 27/6 pagi, kami bermalam di Surabaya.  Saya dan tanta bermalam di tempat sanak saudara di daerah Kendangsari, Surabaya, dekat kawasan Rungkut Industri, Surabaya.

Tidak jauh berbeda dengan kota besar lain, ya beginilah ternyata Surabaya, memang tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Kebetulan di tempat kami tinggal ini berada di pinggiran Surabaya, jadi tidak begitu ramai sekali. Entah dimana pusat keramaian Kota Surabaya ini. Saya masih belum bisa menilai banyak soal kota ini. Tetapi yang sama ya, masih sama saja kumuh seperti kota besar lain. Suasananya mirip-mirip di Kota Semarang dan Jakarta.

Soal air bersih di sini ya cukup memperihatinkan. Untuk air tanah atau air sumur di sini nampaknya berbau, dan warnanya agak kekuningan. Saudara saya ini malah tidak menyarankan untuk berkumur dengan air ini, mungkin karena air ini tak layak untuk konsumsi. Air untuk konsumsi orang-orang di sini menggunakan air bersih lain.

Tidak jauh berbeda dengan ibukota Jakarta, di sini rumah tinggal seperti kontrakan cukup banyak. Ada gang-gang kecil banyak didominasi rumah-rumah petak untuk kontrakan, ada yang terlihat kumuh ada yang biasa saja. Ya gambaran keadaan ekonomi masyarakat kita yang nampaknya masih butuh rumah tinggal yang layak. Ya setidaknya ini masih akan menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia.

Sesuatu yang tidak berbeda ketika saya kecil datang ke Surabaya hingga sekarang saya datang kembali ke sini adalah Surabaya masih saja banyak nyamuk, ya untuk yang tinggal di kawasan padat penduduk. Entah kalau yang tinggal di kawasan perumahan layak lainnya. Ini yang saya rasakan saja.

 

Bandara Juanda

Beruntung dari perjalanan saya kali ini saya bisa menemukan dan mendatangi tempat-tempat baru. Tempat yang baru buat saya, yang saya datangi kali ini adalah Bandara Juanda. Awalnya saya kira bandara ini berada di wilayah Kota Surabaya, ternyata saya salah.

Bandara Juanda itu ternyata terletak di Sidorajo, Jawa Timur. Ya tidak jauh memang untuk orang Surabaya untuk menuju bandara ini. Pertama kali datang ke bandara ini seperti mirip-mirip Bandara Ngurah Rai, Denpasar dulu sebelum berubah seperti sekarang. Suasana tempat parkirnya juga mirip sekali. Kemudian tak jauh beda dengan suasana parkir di Bandara Soeta, Cengkareng, Tanggerang. Ya mungkin seperti di Jakarta, dikira bandaranya di wilayah Jakarta, tetapi sebenarnya Soeta terletak berdekatan juga dengan wilayah Tanggerang yang mana masuk Provinsi Banten. Hanya saja di Bandara Juanda ini suasananya nampak ramai sekali, saya datang berkunjung ketika malam hari.

Lusa nanti tanggal 27/6 saya dan tanta akan check in di bandara ini, mungkin ada sesuatu yang bisa ditambahkan dari perjalanan saya ini. Mengenai suasana dari bandara ini. Karena bandara ini merupakan bandara ketiga yang saya kunjungi selain Ngurah Rai, Denpasar, dan Bandara Wai Oti (Frans Seda), Maumere dan sekarang ini Bandara Juanda, Sidoarjo. Dan nanti saat transit di Makassar saya juga akan mensinggahi tempat baru lagi.

 

Saya senang bisa berkunjung dan singgah di tempat-tempat baru. Menambah pengalaman buat saya, pernah ke sini, ke situ. Paling tidak bisa untuk berbagi cerita buat yang belum pernah. Sekian dulu catatan trip saya ke Surabaya. Tambahan catatan akan saya tulis di kolom komentar. Sampai jumpa dicatatan selanjutnya (^_^)? 

Sabtu, 22 Juni 2013

Catatan Trip Dua Malam di Ibukota

Akhirnya saya kembali lagi ke Cirebon, sebagai tempat awal keberangkatan saya untuk trip kali ini. Sebenarnya saya ini sudah lama stay di Depok, Jabar, namun karena ada urusan yang mendesak saya harus kembali ke Cirebon, kota udang. Nah trip kali ini saya ke Depok untuk mengecek My Vega yang sudah hampir genap sebulan tidak dipanasin sama sekali, daripada kondisinya semakin parah, saya harus mengeceknya. Kemudian saya juga harus mengambil berkas-berkas yang harus diperpanjang di kota asal saya.
Tiket kereta Tegal Arum jurusan Jakarta Kota dari Prujakan Cirebon

Trip kali ini saya lakukan dari tanggal 20 – 22 Juni. Seperti biasa saya melakukan perjalanan menggunakan Cirebon Ekspres, tapi kali ini saya memakai kereta lain, yaitu Tegal Arum ekonomi-ac. Alasannya sih simpel, karena Tegal Arum menawarkan tarif yang lebih murah dengan kenyamanan yang relatif layak tidak jauh beda dengan Cireks yang bisnis, hanya untuk waktu tempuh sedikit tidak ontime dibandingkan Cireks yang bisnis. Tarifnya Rp 40.000,00 lebih murah dibandingkan dengan Cireks yang Rp 70.000,00.
Penampilan Stasiun Prujakan Cirebon kini, arah Jateng

Penampilan Stasiun Prujakan Cirebon kini, arah Jakarta
Dari perjalanan ini banyak catatan yang bisa saya catat untuk mengisi blogs saya yang beberapa hari ini “tidur”. Ingin membuat postingan tetapi kadang idenya sulit sekali keluar. Nah untuk memancing ide, kebetulan saya habis melakukan trip, ingin saya catatkan di sini. Setidaknya sebagai catatan harian saya.

Mengikuti jadwal Tegal Arum berangkat di Stasiun Prujakan berangkat pukul 08:00, itu sih sesuai yang tertera pada tiket, kenyataannya sih kereta baru berangkat sekitar pukul 08:20, sedikit molor dari jadwal. Situasi di dalam kereta nampak kondusif, dan saya dapat kursi sesuai dengan yang tertera di tiket. Wajar, terakhir kali saya naik kereta ekonomi, belum ada sistem kursi. Suasana di dalam kereta juga relatif nyaman, mesin pendinginnya bekerja cukup maksimal, pagi itu, namun waktu semakin siang mesin pendinginnya mulai tak bekerja, hawa panas mulai terasa sampai akhirnya Tegal Arum tiba di stasiun terakhir di Jakarta Kota. Selama perjalanan, kereta ini ya berhenti dibeberapa stasiun, ya ciri khas dari kereta ekonomi, “legowo”, “ngalah melulu”. Tegal Arum masuk Jakarta tepat pukul 12:00, sesuai jadwal sih, namun tiba di Stasiun Jakarta Kota lewat 30 menit dari waktu yang dijadwalkan.
Sampai stasiun saya langsung siapkan tiket untuk pulang lusa. Tidak ngantre lama untuk membeli tiket pulang. Suasana Stasiun Jakarta Kota pun relatif normal seperti biasa, tidak terlihat antrian pembelian tiket sampai panjang.
Owh iya, ketika saya ke Jakarta ini, untuk sistem tiket kereta komuter line sudah mulai mengalami perubahan. Kini sudah menggunakan sistem tiket elektronik. Program ini sudah mulai berjalan sejak 1 Juni lalu untuk sistem single trip, dan rencananya tanggal 1 Juli sistem multitrip diberlakukan. Soal ini akan saya bahas dicatatan yang lain.
Kartu tapping single trip, sebelum pemberlakuan kartu multi trip
Menikmati suasana ibukota setelah sebulan berada di kota kecil. Ya cukup mengobati rasa kangen saya. Suasana persaingan kental terasa sejak kereta yang saya naiki masuk ke wilayah Bekasi, Jabar, sampai akhirnya saya turun di Jakarta Kota. Setelah sampai saya langsung beli tiket komuter line dan pulang menuju Depok. Di Depok inilah tujuan saya membereskan urusan sebelum saya kembali ke Cirebon.
Saya stay hanya dua malam di Depok. Malam pertama saya sampai Kamis (malam Jumat) dan Jumat malam (malam Sabtu). Waktu yang cukup untuk mengobati rasa kangen setelah satu bulan meninggalkan segala aktivitas padat di ibukota. Kangen juga tidur di kamar sendiri, di kamar yang punya jaminan privasi tersendiri.
Setelah urusan saya selesai, hari ini Sabtu saya harus kembali ke Cirebon. Tiket semua sudah siap, jam 16:15 waktu Tegal Arum membawa saya kembali ke Cirebon. Ditemani sahabat dan atau juga kekasih mengantar kepulangan sementara saya ke Cirebon. Saya berharap sih beberapa hari ke depan urusan saya di Cirebon cepat usai dan saya bisa kembali mengejar target hidup saya.
Sekian catatan saya kali ini, ini jadi awal untuk membuat postingan lainnya untuk mengisi di bulan Juni 2013 ini. Keep blogging ;)

Selasa, 18 Juni 2013

Wiskun: Nasi Jamblang Pelabuhan Cirebon

Kembali saya memanfaatkan waktu panjang saya di Cirebon ini untuk mencicipi kuliner Cirebon yang sudah lama tak saya santap. Beberapa waktu lalu saya pernah buat postingan tentang nasi jamblang, karena rasa kangen saya terhadap kuliner saya yang satu itu. Berbeda dengan postingan lalu, kali ini saya memposting karena masih fresh, saya baru saja menyantap nasi jamblang. Nasi jamblang yang saya santap ini, nasi jamblang pelabuhan, Kota Cirebon. Di sini tempat nasi jamblang yang buat saya tertarik dibandingkan nasi jamblang lainnya. Pilihan warung nasi jamblang di kota ini sangatlah banyak, namun ya tempat ini yang lebih saya sukai, meski tak menolak jika makan di warung nasi jamblang lainnya.

Pagi ini saya menyempatkan waktu untuk wisata kuliner ke warung jamblang pelabuhan, yang lokasinya di samping pintu masuk Pelabuhan Kota Cirebon. Dekat pintu masuk eks Taman Wisata Ade Irma Suryani. Sedari dulu saya kenal tempat ini tidak lah berubah, ya hanya bergeser di situ-situ saja. Mungkin dulu letaknya agak ke depan, tapi sekarang lebih menjorok ke dalam. Nah ada yang unik dari nasi jamblang pelabuhan, yaitu menyoal lokasi. Untuk menuju tempatnya mesti masuk celah pintu kecil, antara gapura dengan tembok. Celahnya cukup sempit, ya macam gang senggol. Ini yang unik, entah kenapa tidak dibuka saja pintunya, kenapa harus sesempit itu. Kalau saya berpikir, apakah itu "sarat" tertentu agar jualannya laris? Entahlah, tapi buat saya, nasi jamblang adalah khas.

Pagi ini saya mengajak sepupu saya dari Flores untuk mencoba kuliner khas Cirebon ini. Saya memilih menu nasi jamblang panas, dengan lauknya sambal merah, sate kentang dua tusuk dan telor dadar, sedangkan sepupu saya memilih menu nasi jamblang panas (posri cewe), sate kentang, semur tahu dan tahu bulat plus sambal merah. Minumnya cukup teh tawar hangat saja. Untuk dua porsi nasi jamblang itu sekitar Rp 18.000,00. Dibayar langsung setelah kita pilih lauk, sehingga setelah makan kita bisa langsung pulang. Pagi ini sih tidak terlalu ramai, jadi nyaman untuk makan dan ngobrol. Meski tak ramai selalu saja ada yang datang untuk makan di sini.

Soal rasa, ya nasi jamblang dimana-mana menurut saya sama, khusus yang dijual di Kota Cirebon dan sekitarnya. Kalau di luar daerah itu tentunya rasanya pasti agak berbeda, kecuali memang si pembuatnya asli orang Jamblang. Mungkin karena ada bumbu-bumbu tertentu untuk memasak lauk yang ada di menu nasi jamblang.

Yang unik lagi di depan pintu masuk gang senggol itu ada pengemis yang duduk mengharap receh dari penggunjung. Unik memang, meski buat saya ada rasa tidak nyaman. Karena mereka duduk dekat sekali dengan jalan masuk, sangat tidak etis melangkah diantara orang yang duduk meminta-minta di sana. Tapi sudahlah, mungkin di sana mata pencaharian mereka, memang sangat disayangkan hidup dengan meminta.

Sekian dulu catatan wiskun saya, sayang sekali saya tidak bisa menyajikan fotonya, karena saya lupa membawa kamera hape atau kamera sejenisnya. Jadi mungkin fotonya saya sajikan menyusul saja. Salam wiskun :) "Maknyos!" (^_^)?

Minggu, 09 Juni 2013

Hari Minggu Ketiga Stug

Hari ini sudah masuk keminggu ketiga saya stug di kondisi ini, kejenuhan mulai menyerang. Banyak pikiran yang terlintas di kepala ini. #stresbinjenuh. Waktu yang potensial ketika saya ada di rumah adalah dua minggu, selepas waktu itu kepuasannya seperti menurun. Seperti hukum kepuasan dalam ekonomi. Ketika kepuasan diteruskan sampai titik maksimum makan nilai kepuasannya akan menurun. ya setidaknya begitu inti dari hukum kepuasan ekonomi.

Sekarang ini saya sedang mengalaminya. Jenuh sekali rasanya. Padahal ketika ditengah kesibukan yang padat ingin juga ada waktu senggang, tetapi kalau waktunya terlalu banyak untuk senggang ya tidak enak juga. Memang harus seimbang, kerja dan refresing. Kemarin yang saya alami waktu kerja lebih banyak daripada refresing, sekarang sebaliknya. Meski refresing yang dialami sekarang dalam tanda kutip. Refresing di apartemen rumah sakit.

Semoga kondisi ini lekas berlalu, ya paling tidak ada sesuatu yang bisa diperbuat. Sehingga bisa mengatasi kejenuhan saya ini, dan yang terpenting saya butuh uang, I need money. Semoga demikian, cawan ini berlalu daripada ku ... ;( 

Jumat, 07 Juni 2013

Doel Sumbang - Malioboro

Ada lagu yang membuat saya terkenang akan nostalgia tertentu. Lagu ini saya kenal ketika masih kecil, orang tua saya sering menyetel musik dari kaset Doel Suumbang. Tidak banyak lagu yang saya suka dari Doel, hanya beberapa yang menarik buat saya. Salah satunya ya lagu yang saya ingin catatkan liriknya di bawah ini. Sekedar untuk punya catatan lirik lagi, jadi ketika saya membutuhkannya tidak repot mencari, tinggal browsing masukan kata kunci "cocoper6 doel sumbang malioboro", mudah-mudahan langsung terhubung ke link postingan saya ini.

Doel Sumbang - Malioboro

Panas-panas goreng pisang
Kopi agak manis digelas kaca
Di gelar tikar di terang neon
Di ubun-ubunnya Jogjakarta
(nana nana)

Gadis manis senyum-senyum
Tawarkan nasi bungkus daun pisang
Sama-sama makan malam-malam
Di ubun-ubunnya Jogjakarta
 
Semua aku ingat
Dan tak akan kulupa
Kenangan paling indah
Dan paling … paling asyik

Reff:
(Ada lagu yang indah di Malioboro)
Lagu cinta tentang engkau dan aku
(Ada sajak yang indah di Malioboro)
Sajak cinta tentang engkau dan aku
2x
[musik]
Panas-panas goreng pisang
Kopi agak manis digelas kaca
Di gelar tikar di terang neon
Di ubun-ubunnya Jogjakarta
(nana nana)

Gadis manis senyum-senyum
Tawarkan nasi bungkus daun pisang
Sama-sama makan malam-malam
Di ubun-ubunnya Jogjakarta
Semua aku ingat
Dan tak akan kulupa
Kenangan paling indah
Dan paling … paling asyik

Reff:
(Ada lagu yang indah di Malioboro)
Lagu cinta tentang engkau dan aku
(Ada sajak yang indah di Malioboro)
Sajak cinta tentang engkau dan aku
2x

Rabu, 05 Juni 2013

Catatan Pribadi Tentang Saksi-saksi Yehuwa

“ … aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan Para Kudus, Pengampunan Dosa, Kebangkitan Badan, Kehidupan Kekal …”

Saksi Yehuva begitu yang saya kenal dari orang tua saya, terutama bapak. Karena sering sekali bapak saya ini didatangi tamu dari mereka. Padahal bapak saya tidak kenal langsung atau ikut serta dalam komunitas mereka. Saksi Yehuwa ini masih menganut ajaran Kristen, alias masih mengenal Kristus, sehingga masih seperti dianggap bagian dari paham ke-Kristenan.

Bapak saya pernah punya pengalaman menarik dengan saksi Yehuwa yang melakukan pelayanan ke rumah-rumah. Ceritanya begini, dulu ketika saya kecil, pernah saya ini tak sengaja jadi “alat” untuk mengusir tamu saksi Yehuwa ini. Kebetulan saksi Yehuwa ini datang bertamu setiap minggu pagi setelah misa pagi. Mereka bertamu cukup lama untuk membahas soal Alkitab dan persoalan hidup, mereka ini bertindak seperti ahli-ahli kitab. Waktu itu bapak saya tidak enak jika ingin mengusir tamu ini pulang, karena bapak saya masih ada urusan lain yang harus dikerjakan. Nah tidak disengaja ketika itu saya masih kecil, saya merajuk kebapak saya untuk minta BAB. Karena bapak saya ini masih ngobrol, jadi saya sedikit diabaikan, akhirnya saya ‘cepirit’ lepas BAB di depan tamu saksi Yehuwa itu. Bapak saya cerita saat itu saya BAB sangat banyak dan jelas hal ini membuat tidak nyaman si tamu ini, akhirnya si tamu ini memutuskan pulang. Sejak itu selama beberapa tahun mereka ini tidak pernah lagi datang ke rumah.

Saksi Yehuwa ini relatif rajin mengunjungi keluarga kami, padahal keluarga kami jelas tidak pernah berhubungan dengan mereka, karena keluarga kami ini Katolik. Paling tidak setiap tahun mereka selalu datang mengunjungi, mereka biasanya membawa buletin bulanan yang mereka punya. Buletin itu berisi catatan-catatan tentang kotbah dan penafsiran alkitab tentang persoalan hidup, ditinjau dari sudut pandang kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa ini. Mereka ini datang sepertinya untuk mengajak orang untuk masuk ke dalam komunitas mereka. Caranya ya dengan adu debat tentang alkitab. Saya menilai mereka ini bertindak seperti ahli kitab.

Saya percaya mereka ini punya data khusus tentang keluarga-keluarga Kristen yang akan mereka kunjungi secara rutin, terutama keluarga-keluarga Kristen yang masih teguh imannya. Data khusus ini akan ter-update terus seiring dengan kunjungan mereka ini, dan data ini dijadikan acuan setiap kali mereka ingin melakukan kunjungan. Saya melihat kecenderungannya selama ini.

Informasi awal yang saya ketahui bahwa saksi Yehuwa ini termasuk ke dalam sekte yang tidak diakui di negeri ini atau dianggap sesat. Jadi apa yang mereka lakukan jelaslah “ilegal”. Tetapi usaha mereka menggembala dengan menyebarkan pahamnya masih saja dilakukan. Bagi kami yang Kristen apa yang dilakukan mereka tidak menjadi masalah besar, berbeda dengan pemeluk kepercayaan lain ketika mendapati ada usaha-usaha aliran yang diakui atau tidak diakui mendatangi keluarga mereka, efeknya pasti akan terjadi keributan.

Keluarga kami menanggapi hal ini biasa saja, hanya sebagai ujian atas iman yang selama ini kita percayai, malah di sinilah wadah untuk bersaksi atas keyakinan kami. Selama mereka tidak berlaku meresahkan atau memaksakan kehendak, tentu akan kami anggap biasa, meski komunitas ini dianggap ‘miring’.

Ada pengalaman yang tidak mengenakan dari komunitas Saksi-Saksi Yehuwa ini. Kebetulan ada sanak saudara yang ikut bergabung dengan komunitas ini. Komunitas ini seperti mencuci otak orang-orang yang diajak. Saudara kami yang ikut komunitas ini jadi berubah perilaku, seperti menjauh dari keluarga, bahkan untuk perilaku di pekerjaan jadi berubah drastis. Sikapnya menjadi menghalalkan segala cara untuk uang, sampai dia terkena kasus penggelapan uang di kantornya. Dengar-dengar apa yang dilakukannya itu untuk membiayai komunitas yang dia percayai dan ikuti. Ada paham yang salah dianutnya, bahwa segala harta kekayaaan yang ada itu milik Tuhan dan harusnya digunakan untuk membiayai pelayanan. Atas dasar itulah mungkin pengelapan uang di kantornya dilakukan. Akhirnya keluarga menanggung semua masalah yang ditimbulkan anggota keluarganya itu. Masih banyak masalah lain dari anggota Saksi-Saksi Yehuwa ini, banyak dari mereka yang mengikuti Saksi-Saksi Yehuwa yang punya pekerjaan atau usaha mengalami kebangkrutan.

Entahlah apa yang salah dari keyakinan yang ditanamkan dari komunitas ini. Atau mungkin  karena inilah aliran ini dipermasalahkan untuk eksis di negara kita. Saya coba berkaca dari agama lain yang mempunyai permasalahan sekte-sekte atau kelempok yang bermasalah. Seperti saudara kita yang beragama Islam bermasalah dengan aliran Ahmadiyah, yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Namun yang membedakan adalah pendekatan masing-masing terhadap komunitas atau sekte bermasalah itu. Apakah dengan kekerasan atau jalur kompromi untuk mengembalikan yang ‘tersesat’ itu kembali kejalur yang benar.

Inilah pengalaman keluarga saya mengenal Saksi-Saksi Yehuwa, hanya sebatas itu saja tidak lebih. Apa yang saya catat di sini berdasarkan yang terjadi, dan memang kami sekeluarga dan saya pribadi menganggap aliran atau kepercayaan ini “aneh”. Toh sudahlah, yang saya yakini adalah Kristus, sesuai konsepsi Tritunggal Allah. Dan saya mempercayai “ … aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan Para Kudus, Pengampunan Dosa, Kebangkitan Badan, Kehidupan Kekal …” Jadi andaikan saja mereka menawarkan keindahan dan kenyamanan prinsip-prinsip penafsiran ala Saksi-Saksi Yehuwa dari Menara Pengawal tentunya tidak akan saya gubris. Semoga apa yang saya catat ini bisa jadi sharing pengalaman. Buat yang punya pilihan tersendiri ya silakan saja, toh hak mempercayai sesuatu itu adalah hak asasi manusia, dengan catatan tidak merugikan orang lain. Berkah dalem ;) Tuhan memberkati kita selalu. Gbu.

Sabtu, 01 Juni 2013

Selamat Datang Juni 2013

Waktu terus bergulir tak menyangka sudah masuk di bulan keenam di tahun 2013 ini. Wah, pencapaian saya sepertinya masih mandeg nih. Harus benar-benar lekas banting setir, saya tidak bisa begini terus. Bulan Mei lalu saya habiskan separuhnya untuk hal yang kurang produktif. Sampai akhir bulan Mei lalu pencapaiannya sangat amat tidak maksimal, terutama untuk produktivitas kerja.

Untuk perkembangan blog Naturality di bulan Mei lalu pencapaian kunjungan saya berdasarkan statistik blogger account saya mengalami peningkatan dibandingkan bulan lalu. Yang jelas buat saya produktivitas ini cukup baik. Untuk Netbook cocoper6 masih berusaha meningkatkan keeksisan saja, toh untuk blog saya tersebut lebih digunakan untuk catatan pribadi saja, tidak untuk juga buat konsumsi publik dan untuk dibagikan, kalau ada pengunjung ya syukur tidak juga tidak masalah. Karena untuk Naturality jadi blog utama saja meski dia adalah blog kedua saya setelah Netbook cocoper6.

Harapan saya untuk bulan Juni ini saya bisa dapat sesuatu yang saya inginkan. Karena saya tidak boleh berlama-lama lagi tertinggal. Untuk blog saya ini harapannya bisa terus eksis, paling tidak bisa rutin posting yang bermanfaat, lalu juga bisa mencoba lagi untuk menggikuti lomba-lomba blog. Kemudian juga coba ikut share tulisan diberbagai blos sosial media lain, sekalian mengeksiskan diri di dunia maya.

Selamat tinggal Mei, selamat datang Juni, hari ini kami mengawali bulan dengan semangat dan harapan baru untuk sesuatu yang baru yang bisa diraih. Sukses buat kedepannya ;) Vini Vidi Vici!!