Seingat saya, dulu sekali ketika saya masih kecil, saya datang ke Surabaya. Ketika itu saya ingat di sana saya bersama keluarga transit mau ke Maumere, Flores, NTT. Kami menunggu jadwal keberangkatan kapal yang akan membawa kami sekeluarga ke Maumere, Flores. Tidak banyak yang bisa saya ingat dari kedatangan saya dulu ke kota besar di timur pulau Jawa ini. Beberapa waktu lalu, ya tiga tahun lalu saya juga pernah ke Surabaya, tapi waktu itu tidak lama, hanya transit bus waktu saya berangkat dan pulang, liburan ke Denpasar, Bali dengan Kramat Djati.
Kali ini saya kembali lagi ke Surabaya, ya setidaknya saya di sini bermalam satu malam di kota ini. Meski tidak banyak yang bisa dilakukan di kota ini sementara bermalam di sini. Kebetulan juga di sini hanya transit sambil menunggu jadwal penerbangan ke Maumere, Flores, NTT, dalam rangka menghantar tanta pulang. Di Surabaya ini saya bermalam di daerah Kendangsari, Surabaya. Tidak jauh dari kawasan pabrik, Rungkut Industri, Surabaya.
Saya start dari Terminal Cirebon, Harjamukti, PO. EZRI jadi pilihan untuk menghantar kami ke Surabaya. Hari itu ramai sekali, hamir semua PO bus mendapat banyak penumpang, mengingat sudah masuk liburan anak sekolah. Biasanya sih bukan PO ini yang jadi pilihan untuk menghantar perjalanan ke Jawa Tengah atau ke Jawa Timur. Tapi karena tidak ada lagi apaboleh buat, itung-itung pengalaman.
Senin, 24/6 sore saya berangkat dengan tanta. Bus yang kami naiki ini cukup lumayan, meski sebenarnya bus super eksekutif yang ingin dinaiki tetapi yang ada hanya class eksekutif (bisnis class), Ini saja sudah dua kursi terakhir, akhirnya kami tidak bisa memilih tempat duduk, terpaksa 27-28 jadi tempat duduk kami. karena sudah tidak tersisa tempat duduk ya sudahlah. Untuk satu tiket dikenakan Rp 145.000,00, meski harga BBM sudah naik untung PO ini masih menunggu kabar kenaikan harga dari Organda Pusat, sehingga tarif lama masih dipakai.
Beberapa menit perjalanan, komentar saya menggunakan PO ini langsung muncul, supirnya nampak ugal-ugalan, kurang halus mengemudikan bus ini, entah memang karena bus nya atau memang kemahiran supirnya yang kurang. Jadi setiap hentakan mesin atau perpindahan transmisi terasa, belum lagi ketika mengerem selalu mendadak, sehingga membuat badan ikut bergoyang ke depan ke belakang, serta kiri kanan. Belum lagi karena tempat duduk kami tepat berada di atas roda belakang sehingga getaran jalan ke roda hingga ke kursi sangat terasa. Hal ini membuat tidak nyaman.
Fasilitas yang bisa terlihat di dalam bus ini ya standar seperti bus bisnis class lainnya, ada AC, TV, lampu di atas masing-masing bangku kursi, sistem kursi 2-2, kemudian ada kamar mandi. Total kursi kalau tidak salah ya sekitar 35an. Jarak antara kursi ya relatif luas, sehingga cukup nyaman untuk perjalanan jauh. Hanya saja yang soal kamar mandi ini tidak bisa digunakan maksimal, untuk penumpang perempuan agak sulit menggunakannya.
Perjalanan lancar-lancar saja, sampai akhirnya bus kami masuk Surabaya sekitar pukul setengah delapan pagi. Memang sedikit lambat karena ketika di tengah perjalanan terhambat sedikit karena ban bocor. Tepat setengah sembilan bus masuk Terminal Purbaya atau Bungur Asih. Nah ketika masuk terminal ini saya sempat bingung, di depan saat mau masuk komplek terminal tertulis “Bungur Asih”, pas masuk terminal tertulis “Terminal Purbaya”, saya kira saya salah masuk terminal. Eh ternyata memang sama saja, Bungur Asih atau Purbaya. Kebetulan sepupu yang menjemput saya terlihat sehingga keraguan saya sirna sudah.
Menikmati Malam di Surabaya
Sambil menunggu keberangkatan pesawat nanti tanggal 27/6 pagi, kami bermalam di Surabaya. Saya dan tanta bermalam di tempat sanak saudara di daerah Kendangsari, Surabaya, dekat kawasan Rungkut Industri, Surabaya.
Tidak jauh berbeda dengan kota besar lain, ya beginilah ternyata Surabaya, memang tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Kebetulan di tempat kami tinggal ini berada di pinggiran Surabaya, jadi tidak begitu ramai sekali. Entah dimana pusat keramaian Kota Surabaya ini. Saya masih belum bisa menilai banyak soal kota ini. Tetapi yang sama ya, masih sama saja kumuh seperti kota besar lain. Suasananya mirip-mirip di Kota Semarang dan Jakarta.
Soal air bersih di sini ya cukup memperihatinkan. Untuk air tanah atau air sumur di sini nampaknya berbau, dan warnanya agak kekuningan. Saudara saya ini malah tidak menyarankan untuk berkumur dengan air ini, mungkin karena air ini tak layak untuk konsumsi. Air untuk konsumsi orang-orang di sini menggunakan air bersih lain.
Tidak jauh berbeda dengan ibukota Jakarta, di sini rumah tinggal seperti kontrakan cukup banyak. Ada gang-gang kecil banyak didominasi rumah-rumah petak untuk kontrakan, ada yang terlihat kumuh ada yang biasa saja. Ya gambaran keadaan ekonomi masyarakat kita yang nampaknya masih butuh rumah tinggal yang layak. Ya setidaknya ini masih akan menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia.
Sesuatu yang tidak berbeda ketika saya kecil datang ke Surabaya hingga sekarang saya datang kembali ke sini adalah Surabaya masih saja banyak nyamuk, ya untuk yang tinggal di kawasan padat penduduk. Entah kalau yang tinggal di kawasan perumahan layak lainnya. Ini yang saya rasakan saja.
Bandara Juanda
Beruntung dari perjalanan saya kali ini saya bisa menemukan dan mendatangi tempat-tempat baru. Tempat yang baru buat saya, yang saya datangi kali ini adalah Bandara Juanda. Awalnya saya kira bandara ini berada di wilayah Kota Surabaya, ternyata saya salah.
Bandara Juanda itu ternyata terletak di Sidorajo, Jawa Timur. Ya tidak jauh memang untuk orang Surabaya untuk menuju bandara ini. Pertama kali datang ke bandara ini seperti mirip-mirip Bandara Ngurah Rai, Denpasar dulu sebelum berubah seperti sekarang. Suasana tempat parkirnya juga mirip sekali. Kemudian tak jauh beda dengan suasana parkir di Bandara Soeta, Cengkareng, Tanggerang. Ya mungkin seperti di Jakarta, dikira bandaranya di wilayah Jakarta, tetapi sebenarnya Soeta terletak berdekatan juga dengan wilayah Tanggerang yang mana masuk Provinsi Banten. Hanya saja di Bandara Juanda ini suasananya nampak ramai sekali, saya datang berkunjung ketika malam hari.
Lusa nanti tanggal 27/6 saya dan tanta akan check in di bandara ini, mungkin ada sesuatu yang bisa ditambahkan dari perjalanan saya ini. Mengenai suasana dari bandara ini. Karena bandara ini merupakan bandara ketiga yang saya kunjungi selain Ngurah Rai, Denpasar, dan Bandara Wai Oti (Frans Seda), Maumere dan sekarang ini Bandara Juanda, Sidoarjo. Dan nanti saat transit di Makassar saya juga akan mensinggahi tempat baru lagi.
Saya senang bisa berkunjung dan singgah di tempat-tempat baru. Menambah pengalaman buat saya, pernah ke sini, ke situ. Paling tidak bisa untuk berbagi cerita buat yang belum pernah. Sekian dulu catatan trip saya ke Surabaya. Tambahan catatan akan saya tulis di kolom komentar. Sampai jumpa dicatatan selanjutnya (^_^)?