Senin, 27 Mei 2013

RC213V Produksi Massal Mulai Menjalani Tes

RC213V di ajang MotoGP merupakan motor andalan Honda untuk musim 2013 ini, dan motor ini sudah mampu dikatakan pesaing terberat tim pabrikan lain, Yamaha dan Ducati. Performa RC213V sangat luar biasa. Ducati yang dahulu diklaim sebagai motor yang berpower besar cukup kewalahan menghadapi dominasi RC213V di berbagai lintasan, bahkan untuk track lurus saja RC213V mampu mengimbangi power dari Ducati Desmos GP13. Begitu juga dengan Yamaha YZR M1 yang terkenal mempunyai stabilitas hadling baik di sirkuit yang berkarater tikungan pun kewalahan menghadapi RC213V. Dibuktikan di seri awal 2013 dimana sirkuit yang dikenal Yamaha sebenarnya mampu mendominasi mampu dipatahkan RC213V.
[Sumber: otomotifnet]

Melihat performa yang kompetitif ini HRC ingin mencoba membuat motor prototipe ini untuk produksi massal, dan juga plan Honda untuk membuat motor RC213V ini bisa dipakai di tim CRT. Disamping itu Honda ingin membawa atmosfer race MotoGP pada penggemar otomotif motor besar di seluruh dunia. Mengingat apabila untuk memroduksi motor RC213V membutuhkan dana yang sangat besar, untuk itu Honda mencoba membuat motor yang serupa dengan biaya lebih murah, paling tidak tidak mengurangi aspek performanya.
Beberapa waktu lalu, saya membaca artikel berita dari Otomotif[dot]net tentang informasi terkait dengan apa yang saya catat ini. Bahwa Honda mulai mengetes motor RC213V yang digunakan untuk produksi massal di Motegi, Jepang. Kebetulan pada sesi tes tersebut ada Suzuki dan Yamaha yang ikut tes. Suzuki saat itu tengah mengetes motornya yang akan ikut MotoGP musim 2014. Yamaha pun melakukan hal yang serupa di sirkuit tersebut. Mengenai spesifikasi dari motor replika RC213V ini pihak HRC belum mau menginformasikannya. Bravo Honda!!! Lanjutkan pengembangan mu. One Heart!!!

Sabtu, 25 Mei 2013

Corat-coret: Rumah Sakit dan Hotel

Siapa yang tak kenal rumah sakit, dan siapa yang tak mengenal hotel? Sebuah tempat yang berbeda, namun punya kesamaan jika dilihat dari sudut pandang tertentu. Kalau hotel, banyak orang menginginkan mengunjunginya, sedangkan sebaliknya, rumah sakit jadi tempat yang tidak ingin dikunjungi, kalau pun harus mengunjungi itu pada keadaan tertentu, ya ketika sakit.

Apa yang saya tulis ini terinspirasi dari beberapa hari saya berada di rumah sakit. Ya, seperti postingan di blog pribadi saya, Netbook cocoper6, saya sedang menjaga om saya yang sedang sakit. Selama beberapa hari di rumah sakit, saya melihat ada kesamaan antara rumah sakit dengan hotel.

Pembedanya hanyalah rasa ketika kita tinggal di dua tempat tersebut. Ketika kita tinggal di sebuah hotel, perasaan kita adalah senang, hiburan, melepaskan segala kepenatan. Sebaliknya ketika kita tinggal di rumah sakit, yang dirasa ya kesakitan, kegelisahan, ketidakbetahan, kejenuhan serta rasa sakit apabila kita merupakan pasien dari rumah sakit tersebut.

Kalau bahas sol kamar, ya kalau di rumah sakit kita memilih ruang perawatan untuk kelas VIP atau VVIP, tentunya bisa merasakan suasana perawatan yang nyaman lengkap dengan segala fasilitasnya, ya ada kamar mandi dalam, kemudian televisi, kulkas, ada juga extra bed, mungkin juga sofa, wastafel, meja dan peralatan pendukung kenyamanan pasien dan keluarganya. Untuk soal biaya juga jelas berbeda untuk memperoleh semua fasilitas tersebut. Tidak jauh berbeda jika kita memilih sebuah hotel berbintang, ada harga lebih yang harus dibayar atas fasilitas yang diharapkan.

Sebagai pembanding saja, di rumah sakit tempat om saya dirawat kenas cas Rp 450.000,00 per malam, untuk pukul 00:00 perhitungan biayanya. Harga yang tak jauh berbeda untuk hotel berbintang, minimal bintang tiga. Ya inilah yang saya bilang ada kesamaan antara rumah sakit dan hotel, yang membedakan ya tadi perasaan si empunya sewa di ruang perawatan rumah sakit atau di kamar hotel tersebut.

Saya pun merasakan demikian, di ruang perawatan VIP rumah sakit ini relatif nyaman, ya tak berbeda dengan hotel. Hanya saja, untuk tempat tidurnya bukan spring bed layaknya tempat tidur hotel, tetapi tempat tidur dorong (mekanik). Ya setidaknya ruang perawatan VIP ini jadi tempat inap sementara kami yang menunggui pasien yang sakit yakni om saya. Keluarga bisa berkumpul di sini, di tempat yang nyaman bak hotel, meski ras yang kami rasakan di sini berbeda jika kami menginap di sebuah hotel. Tapi tak apalah, kebersamaan berkumpul bersama keluarga itu yang tidak jauh berbeda jika kita bermalam di hotel bersama keluarga.

Nah jadi sekarang, pilih mana, mau menginap di rumah sakit atau di hotel? ha3x … Pertanyaan bodoh kayanya. Jelaslah kita akan memilih hotel untuk menginap, daripada rumah sakit yang mempunyai fasilitas bak hotel. Karena harga sebuah ketenangan dan, kesehatan mahal harganya. Jadi kalau sekarang baru hanya mampu menikmati suasana hotel ala rumah sakit, ya harap maklum, karena nanti suatu ketika bermalam di hotel berbintang tak lagi malu atau minder. (^_^)?

Selasa, 21 Mei 2013

Wiskun: Bubur Sop Ayam ala Pedagang Cirebon

Bubur ayam, semua pasti sudah sering mencicipi makanan yang satu ini. Ya wajar saja, biasanya dikonsumsi untuk santap sarapan. Bubur ayam banyak ragamnya itu yang saya tahu. Karena sering sekali saya menemukan bubur ayam disajikan dengan rupa dan cita rasa yang berbeda. Tetapi intinya ya tetap bubur atau nasi yang dimasak lembut dan suir-suir daging ayam jadi poin wajib.

Bubur ayam yang sering saya temui ada bubur ayam kering, ada bubur ayam yang agak berkuah, dan ada yang berkuah banyak. Nah yang saya temui di sini adalah bubur ayam yang berkuah, namaya adalah bubur sop ayam. Setidaknya itu yang saya lihat di spanduk kain yang dipasang di gerobak jualannya.

Bubur sop ayam ini sangat banyak kuahnya, jadi itu bubur seperti terbanjiri kuar. Malah dari tampilannya buburnya tak terlihat karena tertutup kuah kaldu tauco yang berwarna coklat, kemudian suiran ayam, kol, seledri dan kacang. Soal rasa yang saya rasakan ketika menikmati kuahnya yaitu berasa seperti kuah tauco. Bumbu tauconya sangat terasa, karena seperti ada kacang kedelainya. Yang saya tahu itu tauco itu terbuat dari kacang kedelai.

Kalau rasa keseluruhan sih biasa saja, tidak terlalu berkesan. Ya begitulah yang saya rasakan ketika menyantap menu kuliner bubur ayam. Tapi setidaknya dengan mengenal ragam menu bubur ayam jadi menambah wawasan tersendiri. Setidaknya sih kalau lagi sakit, menu bubur pasti jadi pilihan karena kelembutannya, jadi nanti tinggal pilih menu bubur yang model apa.

Sekian dulu share saya soal kuliner yang saya temui. Ya paling tidak ini jadi tempat saya untuk berbagi dan sekaligus jadi catatan pribadi saya. Sampai jumpa di jenis kuliner yang lainnya. (^_^)?

Senin, 20 Mei 2013

Semoga My Uncle Lekas Sembuh

Akhirnya setelah perjalanan 4 jam dengan kereta, saya sampai juga di kampung halaman. Sebelumnya saya sempat posting ketika saya masih di stasiun, dan sekarang saya sudah sampai, namun ada sesuatu yang membuat saya sedih. Niat bertemu dan berkumpul keluarga dengan suasana yang baik-baik saja berubah jadi lain. Musibah selalu datang di saat yang tidak kita duga. Meski selalu ada tanda yang mendandai, namun karena kita kurang peka sehingga membuat hal ini semua terjadi tiba-tiba.

Tujuan pulkam saya kali ini memang ingin bertemu om saya, om yang paling dekat (adik bungsu dari ayah). Namun ternyata, belum sampai rumah, saya sudah diberi kabar yang kurang mengenakan. Om saya itu mengalami gangguan kesehatan, dia mengalami serangan stroke.

Saya kaget ketika mendengar itu. Ketika itu ayah saya sedang bersama saya, dia menjemput saya ke stasiun. Ibu dan om saya di rumah. Sore itu om saya sedang asyik memperbaiki peralatan elektronik yang rusak di rumah. Itulah hobinya dan sekaligus keahliannya. Sejak kedatangannya Jumat 17/5 lalu, dia terlihat sibuk, memang seperti biasa ketika dia main ke rumah, selalu membereskan sesuatu yang tidak beres.

Mungkin karena faktor kelelahan  membuat tensi darah naik tinggi. Dia pusing hebat, dan akhirnya membuatnya hilang kesadaran, ketika itu kondisinya sudah seperti orang stroke. Saat itu ibu saya sendirian di rumah, dan harus mencari bantuan tetangga untuk membawa om saya ke rumah sakit terdekat. Saya sempat berbapapasan dengan mereka. Setelah saya sampai rumah saya langsung menyusul ke rumah sakit.

Ketika saya lihat dia, cukup parah memang kondisinya, stroke yang menyerangnya membuat sebagian tubuhnya tidak bisa berfungsi normal. Untuk berbicara dan bergerak saja sulit. Akhirnya dr. menyarankan untuk ct-scan, karena kondisi om ku saat itu muntah dan mengeluhkan pusing. Hasil tes tensi darah cukup tinggi, mencapai angka 195, katanya normalnya itu 120-125. Say cukup buta dengan angka itu, tetapi yang saya tahu hanya itu berbahaya.

Hasil ct-scan akhirnya keluar dan ternyata tensi darah yang tinggi itu membuat pembuluh darah di kepala nya pecah, dan kondisinya seperti sekarang yang terjadi. Sedih sekali saya melihat dia. Dia yang biasanya bersemangat, senang bercanda ketika bertemu ponakannya jadi berbeda. Saya sedih sangat, air mata ini jadi tak sengaja ya keluar begitu saja, namun saya coba tahan. Y bagaimana tidak sedih, niat pulang bisa berkumpul bersama, bercanda bersama jadi seperti ini.

Malam ini, dia masih berada di ruang observasi ICU. Saya berharap kondisinya lekas membaik, sehingga kita akan pelan-pelan untuk menyembuhkan strokenya itu, meski tidak sempurna namun keberadaan dia di tengah kami sangat penting. Siapa pun tidak mau kehilangan orang yang disayang bukan? Kondisi ini membuat situasinya jadi 50:50, meskipun om saya masih dalam kondisi sadar, ya palinng tidak masih bisa diajak komunikasi dengan segala keterbatasannya, kita yang menanggapinya pun mesti sabar mengetahui maksud dari ucapan dan gestur tubuhnya. Yang jelas, sakit yang dia rasakan tidak bisa dibohongi.

Saya berharap om saya bisa kembali berkumpul di tengah kami. Dia yang memang paling perhatian pada kami ponakannya, jujur saya sangat sedih melihatnya seperti ini. Tuhan, bantu om ku untuk sembuh, saya percaya Tuhan sayang. Tuhan tahu betapa baiknya dia bagi kami, Tuhan menolong kami melaluinya, Tuhan sentuh om saya agar dia bisa sehat dan bisa melihat kami ponakan-ponakannya berhasil. Tuhan, kabulkanlah doa kami yang menyanganginya. Gbu.

Trip Pulkam Mei 2013

Akhirnya setelah sekian lama, saya bisa trip dengan sepur lagi hari ini. Soalnya beberapa bulan lalu ketika trip ‘pulkam’, moda transportasi travel yang saya pilih, karena kepraktisan dan ada dana lebih. ha3x. Berhubung bulan ini sedang dalam masa keterbatasan, trip dengan sepur jadi pilihan, alasannya lebih murah. Sebenarnya sih kalau dibandingkan enak menggunakan sepur, soalnya banyak sesuatu yang bisa diamati, kesempatan untuk bersosialisasi jadi lebih luas. Kalau menggunakan travel itu  waktu kita hanya untuk duduk dan tidur, paling ya ngobrol dengan teman sekursi.

Trip kali ini melelahkan, ya wajar karena selama ini saya sangat jarang menggunakan angkutan umum di ibukota. Rasanya macam ‘nano-nano’, ramai rasanya. Ada panas, sumpek, belum lagi was-was copet, plus capek itu semua jadi teman perjalanan. Yang jadi catatan si soal panas dan capeknya ini. Biasa saya naik motor ke tempat tujuan tak perlu menunggu, tinggal tancap gas, masalahnya ya paling macet dan panas. Kalau sekarang, sebelum berangkat saja saya sudah berolahraga, jalan kaki euy, ya lumayan 700 meter lah dari kosan Yulimar menuju jalan utama Margonda. Dari jalan utama mesti nyebrang lagi ke arah Stasiun Pondok Cina. Moda angkutan KRL comuter jadi piihan karena alasan efisiensi waktu dan kenyamanan, meski tidak terlalu nyaman juga. Soalnya yang saya tahu hanya dengan angkutan itu. Kalau soal cost nya sih ya relatif mahal, tiket comuter aja Rp 8.000,00, belum lagi angkutan dari stasiun transit ke stasiun keberangkatan.

Sejak ada peraturan baru comuter tidak berhenti di Stasiun Gambir cukup merepotkan. Karena kalau mau trip ke Jawa  dari Depok, moda transportasi yang strategis ya comuter. Sejak tidak boleh turun di Gambir, otomatis pilihan turun ya di Stasiun Gondangdia sebelum Gambir dan Stasiun Juanda setelah Gambir. Dari situ ya terpaksa harus melanjutkan dengan angkutan yang lain entah bisa bajaj, kopaja atau ojek. Kalau saya tadi itu dari Gondangdia terpaksa naik ojek, ya Rp 10.000,00 harus saya keluarkan, awalnya ojeknya minta bayaran lebih, tapi akhirnya ketemu diangka itu, karena saya tak mau ribet lagi menawar, karena saya sudah gerah sekali. Ya inilah yang membuat saya tak terlalu suka menggunakan angkutan umum di ibukota, karena untuk perjalanan tertentu saja banyak biaya yang harus dikeluarkan dan gerahnya, kesulitan dapat angin sih.

Awalnya memang saya inginnya sih naik motor saja ke Gambir, lalu motor saya dititipkan di sana. Namun takutnya saya terlalu lama di kampung halaman akhirnya niat itu saya urungkan. Faktor keamanan juga jadi pertimbangan saya.

Akhirnya saya sampai juga ke Gambir. Sampai stasiun langsung menuju loket tiket. Awal-awal cukup was-was soal harga tiket, berapa ya? Maklum saya sudah lama juga tidak naik sepur. Mengingat selama ini tiket kereta terkadang harganya sulit diprediksi, kadang mahal sekali, kadang ya biasa aja. ha3x … Tanya di loket, “Tiket untuk Cireks tujuan Cirebon, berapa?” Jawab si mba petugas karcisnya, “Rp 75.000,00 berangkat jam 13:30.” Saat itu pula legah rasanya, budgetnya masih sisa, lumayan lah buat ongkos ngangkot di kampung halaman. Akhirnya bayar dan duduk deh di ruang tunggu, soalnya masih 1,5 jam lagi.

Owh iya, ada catatan saya kali ini. Untuk setiap perjalanan dengan menggunakan kereta api ini, pihak KAI sudah menerapkan displin berangkutan. Dari soal membeli tiket untuk keberangkatan langsung saja, kita calon penumpang harus menunjukan KTP. Kemudian untuk masuk ke loket juga sama menunjukan KTP. Memang lebih ribet, ya tapi inilah cara KAI untuk meminimalisir calo tiket.

Waktu keberangkatan masih lama, jadi ya saya mengeluarkan Lenov dan buat postingan ini, sekalian mengisi waktu luang lah. Sekian dulu lah share saya, lanjut lagi nanti setelah saya sampai kampung halaman, “kota udang”. Bye. (^_^)?

Kamis, 16 Mei 2013

My Room D205 Yulimar

Setelah saya share tentang meja kerja saya di postingan sebelumnya. Kali ini saya ingin share soal my room. Ya ini lah catatan saya tentang kamar sewa yang selama dua tahun ini saya tinggali sejak akhir tahun 2010 sampai sekarang, ya saat saya membuat postingan ini.
Catatan ini saya buat sebagai catatan untuk nostalgia saya ketika saya tak lagi tinggal di sini, karena memang di sini ya hanya untuk sementara. Masa mau jadi anak kos selamanya, tidak kan ... ;) Ingin juga dong punya sesuatu yang lebih dari kamar, rumah misalnya. Karena sepertinya saya sudah banyak tertinggal dari rekan-rekan saya seangkatan yang lainnya yang sudah mempunyai rumah tinggal sendiri.

My room D205
My room D205
Awalnya kebetulan sekali saya bisa bertemu tempat ini, namanya Wisma Yulimar. Nama Yulimar ini telah beberapa kali disebut di postingan saya sebelumnya, terutama postingan tentang hobi saya memelihara kucing. Kucing-kucing saya itu memang tinggal di komplek kos Yulimar. Lokasi tempat tinggal saya ini di Jalan Yahya Nuih No. 79, Pondok Cina - Beji, Kota Depok, Jawa Barat. Setidaknya alamat ini saya simpan selama ini, untuk RT/RW nya saya kurang begitu paham. Patokannya jelas, karena di komplek rumah kos saya tinggal ini ada musholanya. Jadi kalau mencari tempat ini juga tak sulit koq. #sekalianiklan. Rumah kos di sini merupakan bangunan lama, lantainya pun masih plesteran semen biasa, hanya dilapis platik verlak. Karena dulu waktu pertama saya masuk ini, pendapat saya ya 'seram', karena sepi sekali. Tapi lama-lama ya lumayan juga penghuninya. Total kamar yang tersedia itu ada lebih ± 56 kamar (7 deret x 8 sisi). Banyak bukan? Ada satu deret yang digunakan untuk kamar perempuan, jadi tidak 100% kos pria. Kalau soal peraturan di sini relatif ya ribet lah, jauh berbeda dengan kos saya semasa kuliah dulu di Jokle, Purwokerto.
Sebenarnya kamar lama saya tidak di kamar yang sekarang saya tinggali. Dulu saya tinggal di kamar bawah, waktu pertama kali menyewa kamar di sini. Harga pertama dulu itu Rp 300.000,00, include kamar mandi dalam, sudah sama listrik (pemakaian standar tanpa alat-alat elektronik berat). Alat elektronik berat itu maksudnya ya tidak termasuk untuk magicom, komputer/ laptop, televisi, radio, dll.
Saya ingat dulu pertama kali saya datang ke sini tanpa membawa apa-apa. Hanya satu set tas yang berisi pakaian, dan plus sleeping bag yang saya gunakan sebagai bantal. Karena waktu pertama saya masuk ke kamar ini, hanya tersedia kasur, dan lemari saja, tidak ada bantal. Kasurnya saja sudah tipis dan baunya sudah apeg sekali, benar-benar tak nyaman sekali saya tinggal di kamar ini. Cukup lama saya tinggal di kamar ini, sudah seperti gudang, sudah cahaya tidak bisa masuk, pokoknya pengab sekali deh, sudah berasa kaya gudang. Saya ingat waktu itu saya pertama kali bekerja di ibukota. Jadi kamar ini hanya saya gunakan untuk tidur dan mandi saja, karena sedari pagi saya di luar dan baru kembali malam hari. Lama-lama saya punya sesuatu untuk merubah keadaan, saya pun memutuskan untuk pindah kamar, dan sekarang saya ada di kamar lantai dua. Setidaknya di sini saya jauh lebih nyaman, udara segar dan matahari bisa masuk ke kamar. Dan yang paling penting tidak banyak serangga yang masuk ke kamar ini, terutama kecoa. Pernah sih ada tomcat mampir, tapi ya itu tidak setiap hari. Untuk kamar saya yang sekarang ini harga sewanya berbeda, Rp 325.000,00, ya karena sekarang saya punya alat elektronik berat, jadi harus ada biaya tambahan untuk listrik.
Tidak sangka ya sudah dua tahun saya di sini, mungkin lebih. Ya buat saya tempat ini nyaman, ya di kamar saya yang sekarang. Banyak rekan, keluarga yang menyarankan untuk pindah tempat lain, tapi saya belum tertarik untuk pinndah. Kenapa? Karena saya nyaman dengan suasana di sini, meski tidak free. Tapi view di depan kamar yang mengarah ke kebun yang hijau jadi kenikmatan tersendiri, kesegaran melihat yang hijau. Wajar saja, setiap hari di jalan yang dilihat hanya polusi dan kegersangan, tapi di kos saya ini view go green bisa saya nikmati gratis.
Sekian dulu share tentang kamar yang saya tinggali sekarang. Ya barangkali ada yang berminat ke kamar sewa yang saya tinggali ini bisa coba saja main ke alamat yang saya share di atas. Saya memang tak memberi foto soal lingkungan kos saya ini, ya untuk keamanan saja. Kalau berminat ya bisa kunjungi saja ke alamat dimaksud. (^-^)?

My Work Table

Ah menyebalkan sekali, perasaan saya sudah buat postingan tentang hal ini kemarin, ketika saya menceritakan bahwa saya sekarang sudah punya meja kerja, up's meja belajar tepatnya. Saya biasa membuatnya di ScribeFire, cuma karena saya lupa dengan versi ScribeFire yang saya gunakan ini berbeda dengan yang saya gunakan dulu di Firefox. Jadi draft postingan yang sudah saya buat kalau ditutup dengan draf postingan baru, yang lama akan hilang dengan sendirinya, kecuali apabila postingan yang masih berupa draf itu di simpan terlebih dahulu.

My work table ;p
Saya mau share, kalau saya sekarang sudah punya meja kerja/ meja belajar. Memang saya sudah punya fasilitas ini di kamar sewa, cuma ya tidak terpakai maksimal sebagaimana fungsinya, karena tidak ada kursi. Kemarin saya coba mengusahakan kursi agar meja belajar ini bisa dipakai. Sekarang saya dapat menggunakan meja ini sebagaimana mestinya. Sebelumnya meja ini hanya untuk menyimpan sesuatu, ya yang jelas tidak maksimal penggunaannya.
Di meja saya ini saya simpan megicome, dvd player ( yang tak pernah bisa dipakai untuk memutar film, hanya bisa memutar musik saja). Di bagian atas saya simpan perlengkapan pribadi saya, seperti body spray, bedak, roll-on, kaca, pengharum pakaian. Di meja itu saya juga simpan rill pancing kesayangan saya, saya juga simpan beberapa buku di pojok kiri, ada juga botol celengan yang tak kunjung penuh (karena setiap akhir bulan selalu diambil untuk tambah-tambah uang makan). Ada juga dua ban dalam cadangan, untuk jaga-jaga kalau ban bocor disaat dompet lagi tipis. Ya begitulah isi dari meja yang saya miliki sekarang. Ke depannya meja ini akan saya gunakan untuk melakukan aktivitas kerja.
Sebelumnya saya memanfaatkan meja lesehan saja, tapi lama-kelamaan capek juga pantat dan punggung saya, jika duduk depan Lenov berjam-jam. Ya memang yang ideal kalau berkativitas itu duduk di kursi dan bermeja. Itu sebabnya kenapa di kantor-kantor selalu disediakan meja dan kursi untuk aktivitas karyawannya. Bayangkan apabila tidak ada meja dan kursi, karyawan kantor melakukan aktivitas lesehan di lantai ... #lucukaliya
Oh iy, cukup sekian share saya ini. Sekali lagi penting tidaknya catatan ini ya kembali ke urusan saya, toh ini catatan saya, saya mau simpan apa ya suka-suka saya. Toh tempat dimana sekarang saya tinggal ini bukan untuk selamanya. Jadi jika sudah tak lagi jadi tempat tingga saya, saya punya kenangan di sini, dan catatan ini bisa jadi sarana saya nostalgia ... ;o Tentunya begitu ;p (^_^)?

Rabu, 15 Mei 2013

Kompor Gas Portable

Omong-omong soal kompor gas portable, saya punya kompor gas yang selalu menemani saya di saat kesusahan. Biasanya sih kalau lagi "tipis dompet", kompor gas ini selalu menjadi teman saya, untuk memasak lauk, sekedar buat makanan ringan atau minuman hangat, semua jadi praktis dengan adanya kompor ini. Dulu bayangan saya, kalau harus menyediakan kompor gas plus dengan tabung gasnya, waduh repotnya kaya apa, mana lagi harus menyediakan tempat lebih untuk meletakannya. Belum lagi resiko penggunaan kompor gas dengan tabung melon 3 kilo ... #alamak Kan banyak tuh pemberitaan kasus "meledak" ketika memasak dengan tabung gas "granat" 3 kilo. Wajar saya sebut "granat", kalau kalau salah picu langsung meledak deh.
Kompor gas portable "Rinnai" dan tabung gas "HI-COOK"
Awal bertemu dengan kompor gas portable ku ini. Kebetulan ketika sedang belanja kebutuhan kamar, ada promo kompor gas, saya lihat-lihat, ternyata kompor gas portable yang ditawarkan. Kompor gas ini terlihat praktis, ringan, dan ada kopernya khusus untuk menyimpannya. Bahan bakar gas yang digunakan juga sederhana, seperti tabung pilog, tahu kan, itu botol cat semprot. Harga tabung gas nya itu juga murah meriah, kisaran 9,8K sampai 14K per botol 330 ml. Harga kompor yang ditawarkan promo itu juga tidak lebih dari 150K. Padahal sebelum-sebelumnya saya sempat ingin membeli kompor jenis ini, namun karena harganya relatif mahal kala itu masih diangka 200K saya mengurungkan niat saya. Kali ini kebetulan sekali harganya pas. Dan juga karena didorong oleh M e m e y, terbelilah. Dan sekarang saya merasakan manfaat dari kompor itu.
Kompor gas ini menurut saya lebih aman digunakan, daripada kompor gas biasa. Ya kalau untuk keperluan memasak ringan sepertinya cukup menggunakan kompor ini, seperti untuk kebutuhan anak kos, atau untuk travelling, untuk acara masak-memasak di sekolah, untuk demo masak sepertinya kompor ini cukup. Keamanannya menurut saya terjamin, asalkan digunakan secara normal saja, maksudnya pemasangan tabung sesuai dengan petunjuk penggunaan. Saya juga belum pernah mendengar kasus "laka" dari penggunaan kompor gas portable. Banyak produsen kompor juga punya varian untuk kompor gas jenis ini, tinggal pilih saja sesuai selera.
Sumber gasnya seperti yang sudah saya sampaikan di atas tadi, menggunakan tabung gas ukuran tabung kecil ukuran 330 ml. Tersedia di pasaran dengan berbagai merk. Masing-masing merk punya ukuran berbeda, namun rata-rata kisarannya 320 - 330 ml, harganya pun bervariasi. Soal masa berkala penggantian tabung itu tergantung pemakaian. Kalau pengalaman saya menggunakan tabung ukuran 330 ml, bisa sebulan lah, dengan pemakaian standar, untuk memasak air, indomie, menggoreng telur, tahu, tempe, memasak ringan lainnya. Contoh, saya memasukan tabung penggantian tanggal 14 Mei, nanti penggantian kembali sekitar tanggal 13-15 Juni. Bisa lebih awal atau lebih lama, sekali lagi tergantung pemakaian, namun tidak jauh dari tanggal tadi.
Jadi buat anak kosan, untuk mengirit pengeluaran harian terutama soal makan, kompor jenis ini bisa jadi pilihan, daripada harus repot-repot pinjam kompor nyokap di rumah #ahay, belum lagi soal resiko kalau-kalau apes teledor bisa terjadi ledakan, bahaya kalau sampai terjadi, bisa bikin geger satu atap rumah kos, dan tetangga. Meski penggunaan yang sederhana, sisi keamanan dan penggunaan yang cermat wajib diperhatikan. Selamat masak-memasak bagi yang mengaku jadi anak kos #okay ... ;) (^_^)?

Selasa, 14 Mei 2013

Corat-coret: Buntu ;(

Sudah tiga hari ini saya punya masalah dengan ide. Tidak tahu, kenapa ketika sudah di depan Lenov, langsung ‘ngeblank’, bingung mau ngapain. Kewajiban awal si saya tahu, tapi setelah itu mau buat apa bingung. Apa karena posisi duduknya yang ga PeWe ya? Tidak tahu lah.

Ada banyak yang ingin saya buat, tetapi ketika menuangkan langsung itu hilang semua. Konsepnya muncul ketika saya mandi, atau sedang berkendara, saat tiba waktunya di depan Lenov, konsepnya hilang. Kadang setelah mandi atau setelah berkendara, langsung tuh lupa gitu saja, jadi ya begini ini, mau buat apa tidak tahu. Daripada kosong, ya saya buat catatan ini, siapa tau ini buat pancingan. (*_*)?

New Name "Netbook cocoper6"

Saya memutuskan mengganti nama blog pertama saya menjadi "Netbook cocoper6". Beberapa waktu lalu saya menggunakan "Naturality II", tapi hari ini saya putuskan untuk merubahnya, karena blog ini akan saya gunakan sebagai blog pribadi, khusus menyimpan catatan yang sifatnya pribadi. Saya tetap kelola dua blog aktif, yaitu Naturality dan Netbook cocoper6. Naturality akan saya jadikan blog umum. Blog publik saya tetap ada di Naturality, sedangkan Netbook cocoper6 adalah blog pribadi yang sifatnya khusus, not for public.

Minggu, 12 Mei 2013

Kenali Blogging Saat Masih Sekolah

Blogging buat saya masih jadi aktivitas yang menyenangkan, karena  anggap sebagai hobi, mengisi waktu luang, daripada melamun, blog bisa jadi wadah lamunan kita. Cuma, saya menyesal baru mengenal aktivitas mengasyikan ini ketika saya di bangku kuliah.

Coba saya mulai mengenal sejak saya sekolah dasar, mungkin sudah banyak sesuatu yang saya peroleh, banyak hal yang bisa kita peroleh dari aktivitas ini. Yang utama adalah pengetahuan yang banyak tersedia di internet, kemudian kemampuan kita menulis atau mengungkapkan sesuatu bisa terus diasah, kemampuan memahami sesuatu dengan membaca pun jadi lebih baik. Waktu sekolah jadi tidak hanya diisi dengan kegiatan yang hubungannya dengan akademik, tetapi ada juga refresing yang menarik dari internet.

Mungkin jaman saya dulu, internet jadi sesuatu yang mahal. Bahkan untuk perangkat komputer, harganya sangatlah mahal. Mungkin jika jaman dulu seperti sekarang lain cerita. Ke depannya, saya mencoba mengenalkan hobi yang satu ini ke anak-anak yang masih sekolah, paling tidak ada hal positif yang bisa mereka kerjakan daripada nongkrong, gank motor, tawuran atau main game online yang sifat candunya sangat amat tinggi. Efek blogging lebih banyak nilai positifnya.

Jadi apa salahnya mengenal blogging dari usia belia. Toh sudah banyak blogging muda yang sukses dengan bloggingnya di usia yang masih muda. Menarik bukan ;) Mari!

Densus 88 Anti Teror Mabes Polri

Belakangan ini dengan ramainya pemberitaan soal kasus terorisme, nama Densus 88 kembali terkenal. Densus 88 merupakan tim khusus antiteror yang menangani kasus-kasus kejahatan terorisme milik Mabes Polri. Pada intinya, Densus 88 dilibatkan pada kasus kriminal atau kejahatan teror, terutama yang menggunakan senjata api dan bom yang mengancam keamanan masyarakat sipil. Itulah yang sejauh ini saya ketahui mengenai Densus 88.

Kembali soal pemberitaan, Densus 88 ini kalau saya lihat ya, kadang dibela, kadang juga dicaci atau dipertanyakan keprofesionalannya. Saya pernah membuat postingan yang berjudul Melihat Aksi Kontra Terorisme dari Sudut Lain. Di situ saya mencoba memandang Densus 88 dari sisi yang lain, ditengah berbagai pendapat yang menurut saya memojokan tugas penanganan kontra terorisme di Indonesia. Sepertinya sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap aksi terorisme yang ada itu hanya sebuah rekaan, terutama ketika Densus 88 melakuan aksi preventif. Tetapi sebaliknya, ketika Densus 88 bergerak setelah terjadi kasus terorisme, Densus 88 dihujat atas kecolongannya.

Di tengah pemberitaan Densus 88 yang sepertinya dipojokan itu, Densus 88 pun pernah menerima pujian, atas keberhasilan menangkap pelaku terorisme yang ketika itu benar-benar menampar Indonesia, ketika korban dari aksi terorisme itu sudah dianggap kejahatan kemanusiaan. Keberhasilan Densus 88 sangat diharapkan masyarakat Indonesia.

Ya itu dulu, tetapi sekarang sepertinya pandangan masyarakat sepertinya sudah berubah, terkesan sebagian masyarakat Indonesia mengamini tindakan terorisme. Masyarakat kita tampak munafik dengan hal ini, dan tidak mau terbuka diri memang ada oknum-oknum masyarakat Indonesia yang berusaha mengahalalkan terorisme di negeri ini, dan itu harusnya dilawan bersama, apa pun kepercayaan yang oknum itu anut. Saya menganggap hal ini terjadi karena pandangan negatif masyarakat Indonesia, terutama sebagian masyarakat tertentu yang punya pandangan keyakinan tertentu, yang menganggap Densus 88 adalah alat dari asing (barat), untuk merusak salah satu keyakinan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan latar belakang itu, saya ingin mencoba tahu lebih soal sejarah Densus 88. Mungkin tidak banyak yang akan saya catat, karena keterbatasan saya atas informasi yang ada, karena kebanyakan informasi yang saya peroleh menganggap Densus 88 sebagai pasukan yang tumpang tindih, dan Densus 88 masih dianggap sebagian orang (blogger) dan orang tertentu sebagai organisasi tak profesional, ya karena alasan-alasan klasik “alat barat”. Wajar, itu pendapat masing-masing orang, asalkan tidak merusak keutuhan negara ini dengan pandangan mereka yang seperti itu. Oleh karena itu informasi seputar Densus88 saya peroleh dari Wikipedia saja yang lebih netral.

Densus 88, itulah sebutan yang lebih sering digunakan ketika diberitakan soal aksi kontra terorismenya. Tahukah nama panjangnya? Densus 88 adalah kependekan dari Detasemen Khusus 88, merupakan satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus ini memang dilatih khusus untuk menangani segala bentuk ancaman teror, termasuk teror bom hingga penyanderaan. Beberapa dari anggota Densus 88 merupakan anggota tim Gegana.

Densus 88 Mabes Polri diperkirakan berkekuatan 400 personel, yang terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom) dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu (sniper). Di masing-masing kepolisian daerah (Polda) juga memiliki unit antiteror Densus 88 yang beranggotakan 45-75 orang, namun dengan fasilitas dan kemampuan yang lebih terbatas. Fungsinya memeriksa laporan aktivitas teror di daerah; melakukan penangkapan kepada personel atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan keamanan negara Republik Indonesia.

Densus 88 merupakan salah satu dari unit antiteror yang dimiliki Indonesia, selain Detasemen C Gegana Brimob, Detasemen Penanggulangan Teror (Dengultor) TNI AD alias Grup 5 Anti Teror; Detasemen 81 Kopasus TNI AD; Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Korps Marinir TNI AL; Detasemen Bravo (Denbravo) TNI AU; dan Satuan Antiteror BIN.

Satuan ini diresmikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Inspektur Jenderal Firman Gani, pada tanggal 26 Agustus 2004. Densus 88 ini awalnya beranggotakan 75 orang, yang dipimpin oleh Ajun Komisaris Besar Polisi Tito Karnavian. Densus 88 dibentuk dengan Skep. Kapolri No. 30/VI/2003 tertanggal 20 Juni 2003, untuk melaksanakan Undang Undang No. 15 Tahun 2003 tentang penetapan Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yaitu dengan kewenangan melakukan penangkapan dengan bukti awal yang dapat berasal dari laporan intelejen manapun, selama 7 x 24 jam (sesuai pasal 26 dan 28). Undang-undang tersebut populer di dunia sebagai Anti-Terrorism Act”.

Bahasan kita kini ke soal filosofi dari angka “88”. Angka 88 berasal dari kata ‘ATA (Anti-Terrorism Act)’, yang jika dilafalkan dalam bahasa Inggris erbunti ‘Ei Ti Ekt’. Pelafalan ini kedengaran seperti ‘eighty eight (88)’. Jadi bila ada anggapan bahwa angka ‘88’ itu merupakan representasi dari korban jiwa bom Bali terbanyak yaitu 88 orang warga Australia, dan representasi dari “borgol” yang membentuk angka ‘8 adalah salah’. Ada pula pandangan yang selama ini beredar pandangan di masyarakat bahwa Densus 88 merupakan pasukan buatan asing (barat), dalam rangka niat mereka menumpas suatu keyakinan tertentu, sehingga membuat Densus 88 dianggap tak profesional. Wajar pandangan ini muncul karena memang Densus 88 dibuat dengan atas biaya dari pemerintah USA.

Densus 88 dibiayai oleh pemerintah USA, melalui bagian Jasa Keamanan Diplomatik (Diplomatic Security Service) Departemen Luar Negeri USA. Mengenai pelatihannya sendiri, dilatih oleh instruktur dari CIA, FBI dan U.S. Secret Service. Pengajarnya kebanyakan bekas anggota pasukan khusus USA. Informasi tadi dipandang lain oleh petinggi Polri saat itu  yang sebenarnya intinya sama saja. Menurut mereka (petinggi Polri saat itu) terdapat bantuan signifikan dari pemerintah USA dan Australia dalam pembentukan dan operasional Densus 88. Paska pembentukan, Densus 88 dilakukan pula kerja sama dengan beberapa negara lain seperti Inggris dan Jerman.

Soal persenjataan, pasukan Densus 88 dilengkapi persenjataan dan kendaraan tempur, seperti senapan serbu, pistol Colt M4, senapan serb Steyr AUG, HK MP5, senapan penembak jitu Armalite AR-10, shotgun Remington 870. Soal kendaraan tempur, selama ini Densus 88 menggunakan kendaraan sipil untuk melakukan penggerebekan ke sarang teroris. Hal ini untuk menyamarkan operasi agar tidak mudah diketahui.


Sebenarnya bagian inilah (dua paragraf di atas) yang menjadi titik kelemahan Densus 88, ketika dianggap sebagai pasukan khusus bentukan asing, bukan dibentuk atas dasar kebutuhan Polri sendiri, mengingat pada tahun itu, dunia internasional sedang terpukul atas aksi terorisme yang menjadi-jadi. Padahal bila dilihat dari kacamata lain, sebenarnya memang Polri membutuhkan tim ini, mengingat efek paham radikal juga sudah masuk ke Indonesia, dibuktikan dengan kasus-kasus teror yang membuat banyak jatuh korban, dimana keadaan ini jelas merusak citra Indonesia sebagai negara timur yang damai. Jadi menurut saya, selama Polri berjalan sesuai undang-undang yang berlaku, memang sudah seharusnya, jadi disitulah keprofesionalan Polri. Tidak usahlah kita mencampur adukan dengan keyakinan-keyakinan yang “salah”, toh tidak ada paham yang menghalalkan pembantaian atas orang-orang yang tak bersalah. Apabila, sebagian orang itu berpandangan bahwa mereka (negara-negara barat) pun melakukan hal yang sama di suatu negara, ada cara lain untuk meluruskannya, dan bila jalan “radikal” yang dpilih, janganlah lakukan itu di negara ini. Itu sudah cukup jelas, dan tak perlu diperdebatkan. So, do it in your place, don’t in here.

Terorisme di Indonesia ini muncul memang ada banyak hal yang mempengaruhi, dari kesejahteraan masyarakat sampai  ke pandangan ideologis yang masyarakat anut. Coba bila melihat daerah-daerah di dunia sana yang tinggi tingkat terorism-nya, kesejahteraan masyarakat secara ekonomi tidak terlalu baik, perut yang kosong membuat mereka mudah dimasuki pandangan-pandangan yang radikal. Tapi kesejahteraan yang baik juga tidak menjamin ada masyarakatnya yang tidak berpandangan radikal. Intinya, penegakan hukum yang tegas harus dilakukan dengan profesional dan tanpa pandang bulu.

Selama ini pandangan mereka yang radikal itu tidak mampu mengkombinasikan hukum dunia dan hukum Tuhan. Intinya seperti itu, jadi ketika ada permasalahan perbedaan pandangan yang prinsipil, hukum di Tuhan dan hukum dunia menjadi tumpang tindih. Padahal, hukum Tuhan itu digunakan untuk memagari hukum dunia, agar tetap sesuai koridor hukum Tuhan. Tuhan menurut keyakinan apapun tidak pernah mengamini kekerasan atau penghilangan nyawa orang dalam bentuk apa pun.

Pandangan saya ini jelas akan dianggap lain oleh masyarakat yang “phobia barat” atau “phobia Israel”, atau yang lebih ekstrim “phobia Yahudi”. Mereka pastinya akan menentang bagaimana pun caranya. Ya inilah yang membuat dunia tidak pernah damai, ketika perbedaan pandangan diselesaikan dengan kekerasan dan perang, diantara dua pihak atau lebih yang bertentangan. Dunia yang penuh kedamaian menjadi cita-cita bersama seluruh warga dunia, namun hal itu bisa terwujud jika warga masing-masing negara di dunia mampu menciptakan kedamaian pula, mengikis pemahaman radikal yang salah. Dan juga hapuskan dunia dari pemaksaan kehendak untuk urusan apapun, karena setiap individu punya kebebasan memilih kehendaknya selama berada dijalur aturan yang berlaku.

Di sini saya mencoba objektif melihat peran Densus 88, ketika memang Densus 88 perlu dikritisi ya lakukan untuk membangun. Tidak ada alasan apapun sebuah lembaga atau organisasi buatan negeri sendiri bisa disetir oleh asing. Hal ini terjadi karena terlalu seringnya bangsa ini bergantung pada bantuan asing. Cobalah untuk lepas dari ketergantunggan asing, “berdikari” bisa jadi pilihan, meski bukan berarti memutus diri dengan pergaulan dengan negara lain. Peace and love in world ;p

Sabtu, 11 Mei 2013

Corat-coret: Sesuatu Itu Kalau Melihat Saldo ATM Menipis

Pagi ini nampak begitu cerahnya. Tapi ketika melihat tanggalan, ini tanggal 11 #pusing menyerang ;( Why? Because hari ini adalah tanggal JT pembayaran tagihan 'sewa tinggal'. Oh my God (*_*)? Mau ga mau sebagai 'warga tinggal' yang baik kewajiban ini harus diselesaikan, tidak boleh lewat. #pusing karena bulan ini dan bulan lalu kondisi keuangan saya memang tidaklah baik, ya nampaknya benar-benar 'terseok-seok'.

ATM jadi solusi untuk masalah ini. Namun apa boleh buat, prinsip pegadaian tak berlaku di sini, "menyelesaikan masalah tanpa masalah". Melihat saldo di ATM semakin menipis, tambah #lieur ini kepala, apa yang terjadi jika dalam waktu ini dikuras sejumlah angka tertentu, bisa dibayangkan berapa sisa saldonya ... ;( Masalah bayar 'sewa tinggal' bisa terselesaikan, tetapi permasalahan di depan mata menanti. Yups, mau tak mau harus dihadapi. Memang, sesuatu ketika melihat saldo ATM tidak sesuai yang diharapkan, ketika pemasukan sudah sulit diperoleh. I hope better future ;)

Jumat, 10 Mei 2013

Ngeblog Adalah Seni dan Hobi

Ngeblog, bagi sebagian orang merupakan aktivvitas membosankan, karena hanya duduk di depan komputer/ laptop/ netbook, hanya berteman dengan tuts keyboard, untuk menuliskan sesuatu. Nampaknya lebih menyenangkan bila bermain game online. Mungkin lah itu anggapan sebagian orang yang menganggap ngeblog sesuatu yang tak menyenangkan. Namun bagi saya adalah sesuatu yang menyenangkan.

Duduk berjam-jam di depan Lenov, netbook kesayangan ku adalah sesuatu yang menyenangkan. Ada banyak sesuatu yang bisa saya ketahui dari jendela dunia, yang namanya internet. Aktivitas ngeblog tentunya berhubungan dengan internet bukan? Iya pasti tentunya. Berkunjung ke blog-blog lain jadi kegiatan yang menyenangkan, melihat sesuatu yang mereka (pemilik blog lain) tawarkan.

Buat ku ngeblog adalah seni dan hobi. Seni, kenapa disebut seni, karena yang dilakukan dalam ngeblog adalah bagaimana merangkai kata, dan merangkai kata merupakan seni, seni menulis. Kemudian dikatakan hobi, karena memang bagi sebagian orang menulis adalah hobi, tidak semua orang menyukainya. Hobi adalah aktivitas yang dilakukan atas dasar kesenangan. Tak kalah seperti hobi ku yang lainnya, seperti memancing, bersepeda, travelling, dan membaca. Dua hal, seni dan hobi ini sepertinya berkaitan erat dalam aktivitas ngeblog. Ya begitulah menurut saya.

Ngeblog buat saya adalah bagaimana saya membuat rumah di dunia maya. Blog adalah rumah di dunia maya. Rumah yang sebenarnya bisa dimiliki siapa saja, dibandingkan mempunyai rumah di dunia nyata. Apa sih sebenarnya definisi rumah? Rumah itu sebagai tempat bernaung, berlindung, menyimpang segala macam hal-hal yang berkaitan dengan diri kita, ya itulah fungsi rumah. Hanya saja fungsi rumah yang saya anggap ada dalam blog tidak bisa dijadikan tempat untuk berlindung, dan sepertinya itu yang membedakan.

Ngeblog akan terasa menyenangkan bila kita melakukannya tanpa beban, bisa setiap saat menyalurkan apa yang ada di pikiran kita, unek-unek, ide, segala macam yang kita ingin simpan dilakukan atas dasar keinginan suka-suka. Namun ketika ngeblog jadi aktivitas keharusan, paksaan yang menimbulkan beban, maka ngeblog sudah tak lagi menyenangkan. Jadi buat saya, menjaga agar blog tetap menyenangkan, ya janganlah buat aktivitas ngeblog itu jadi beban. Lakukan secara mengalir, apa yang ingin kamu tulis hari ini, tulislah, lakukan jika kamu ingin. Hal lain yang membuat blog mu tetap “hidup”, jika kita menganggap blog inii sebagai rumah, kita pasti akan berusaha membuat rumah kita ini selalu layak untuk ditinggali, selalu terlihat menarik, dan pastinya itu semua dilakukan bukan atas dasar kewajiban, tapi lebih keinginan yang wajar.

Ada blog yang digunakan untuk mencari uang, atau wadah untuk berniaga, itu sah-sah saja, sama seperti saya menganggap blog ini rumah. Memang jujur, ketika awal memulai ngeblog keinginan pertama adalah memperoleh keuntungan dari ngeblog ini. Tetapi sekarang saya berpikir, keuntungan akan datang dengan sendirinya, ketika keinginan itu datang dari dalam, dan pastinya akan dilakukan dengan senang hati.

Jadi lakukan aktivitas ngeblog mu atas dasar kesenangan, dan jangan dijadikan beban, nikmati dan enjoy saja. Karena ngeblog adalah seni dan hobi ;) Go blog, go write now ;p

Melihat Aksi Kontra Teroris dari Sudut Lain

Lucu sebenarnya ketika melihat judul-judul artikel di media online menyoal penangkapan terduga teroris di beberapa daerah beberapa hari lalu. Inti dari artikel itu ada yang menganggap aksi Densus88 Polri adalah sebagai pengalihan isu, ada yang menganggap aksi pencokokan terduga teroris di sarangnya sebagai ‘teroristaiment’, ada juga yang menganggap Densus88 tidak profesional dalam bertugas, serta masih banyak komentar-komentar lain yang menganggap miring usaha pemberantasan terorisme.

Saya tidak habis pikir, seharusnya teroris itu sudah harus menjadi musuh bersama bangsa ini. Kita wajib mengkritisi, tapi setidaknya melihatnya lebih arif. Saya malah berpikir komentar-komentar artikel itu justru mengamini dari perbuatan kriminal terduga teroris itu. Jujur lah, apa yang dilakukan terduga terorisme dan pelaku-pelaku yang sudah terhukum sebagai seorang teroris telah merugikan sebagian pihak, terutama pihak yang merasa dasar tindakan yang dilakukan atas dasar keyakinan suatu kepercayaan.

Pihak Densus88 Polri yang dalam hal ini berwenang memberantas terorisme harusnya didukung seluruh lapisan masyarakat. Buanglah pikiran negatif bahwa Densus88 adalah alat asing. Densus88 itu perangkat yang kita miliki, jadi bagaimana perangkat itu digunakan oleh pihak asing, salahkan oknum yang mau diatur pihak asing itu, jangan salahkan kinerja mereka memberantas teroris. Toh semua jelas bisa dibuktikan bahwa mereka memang pelaku tindak terorisme. Yang terpenting lagi adalah bagaimana mencegah tindak terorisme itu terjadi. Jadi bertindak sebelum terjadi korban adalah penting, jangan menunggu korban, toh bukankah itu yang masyarakat minta? Kenapa sekarang dipermasalahkan?

 

Komentar saya atas anggapan Densus88 memperagakan aksi ‘teroristaiment’. Sebenarnya apa Densus88 meminta untuk semua adegan pencokokan terduga teroris divideokan? Apakah mereka ingin membuat film tentang aksi mereka? Siapa sih yang merekam aksi mereka sehingga bisa dilihat publik, sehingga dianggap sebagai tayangan enteriment? Itukan kerjaan media massa kita, yang berusaha mengabarkan berita secara update dan langsung di TKP. Lalu kenapa Densus88 yang disalahkan? Nanti apabila Densus88 melakukan tindakan tertutup, nanti dikira ada unsur teselubung atau rekayasa. Jadi bingung juga saya meihat komentar sebagian orang. Soal penayangan di media ada aturan yang mengatur, pastikan saja aturan itu berjalan dengan baik. Semua sudah dibuat dengan aturan yang membatasi agar berjalan sebagaimana mestinya. Densus88 Polri pun berlaku sesuai aturan, yang pasti kita pastikan itu berjalan dengan baik, sehingga tidak ada aturan yang dilanggar sehingga berdampak luar biasa. Kalau mau menonton teroristaiment sudah cukup banyak tayangan yang menyungguhkannya, film-film produksi hollywood dan lokal pun bisa membuatnya dan menayangkannya koq, so masalahnya dimana?

Komentar saya soal ketidakprofesionalan Densus88 dalam menangani kasus terorisme. Saya yakin Densus88 sudah dilatih sebagaimana mestinya dalam menangani aksi teror, bagaimana pun skenarionya. Saya tak habis pikir dengan anggota DPR yang berkomentar, kenapa? Ketika ada korban dari Densu88, Densus88 kembali disalahkan, mereka ceroboh lah, ada SOP yang tidak dilakukanlah dll. Ketika Densus88 melakukan antisipasi terhadap serangan yang melawan petugas, dan petugas melawan dengan melumpuhkan kembali hal ini disalahkan. Saya yakin, Densus88 berusaha mencari informasi dari para terduga teroris, namun hal ini juga harus realistis ketika di TKP. Ketika pilihan akhir melumpuhkan dengan mematikan apa boleh buat. Yang jelas Densus88 punya alasan profesional untuk itu. Densus88 di lapangan punya resiko tersendiri yang tidak dialami mereka yang duduk di dewan. Setidaknya saran yang positif diberikan untuk mengangkat mental petugas di lapangan. Kritisi boleh saja, namun juga harus realistis. Bertindak sebelum terjadi kasus terorisme adalah penting dan harus dilakukan.

Komentar soal pengalihan isu. Kalau yang ini memang sudah kesalahan pemerintahan terdahulu, selalu menggunakan isu lain untuk menutupi kasus lain, sehingga media dan masyarakat menganggap demikian. Apalagi belakangan rencana kenaikan BBM sedang ramai dan belum juga final, sudah ditambah aksi penangkapan terorisme. Yang jelas, masyarakat tetap harus memantau semuanya dengan baik, apa yang terjadi. Soal penangkapan teroris sudah ada prosedurnya dan Polri punya itu. Dan yang dilakukan adalah usaha preventif. Dan kita harus mengakui, bahwa aliran ektermis yang menghalalkan kekerasan selalu ingin dilakukan, dan ini harus dicegah, bukankah tidak ada kepercayaan mana pun yang mengajarkan kekerasan? Jadi dukunglah segala bentuk pencegahan atas kasus kekerasan, toh belakangan, para terduga teroris ini adalah pelaku perampokan yang sedang mencari dana untuk aksi teror mereka. Jadi teroris wajib jadi musuh bersama, bukan cuma Densus88 Polri.Komentar soal pengalihan isu. Kalau yang ini memang sudah kesalahan pemerintahan terdahulu, selalu menggunakan isu lain untuk menutupi kasus lain, sehingga media dan masyarakat menganggap demikian. Apalagi belakangan rencana kenaikan BBM sedang ramai dan belum juga final, sudah ditambah aksi penangkapan terorisme. Yang jelas, masyarakat tetap harus memantau semuanya dengan baik, apa yang terjadi. Soal penangkapan teroris sudah ada prosedurnya dan Polri punya itu. Dan yang dilakukan adalah usaha preventif. Dan kita harus mengakui, bahwa aliran ektermis yang menghalalkan kekerasan selalu ingin dilakukan, dan ini harus dicegah, bukankah tidak ada kepercayaan mana pun yang mengajarkan kekerasan? Jadi dukunglah segala bentuk pencegahan atas kasus kekerasan, toh belakangan, para terduga teroris ini adalah pelaku perampokan yang sedang mencari dana untuk aksi teror mereka. Jadi teroris wajib jadi musuh bersama, bukan cuma Densus88 Polri.

 

Buat saya, terorisme adalah kejahatan, dan harus dibasmi sampai akar-akarnya. Aksi terorisme dengan mendasarkan pada suatu kepercayaan apa pun itu adalah salah. Teroris adalah kriminal dan harus diberangus. Mereka sama jahatnya seperti penjahat perang, dan wajib dihukum sesuai aturan yang berlaku di dunia. Urusan mereka percaya mereka akan dapat tempat khusus di “surga”, itu urusan keyakinan mereka, dan kalau bisa harus diluruskan, kalau pun mereka tidak mau, biar Tuhan Yang Maha Kuasa yang membuktikan cara mereka itu benar atau salah. Nanti kita bisa melihatnya ketika kita sudah tiba waktunya.

Gerhana dan Ritual

Tadi pagi 10/5 di beberapa wilayah di Indonesia ini, kita bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian. Banyak orang yang mengabadikan momen ini dengan kameranya, adajuga anak-anak sekolah yang mengamati proses alam ini dengan teropong. Gerhana merupakan momen alam semesta, terutama berkaitan dengan benda-benda langit.
Gerhana sendiri ada dua macam, sesuai yang saya ketahui sejak sekolah dasar. Ada gerhana matahari dan gerhana bulan. Yang membedakan adalah posisi dari benda-benda langit tersebut, mereka berada pada posisi sejajar. Pada gerhana, benda langit yang ikut serta adalah matahari, bulan dan bumi kita ini. Gerhana dapat dilihat ya dari posisi bumi kita ini. Pada gerhana matahari, posisinya ketika cahaya matahari tertutup oleh bulan, yang melintas sejajar dengan orbit dimana kita memandang dan terjadi di siang hari. Sedangkan gerhana bulan terjadi ketika pantulan cahaya terhadap bulan tertutup atau terhalang oleh bumi, sehingga sebagian dari bulan tampak gelap dan terjadi di malam hari. Posisi matahari adalah sebagai pusat, sehingga bumi kita dan bulan yang bergerak mengelilingi matahari, disamping bumi kita melakukan rotasi.
Penampang gerhana
Masyakarat kuno jaman dulu, ketika masih belum mengenal ilmu pengetahuan, menganggap momen gerhana adalah momen mistis. Inget dulu kalau cerita kakek-nenek, bahwa ketika terjadi gerhana itu, ada makluk jin yang memakan benda langit tersebut. Kalau terjadinya gerhana matahari, ya berarti mataharinya dimakan, kalau gerhana bulan bulannya yang dimakan. Sebuah cerita yang tidak masuk akal memang.
Pernah juga tahu mitos tentang wanita hamil agar memperhatikan gerhana, karena kalau tidak akan ada gangguan terhadap anak yang dilahirkannya nanti. Bisa jadi nanti anaknya cacat, kekurangan satu organ, yang katanya orang dulu akibat dimakan oleh sesuatu, seperti yang terjadi pada matahari atau bulan yang dimakan sesuatu. Mitos yang aneh bila kita tahu tentang proses apa sebenarnya yang terjadi pada fenomena gerhana itu.
Cerita-cerita macam itu tidak hanya teradi di negara kita, bahkan di negara-negara lain di dunia punya kisah-kisah atau mitos-mitos tertentu yang berkaitan dengan gerhana ini. Entah, siapa yang memulai menebar mitos-mitos tersebut, tetapi mitos tersebut sering dijadikan ritual khusus.
Ada juga ritual di masyarakat India, tepatnya di Gulbarga atau di Kamataka Utara  yang berkaitan dengan gerhana. Ritual ini adalah dengan mengubur anak cacat hidup-hidup sampai leher anak cacat tersebut, selama enam jam saat terjadi gerhana matahari. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi efek negatif yang diperkirakan disebabkan karena efek negatif gerhana matahari sebelumnya. Tapi manfaat sesungguhnya dari ritual itu belum bisa dipastikan secara ilmiah, hanya saja menurut masyarakat di sana ada pengaruh terhadap mobilitas anak-anak yang cacat setelah diritualkan.
Lalu juga, pernah nonton film-film luar negeri? Ketika terjadi gerhana, disaat itulah proses ritual pemanggilan setan atau penarikan energi ruang dan waktu jadi sangat tepat, dimana ketika terjadi gerhana ada sesuatu yang membuat ritual-ritual magis bisa berjalan sebagaimana mestinya. Cerita yang diangkat ke film ini juga sebagian diambil berdasarkan kepercayaan tertentu masyarakat dimana film tersebut dibuat atau sumber cerita film tersebut diangkat. Coba kunjungi link ini, di sini disampaikan beberapa fenomena yang terjadi di dunia yang berkaitan dengan gerhana.
Lalu bagaimana kita menyikapi hal tersebut? Apakah memang benar seperti itu? Bahkan menurut agama tertentu, ketika terjadi momen gerhana, perlu diadakannya ibadat tertentu yang khusus ditujukan untuk momen gerhana.

Saya mencoba menjawab, ya paling tidak mengira-ngira soal ritual yang dilakukan menurut agama tertentu itu. Ketika agama tertentu itu masuk ke suatu daerah, mereka melihat masayarakat setempat melakukan hal-hal atau mempercayai segala bentuk ketakhayulan. Nah dalam agama tertentu tersebut, sangat tidak diperkenankan mempercayai hal tersebut, hanyalah Tuhan Yang Maha Esa yang adi panutuan dan tujuan. Oleh karena itu, untuk mengubah kebiasaan tahayul masyarakat, ketika terjadi momen gerhana, diadakan ritual keagamaan yang tujuannya adalah menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Itulah sebenarnya alasan ritual gerhana menurut agama tertentu. Cukup logis bukan? Jadi bukan berarti ritual agama tertentu tersebut untuk mengamini ritual keagamaan yang ada selama ini di masyarakat. Jawaban ini hanya perkiraan saya saja yang melihat fenomena tersebut, saya sendiri bukan dari kepercayaan tersebut.
Nah berkaitan dengan ritual-ritual lainnya yang dilakukan pada saat gerhana saya masih belum bisa menjawabnya, apakah memang ada kesesuaian dengan ilmu pengetahuan atau memang hanya kepercayaan masyarakat setempat saja. Tapi biarlah ritual-ritual itu menjadi budaya, selama tidak merugikan, namun bagi pemaham ilmu pengetahuan yang ilmiah tetap harus membagikan ilmunya kepada masyarakat tersebut, bahwa fenomena gerhana itu adalah fenomena alam yang wajar terjadi karena memang posisi benda langit.
Jadi buat kita yang paham tentang fenomena gerhana ini, nikmati saja, kalau yang senang dengan gerhana, bisa mengamatinya dan menyelami tentang ilmu perbintangan dan segala benda langit, setidaknya hal tersebut lebih bermanfaat daripada melakukan ritual-ritual takhayul yang belum jelas ilmiah dan logikanya. (^_^)?

Kamis, 09 Mei 2013

Menjalin Hubungan yang Baik

Mengenal seorang teman yang baik bukan ketika saat hubungan sedang baik saja, ketika situasi yang terjadi sebaliknya juga tak kalah penting untuk mengenal seorang teman. Karena dalam hubungan pertemanan atau persahabatan di masa awal adalah masa pengenalan kulit. Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang terjadi dan dilalui bersama, maka semakin dalam kita mengenal bagaimana pribadi teman atau sahabat kita itu. Hal ini juga berlaku pada hubungan pacaran, terutama bagi mereka yang menganut paham ini. Karena bagi sebagian dan mayoritas orang yang meyakini keyakinan tertentu menganggap hubungan jenis ini adalah haram, tanpa terkecuali.

Si Black Anggota Baru Yulimar Cat’s

Beberapa hari yang lalu, di kosan ku, Yulimar ini baru kedatangan anggota baru, bukan anak kosan, tetapi kucing baru. Ya seperti postingan yang sudah-sudah, di Yulimar ini kan dikenal banyak kucingnya. Untuk kucing-kucing yang dirawat di sini ada si belang, si orange, si al, dan si dul. Juga ada si meng induknya si belang dan si orange. Mereka yang resmi jadi anggota di Yulimar. Kalau yang tidak terdaftar lumayan banyak, baik kucing jantan dan betina.

Nah kemarin ini ada kucing baru, warnanya hitam legam, benar-benar hitam full deh. Udah kaya panther aja. Awalnya saya lihat dikira anak tupai besar, teryata kucing. Kucing hitam ini saya panggil si black aja deh, karena warnanya yang full black. Untuk jenis kelaminnya kalau tidak salah sih jantan.


Kucing ini awalnya dikira kucing liar, tetapi koq kucing ini akrab dengan manusia, ketika dipanggil pun datang menghampiri, dan tingkahnya pun tak seperti kucing liar lainnya. Teman-teman di kos menduga kucing ini awalnya memang dipelihara, lalu kemudian di buang. Kondisi si black ini memang kurus, terlihat dari perutnya yang kurus kecil, tetapi kondisi keseluruhan sih baik dari bulu dan mukanya. Namun ada bekas luka bagian perut dan pangkal pahanya, entah karena apa, tapi sudah kering. Kemudian ciri lainnya adalah bentuk ekornya yang bengkok, membentuk letter L.

Kemungkinan untuk ke depannya si black akan jadi anggota baru di Yulimar ini. Saya sendiri sedang mencoba mengakrabkan dengan kucing-kucing lain penghuni lama. Untuk si orange dan si dul sih tidak ada masalah, mereka sepertinya bisa menerima. Namun untuk si belang dan si al agaknya selalu mengajak konfrontasi. Si black sendiri juga punya sifat rewel, brisik sekali dibandingkan kucing-kucing lainnya. Kuda-kuda selalu dipasang, sehingga mungkin dianggap sesuatu yang mengancam bagi si belang dan si al. Tapi mudah-mudahan, ke depannya mereka bisa akrab dengan sering mereka makan bersama. Selamat datang black ;)

Menghargai Waktu

Ada sebuah slogan, “waktu adalah uang, time is money”. Mungkin ada benarnya slogan itu, terutama bagi pebisnis, atau juga bagi kita awam yang melakukan aktivitas seperti biasa. Waktu sangat berharga karena kita tidak dapat mengulang waktu yang sudah terlewat. Di dunia nyata seperti sekarang ini tidak ada “mesin waktu” seperti cerita “Doraemon” atau “Teko Ajaib” yang bisa memaninkan waktu sesuka hati dan kebutuhan.
Saya sih bukan mau membahas sekelumit soal itu. Saya hanya ingin membuat tulisan ini karena kegelisahan, kekesalan terhadap mereka yang tidak bisa menghargai waktu. Jujur si, saya sangat amat membenci hal tersebut, menyepelekan waktu itu sunggu sebuah tindakan yang sangat menyebalkan, itu menurut saya, entah bagi yang berpandangan lain. Tidak masalah ketika waktu dipermainkan jika tidak ada orang yang dirugikan, alias hanya merugikan diri sendiri. Memang saya juga bukan orang yang sempurna menghargai waktu, namun berusaha melakukan yang terbaik masih lebih baik.

Hari ini, ya seperti biasa, melihat teman yang terbiasa bermain-main dengan waktu. Yang pertama jelas, saya salut, hebat dan bisa mempermainkan waktu, segala sesuatu dilakukan dengan mepet. Biasanya sih yang dibutuhkan orang semacam ini adalah keberuntungan, selama keberuntungan selalu berpihak terhadapnya, bermain-main dengan waktu itu akan sangat menyenangkan, mungkin lebih seru dibandingkan dengan naik roller coaster.
Teman saya punya rencana travelling, jauh-jauh hari semuanya sudah dipersiapkan matang, dari akomodasi berangkat hingga pulang, akomadasi di tempat tujuan pun dipersiapkan dengan cukup baik berikut tempat tujuan yang akan dikunjungi. Semua itu sudah tercatat sesuai jadwal, dan ada jam (waktu)-nya. Buat saya, yang terpenting adalah keberangkatan, kenapa, karena kita berangkat dengan transportasi umum, yakni kereta, dimana kereta sudah punya jadwal tertentu, yang apabila kita melewatkannya, kita akan tertinggal kereta. Jelas hal ini seharusnya jadi peringatan serius bagi yang mau melakukan perjalanan.
Jadwal keberangkatan kereta pukul 11.30 siang. Ya seperti biasa, kebiasaan yang sangat menyenangkan buat teman saya itu, selalu mepet dalam segala hal. Waktu luang ada sedari pagi, meski pagi hari sempat diisi dengan aktivitas ibadah. Tapi jelas ada waktu sisa banyak. Kalau alasannya packing, pertanyaannya, “Kenapa tidak dipersiapkan tadi malam?” Jadi pagi hari sudah tinggal finishing, dan jam 09.00 pagi sudah siap, tinggal mengingatkan hal-hal lain. Kenyataannya yang teman saya lakukan ini lain. Entah tidak tahu jadwal keberangkatan kereta atau apa, baru berangkat jam 10.00, mending itu langsung sampai stasiun keberangkatan. Ternyata jam 10.00 baru berangkat ke stasiun komuter untuk menuju stasiun keberangkatan. Lanjut lagi di stasiun komuter masih menunggu rekan, akhirnya sampai jam 11.00 lewat, masih stug menunggu teman. Entahlah, apa bisa dapat kereta yang 11.30 sesuai yang dijadwalkan? Tiket dll sudah dibeli, lalu bagaimana bila tertinggal? Cuma keberuntungan yang bisa menemaninya untuk menghindarkan dirinya dari kerugian.
Saya berharap, semua yang terbaik, yang penting adalah pelajaran, biar KAPOK. Malah lebih baik adalah benar-benar tertinggal kereta, karena penyesalan itu tamparan yang cukup berharga dibandingkan diingatkan orang lain. Kerugian tiket yang sudah dibeli dengan harga yang jauh dari harga normal untuk tiket kereta ekonomi. Atau bila memang keberuntungan berpihak, semoga masih bisa berpikir hal tersebut jadi pelajaran

Masih banyak hal lain yang sering saya alami, berkaitan dengan waktu ini. Hal lain yang tidak saya suka adalah statement “anda yang butuh saya, jadi ketika anda menunggu saya, itu adalah hal yang wajar”. Ini sering sekali dialami saya dan mungkin banyak orang, ketika kita tidak punya posisi tawar.
Pernah melamar pekerjaan, atau interview atau psikotes dll. Biasanya selalu ada jadwal yang diberikan. Nah kebanyakan pihak si penawar kerja atau perusahaan ini seenak-enaknya saja mengulur waktu, entah apa itu alasannya. Contoh yang sering terjadi, jadwalnya itu jam 10.00, tetapi waktu pelaksanaan itu molor 1-2 jam dari waktu yang ditentukan. Pihak pelamar dalam hal ini tidak bisa protes, karena berada di posisi yang lemah, karena jika “melawan”, statement yang diatas tadi yang akan keluar (“anda yang butuh saya, jadi ketika anda menunggu saya, itu adalah hal yang wajar”). Jujur saya tidak suka dengan cara ini, tapi apa boleh buat.
Catatan penting buat saya, ketika saya ada di posisi mereka (pemberi kesempatan kerja), saya harus berusaha komitmen dengan waktu. Bukan apa-apa, mereka mencari orang yang disiplin, tapi mereka sendiri tidak disiplin, dan ketika menemukan orang yang tidak disiplin mereka dengan seenaknya “mencoret” atau mendiskualifikasinya. Keadilan itu harus dijunjung, ingin rasanya menampar orang yang melakukan hal itu dengan jam dinding ukuran besar, “BIGBBEN”, supaya KAPOK. Kebanyakan departemen human recources melakukan hal ini. Entah apa yang mereka cari? Kembali, kita sebagai pelamar harus kembali mengalah.

Masih banyak contoh-contoh lain dalam kehidupan sehari-hari orang-orang yang tidak menghargai waktu. Dan mereka semua itu nyaman karena keberuntungan selalu bersama mereka, sehingga apa yang mereka lakukan seakan-akan jadi aktivitas legal, padahal ada banyak yang dirugikan akibat perilaku mereka. Sedangkan mereka yang patuh, disiplin dengan waktu selalu jadi pihak yang dirugikan, jarang sekali yang ditemani keberuntungan. Bagaimana membuat mereka KAPOK?