Pernahkah tahu kuliner yang namanya serabi kinca? Entah dari mana asal kuliner yang satu ini. Yang jelas saya mengenal kuliner ini dari orang tua saya, terutama ibu yang membuatkannya. Karena cukup mudah untuk membuat kuliner yang satu itu. Kebetulan juga ibu saya ini bisa membuat segala macam kuliner bubur-buburan yang terbuat dari tepung beras dan tidak membutuhkan biaya lebih untuk itu. Jadi sering sekali ibu saya membuat kuliner rakyat yang banyak ragamnya itu.
Serabi dalam wadah sebelum dicampur dengan kinca |
Santan dan gula merah cair, untuk disiram sebagai kuah serabi |
Hasil akhir, serabi kinca siap santap |
Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari 'mbah Google', kuliner serabi kinca ini berasal dari tanah Sunda, tepatnya berasal dari Bandung, Jawa Barat. Serabi dalam serabi kinca ini sama atau mirip dengan kuliner serabi pada umumnya atau apem di Jawa. Kalau apem sendiri berasal dari turunan kata 'appom' atau 'appam' dari India. Makanan apem ini digunakan masyarakat Jawa untuk sesajen bagi para leluhur dan para dewa. Kalau serabi kinca sendiri menurut saya seperti pancake yang biasa dijual di cafe-cafe. Hanya saja pada serabi kinca ini ada teman gula merah cair dan santan untuk disiram dikue serabi.
Serabi kinca dalam hal ini serabinya itu dibuat dari bahan dasar tepung beras, yang kemudia dibuat adonan. Adonan ini kemudian dicetak ke dalam loyang berbentuk serabi atau loyang cembung. Untuk teman kuah siramnya berasal dari santan kelapa, bisa juga dari santan instan atau dari santan kelapa parut. Kemudian gula merah yang dipanaskan hingga cair. Serabi kinca yang dimaksud ini adalah serabi kinca ala tanah Pasundan.
Serabi kinca ini jadi kuliner kesukaan saya. Ketika saya mudik pulang kampung, saya selalu minta ibu membuatkan kuliner ini. Kebetulan saat ini saya sedang dibuatkan kuliner serabi kinca. Jadi saya coba buatkan dokumentasinya dan catatannya di sini. Setidaknya jika saya kangen dengan kuliner satu ini saya bisa mengingatnya ketika membaca tulisan ini. Soalnya jarang sekali pedagang atau cafe atau apa lah itu yang menjual kuliner ini, wajar karena jajanan ini termasuk jajanan pasar yang untuk sekarang ini belum dianggap layak dijual di lingkup cafe. Lalu mungkin jika masuk di cafe harganya tidak lagi harga pasar, jadi jelas menghilangkan nilai-nilai jajanan pasar. ha3x, ya itu menurut saya. Sekian catatan kuliner saya ini ; )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar