Bulan puasa selalu berbeda dari bulan-bulan biasa setiap tahunnya. Meski kami bukan yang menjalani ibadah di bulan tersebut, namun suasana di bulan puasa bisa menjalar ke semua orang. Bukan soal tidak bisa makan di tempat umum, tetapi lebih ke variasi kuliner yang bisa dinikmati di bulan puasa ini, ya terutama ketika akan berbuka. Dikatakan ketika puasa sih harusnya bisa lebih irit, tapi nyatanya tidak juga, justru di bulan puasa ini pengeluaran relatif lebih besar, karena di bulan ini pula sebagian orang yang berusaha berdagang makanan untuk berbuka mendulang rupiah yang tidak sedikit. Banyak menu-menu kuliner yang dijajakan ketika bulan puasa. Sering juga dikenal dengan namanya takjil. Entahlah arti pastinya apa, yang jelas yang saya pahami adalah menu awal untuk berbuka, berupa kuliner yang manis. Ragamnya macam-macam, dan banyak dijumpai di jalanan ketika menjelang waktu berbuka.
Omong-omong soal takjil ini, keluarga saya juga mempersiapkannya, meski kami tidak menjalankan ibdah puasa. Kebetulan nyokap senang buat olahan makanan, ya dari yang sifatnya sederhana sampai yang ribet. Kemarin sore (2/8), nyokap membuat takjil yang saya namai "es sop timun suri". Soalnya saya tidak tahu lagi menamai aoa, karena tidak ada nama paten untuk itu. Kebetulan isi dari kuliner yang dibuat itu hanya timun suri, lalu jus sirsak yang dicampur jadi satu, plus susu dan sedikit gula.
Timun suri memang cukup terkenal di bulan puasa, ya karena buah satu ini cukup segar bila diolah menjadi menu takjil, bisa untuk sop buah, coctail dll. Mengomentari soal timun suri, saya ingat tahun lalu atau dua tahun lalu. Timun suri ramai dijajakan penjual di kiri kanan jalan, ketika itu saya masih di ibukota, Depok dan Jakarta. Banyak pedagang yang menjual timun suri di jalanan, warna buahnya cukup menggoda, hijau kekuningan yang cerah, sehingga ketika dijajakan di pinggir jalan terlihat sekali rasa segarnya jika dikonsumsi. Memangg cocok menjadi menu penggoda ketika di bulan puasa, apalagi mantab jadi menu berbuka puasa. Warna hijau kekuningan yang cerah itu sudah bisa dipastikan ketika dari kejauhan, pasti itu timun suri. Nah yang berbeda di tahun ini, saya tidak melihat timun suri seperti yang dulu, warna hijau kekuningan sudah tak terlihat lagi. Bukan karena timun surinya tidak ada, timun surinya ada, hanya warnya tak serah dulu. Timun suri yang dijual sekarang kecil buahnya, memang ada yang besar, namun warnanya sekarang cenderung pucat, putih kehijauan. Sehingga ketika kita melihat dari jauh, sulit meyakinkan bahwa itu adalah timun suri. Saya pikir, timun suri begitu karena pengaruh cuaca, karena tahun ini kemarau basah tak kunjung usai. Sedangkan timun suri maksimal panen ketika musim kemarau. Mungkin karena itu banyak petani yang memanen lebih awal untuk mencegah buahnya busuk atau gagal panen, sehingga efek hijau kekuningan tidak terlihat jelas. Rasanya sih tidak berbeda, tetap manis.
Menu takjil es sop timun suri buatan nyokap bisa dilihat di foto yang saya ambil di meja makan. Tidak jelas tapi lumayan untuk dokumentasi. Jadi ketika saya tak bisa pulang, saya bisa melepas kangen dengan membaca postingan ini dan melihat gambar yang saya sajikan. Sekian catatan saya di pos tentang wisata kuliner, meski saya tidak berwisata kuliner karena ini kuliner buatan sendiri, tapi tidak apa karena tidak jauh dengan kuliner. Jika ada yang mau mencoba es sop timun suri ini bisa berwisata ke rumah saya. ha3x, sekian, sampai jumpa di postingan tentang kuliner lainnya. "Yummmy"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar