Kebijakan PemKab Banyumas (My Opinion)
Jumat, 12 Juni 2009
Kebijakan merupakan suatu ide, gagasan untuk maksud tujuan tertentu yang coba untuk dinyatakan, diwujudkan dalam bentuk tindakan yang dampak dari tindakan tersebut mengenai orang banyak. Itu pandangan kebijakan dari kacamata pemahaman saya. Kata kebijakan juga sering saya dengar dari media, atau orang-orang yang penting, kadang juga mahasiswa, politisi, hampir semua orang pernah mendegar kata ini. Kebijakan ini mempunyai dampak bagi orang banyak, ada yang positif ada pula yang negatif. Itu juga tergantung dari mana orang memandang dan merasakan pengaruh dari kebijakan tersebut.
Contoh kebijakan yang sering sekali saya dengar juga rasakan kebijakan pemerintah yang menaikkan atau menurunkan harga bahan bakar minyak dsb, kebijakan kampus yang ingin merubah menjadi badan hukum pendidikan atau kebijakan pemda kabupaten terhadap wilayahnya. Semua itu ada pro kontra atas terbitnya kebijakan.
Disini saya ingin memberikan pandangan saya tentang kebijakan yang saya rasakan. Saya memberi contoh pemda Kabupaten Banyumas di tahun 2009 ini. Setelah terpilihnya bupati Banyumas beberapa waktu lalu yaitu Mardjoko, dia sebagai pimpinan daerah berusaha mewujudkan janji-janji politik yang pernah diutarakan waktu kampanye untuk memajukan daerah yang akan dia pimpin. Saya disini hanya sebagai warga pendatang yang kebetulan ikut merasakan beberapa hal perkembangan dari Kabupaten Banyumas ini.
Yang saya lihat jelas kebijakan dia sewaktu merubah tata indah alun-alun Purwokerto. Yang dulunya alun-alun ini dibelah oleh badan jalan ditengah-tengahnya dengan diapit oleh dua pohon besar. Kini keadaan itu berubah total. Semua badan alun-alun dirombak, baik tanah, rumput dan dilakukan penambahan-penambahan. Saat proses proyek pengerjaan tersebut banyak sekali masyarakat yang pro kontra akan kebijakan tersebut. Ada yang menolak dari insan seni banyumas yang menyayangkan pemerintah kabupaten merusak nilai sejarah dari alun-alun tersebut dan ada beberapa kritikan lainnya. Lalu juga ada yang mendukung atau masa bodoh, biarkan saya itu terjadi, yang penting alun-alun itu dibuat menjadi lebih baik. Semua pro kontra ini ditanggapi wajar oleh pemerintah kabupaten terutama dari bupati terpilih. Tujuan yang mungkin ingin dicapai dari proyek itu menurut pandangan saya mungkin ingin membuat alun-alun ini menjadi satu kesatuan yang utuh, tidak terpisahkan, menjadi tanah lapang yang mana semua warga bisa bermain, berkumpul di alun-alun itu tanpa harus terpisah oleh badan jalan. Tujuan yang tidak salah. Setelah beberapa lama, proyek itu selesai, alun-alun yang sesuai dengan tujuan itu telah jadi. Dan hasilnya, manfaatnya bisa dirasakan banyak orang. Lihat wajah alun-alun sekarang, lebih hijau dan lebih ramah bagi anak-anak, keluarga dan berbagai macam orang yang ingin bersantai. Dan orang-orang yang dulu menolak bisa menerima keadaan ini karena itu memang baik untuk semua orang. Kesan asri tetap bisa dijaga, walaupun kehilangan dua pohon besar saksi sejarah, tapi kehilangan itu bisa tergantikan.
Kini ada lagi kebijakan yang kembali menuai pro kontra. Tapi sekarang saya sendiri lebih melihat sisi kontranya yang beredar. Saya dulu senang melintas jalan Dr. Angka, rasanya sejuk sekali, kiri kanan badan jalan ada pohon-pohon yang menemani perjalanan ketika melintasi jalan itu. Tapi kini semua itu hilang, pohon-pohon itu semua hilang. Semua dipapras habis tanpa sisa. Saya merasa kehilangan terutama saat siang hari, saat panas terik, tidak ada lagi yang menjadi peneduh disaat panas. Saya sempat bertanya dalam hati kenapa pohon-pohon ini ditebang, apa salah mereka?. Ataukah ada pelebaran jalan? Ternyata, ada rencana di daerah itu dibangun rumah sakit, RS Elisabeth yang membeli tanah di daerah tersebut untuk memperluas bangunan rumah sakit yang sebelumnya di jalan Gatot Subroto. Dengan alasan itukah semua pohon-pohon itu ditebang? Kemakah paru-paru kota akan dipindahkan? Dimanakah kebijakan yang pro terhadap lingkungan ditengah keadaan krisis lingkungan saat pemanasan global? Cuma pemerintah lah yang tahu jawabannya.
Belum lagi penebangan di Dr. Angka. Di jalan arteri Jendral Soedirman pohon-pohon sepanjang jalan tersebut juga ikut jadi korban penebangan. Pertanyaan yang sama keluar dari hati, untuk apakah semua pohon itu ditebang? Harus mencari kemana lagi paru-paru kota sumber oksigen, penyerap air hujan? Mungkin keadaan ini sama seperti waktu alun-alun dirubah, memang ada berbagai pertentangan. Mudah-mudahan alasan dari penebangan pohon-pohon itu untuk tujuan yang memang untuk kebaikan bersama, walaupun awalnya memang membawa pertentangan. Dan peran pohon-pohon yang hilang itu bisa mereka gantikan dengan yang lebih baik atau paling tidak kembalikan pohon-pohon itu seperti semula. Sekarang kita lihat prosesnya, kita tunggu, bagaimana waktu yang akan menjawabnya, semoga demikian. Cpr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar