Rabu, 05 Juni 2013

Catatan Pribadi Tentang Saksi-saksi Yehuwa

“ … aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan Para Kudus, Pengampunan Dosa, Kebangkitan Badan, Kehidupan Kekal …”

Saksi Yehuva begitu yang saya kenal dari orang tua saya, terutama bapak. Karena sering sekali bapak saya ini didatangi tamu dari mereka. Padahal bapak saya tidak kenal langsung atau ikut serta dalam komunitas mereka. Saksi Yehuwa ini masih menganut ajaran Kristen, alias masih mengenal Kristus, sehingga masih seperti dianggap bagian dari paham ke-Kristenan.

Bapak saya pernah punya pengalaman menarik dengan saksi Yehuwa yang melakukan pelayanan ke rumah-rumah. Ceritanya begini, dulu ketika saya kecil, pernah saya ini tak sengaja jadi “alat” untuk mengusir tamu saksi Yehuwa ini. Kebetulan saksi Yehuwa ini datang bertamu setiap minggu pagi setelah misa pagi. Mereka bertamu cukup lama untuk membahas soal Alkitab dan persoalan hidup, mereka ini bertindak seperti ahli-ahli kitab. Waktu itu bapak saya tidak enak jika ingin mengusir tamu ini pulang, karena bapak saya masih ada urusan lain yang harus dikerjakan. Nah tidak disengaja ketika itu saya masih kecil, saya merajuk kebapak saya untuk minta BAB. Karena bapak saya ini masih ngobrol, jadi saya sedikit diabaikan, akhirnya saya ‘cepirit’ lepas BAB di depan tamu saksi Yehuwa itu. Bapak saya cerita saat itu saya BAB sangat banyak dan jelas hal ini membuat tidak nyaman si tamu ini, akhirnya si tamu ini memutuskan pulang. Sejak itu selama beberapa tahun mereka ini tidak pernah lagi datang ke rumah.

Saksi Yehuwa ini relatif rajin mengunjungi keluarga kami, padahal keluarga kami jelas tidak pernah berhubungan dengan mereka, karena keluarga kami ini Katolik. Paling tidak setiap tahun mereka selalu datang mengunjungi, mereka biasanya membawa buletin bulanan yang mereka punya. Buletin itu berisi catatan-catatan tentang kotbah dan penafsiran alkitab tentang persoalan hidup, ditinjau dari sudut pandang kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa ini. Mereka ini datang sepertinya untuk mengajak orang untuk masuk ke dalam komunitas mereka. Caranya ya dengan adu debat tentang alkitab. Saya menilai mereka ini bertindak seperti ahli kitab.

Saya percaya mereka ini punya data khusus tentang keluarga-keluarga Kristen yang akan mereka kunjungi secara rutin, terutama keluarga-keluarga Kristen yang masih teguh imannya. Data khusus ini akan ter-update terus seiring dengan kunjungan mereka ini, dan data ini dijadikan acuan setiap kali mereka ingin melakukan kunjungan. Saya melihat kecenderungannya selama ini.

Informasi awal yang saya ketahui bahwa saksi Yehuwa ini termasuk ke dalam sekte yang tidak diakui di negeri ini atau dianggap sesat. Jadi apa yang mereka lakukan jelaslah “ilegal”. Tetapi usaha mereka menggembala dengan menyebarkan pahamnya masih saja dilakukan. Bagi kami yang Kristen apa yang dilakukan mereka tidak menjadi masalah besar, berbeda dengan pemeluk kepercayaan lain ketika mendapati ada usaha-usaha aliran yang diakui atau tidak diakui mendatangi keluarga mereka, efeknya pasti akan terjadi keributan.

Keluarga kami menanggapi hal ini biasa saja, hanya sebagai ujian atas iman yang selama ini kita percayai, malah di sinilah wadah untuk bersaksi atas keyakinan kami. Selama mereka tidak berlaku meresahkan atau memaksakan kehendak, tentu akan kami anggap biasa, meski komunitas ini dianggap ‘miring’.

Ada pengalaman yang tidak mengenakan dari komunitas Saksi-Saksi Yehuwa ini. Kebetulan ada sanak saudara yang ikut bergabung dengan komunitas ini. Komunitas ini seperti mencuci otak orang-orang yang diajak. Saudara kami yang ikut komunitas ini jadi berubah perilaku, seperti menjauh dari keluarga, bahkan untuk perilaku di pekerjaan jadi berubah drastis. Sikapnya menjadi menghalalkan segala cara untuk uang, sampai dia terkena kasus penggelapan uang di kantornya. Dengar-dengar apa yang dilakukannya itu untuk membiayai komunitas yang dia percayai dan ikuti. Ada paham yang salah dianutnya, bahwa segala harta kekayaaan yang ada itu milik Tuhan dan harusnya digunakan untuk membiayai pelayanan. Atas dasar itulah mungkin pengelapan uang di kantornya dilakukan. Akhirnya keluarga menanggung semua masalah yang ditimbulkan anggota keluarganya itu. Masih banyak masalah lain dari anggota Saksi-Saksi Yehuwa ini, banyak dari mereka yang mengikuti Saksi-Saksi Yehuwa yang punya pekerjaan atau usaha mengalami kebangkrutan.

Entahlah apa yang salah dari keyakinan yang ditanamkan dari komunitas ini. Atau mungkin  karena inilah aliran ini dipermasalahkan untuk eksis di negara kita. Saya coba berkaca dari agama lain yang mempunyai permasalahan sekte-sekte atau kelempok yang bermasalah. Seperti saudara kita yang beragama Islam bermasalah dengan aliran Ahmadiyah, yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Namun yang membedakan adalah pendekatan masing-masing terhadap komunitas atau sekte bermasalah itu. Apakah dengan kekerasan atau jalur kompromi untuk mengembalikan yang ‘tersesat’ itu kembali kejalur yang benar.

Inilah pengalaman keluarga saya mengenal Saksi-Saksi Yehuwa, hanya sebatas itu saja tidak lebih. Apa yang saya catat di sini berdasarkan yang terjadi, dan memang kami sekeluarga dan saya pribadi menganggap aliran atau kepercayaan ini “aneh”. Toh sudahlah, yang saya yakini adalah Kristus, sesuai konsepsi Tritunggal Allah. Dan saya mempercayai “ … aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan Para Kudus, Pengampunan Dosa, Kebangkitan Badan, Kehidupan Kekal …” Jadi andaikan saja mereka menawarkan keindahan dan kenyamanan prinsip-prinsip penafsiran ala Saksi-Saksi Yehuwa dari Menara Pengawal tentunya tidak akan saya gubris. Semoga apa yang saya catat ini bisa jadi sharing pengalaman. Buat yang punya pilihan tersendiri ya silakan saja, toh hak mempercayai sesuatu itu adalah hak asasi manusia, dengan catatan tidak merugikan orang lain. Berkah dalem ;) Tuhan memberkati kita selalu. Gbu.

1 komentar: