Tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh internasional. Dimana di setiap negara yang punya kelas pekerja terbawah mempunyai hari istimewa untuk menyampaikan segala macam unek-unek, aspirasi dan segala sesuatu lain untuk mereka perjuangkan. Tujuannya adalah demi kesejahteraan dan kehidupan yang layak.
Masalah perburuhan tidak hanya terjadi di negara sedang berkembang seperti Indonesia, bahkan sampai negara maju pun mengalami permasalahan perburuhan, mungkin dengan kadar masalah yang relatif berbeda. Bahkan di Jerman aksi demo May Day berakhir ricuh di tahun 2013 ini. Kita tahu Jerman adalah negara maju, jauh kalau dibandingkan dengan Indonesia. Tak hanya itu, buruh di Spanyol pun melakukan demo atas peningkatan pengangguran sampai 27%. Demo buruh di Istambul, Turki yang juga mengalami bentrokan. Negara lain di luar negeri sana yang serupa dengan Indonesia, sama-sama negara sedang berkembang adalah Yunani, yang sempat mengalami krisis, buruhnya pun melakukan demo hingga melumpuhkan angkutan umum. Kemudian demo di Manila, Filipina. Lalu demo buruh juga terjadi di Kamboja. Dan negara-negara lain di dunia, dimana kesejahteraan buruh masih dipandang sebelah mata.
Di Indonesia sendiri, masalah perburuhan cukup kompleks. Dari masalah kesejahteraan, jaminan kesehatan, penghasilan minimum, sistem kerja kontrak, sampai hal-hal lain seputar keadaan ekonomi yang memberatkan kesejahteraan buruh dan rakyat yaitu soal kenaikan harga BBM, kenaikan harga-harga barang dll. Beberapa Presiden yang telah punya kesempatan memimpin bangsa ini belum ada yang berhasil menyelesaikan masalah perburuhan, yaitu mengakomodir dua elemen, buruh dan pengusaha. Indonesia termasuk ke dalam negara sedang berkembang, dan ini bisa jadi gambaran dari perekonomian yang terjadi di negara kita ini.
Bagaimana pun suatu negara mengklaim telah mesejahterakan rakyatnya, namun gejolak dari elemen bawah masyarakat terus-menerus, itu tanda bahwa klaim pemerintah belum bisa dibuktikan. Siapa yang disejahterakan? Di Indonesia gap antara si kaya dan si miskin terlalu jauh. Pemerintah selalu mengklaim bahwa perekonomian terus tumbuh, rakyatnya bisa mampu ‘membeli’ sesuatu yang dianggap bukan kebutuhan penting, seperti produk otomotif atau elektronik dsb. Terutama soal kemacetan, pemerintah menilai itu salah satu bentuk kesejahteraan rakyat, mereka telah dianggap mampu. Tapi pemerintah tidak melihat semua itu dibiayai dengan “hutang” alias “kredit”. Ketika sumber pendapatan tidak lagi ada atau mencukupi, “hutang” atau “kredit” tidak akan bisa terbayar dan yang terjadi kredit macet. Inilah yang disebut perekonomian keropos, seperti yang terjadi pada perekonomian jaman orde baru.
Buruh termasuk kedalam kelompok masyarakat kelas bawah, dan hampir kebanyakan rakyat kelas bawah bekerja di sektor ini. Ketika pemerintah tidak bisa mensejahterakan masyarakat di kelompok ini sebenarnya tugas pemerintah yang diamanatkan undang-undang dasar belum bisa diwujudkan. Masyarakat kelas bawah pada kenyataannya selalu sulit memperoleh akses-akses kesehatan, pendidikan serta pekerjaan yang layak, sehingga hidup mereka akan selalu berada di lingkaran setan. Tugas pemerintah seharusnya memfasilitasi rakyatnya yang lemah ini. Tidak dengan memberi begitu saja, tetapi memberi dengan mendidik serta membina.
Jika tiba waktunya bangsa ini dipimpin oleh pimpinan yang amanah, cita-cita bangsa bisa dipastikan akan terwujud, meski tidak sempurna, namun ada sesuatu yang bisa diperoleh rakyatnya. Rakyat bisa mendapat kesehatan, pendidikan serta pekerjaan yang layak sehingga bisa memenuhi kebutuhan dasarnya adalah penting untuk diwujudkan. Begitu pun dengan kepentingan buruh-buruh di seluruh negeri ini.
Apabila semua itu terwujud, ketika peringatan May Day, ada yang berbeda. Kalau tahun-tahun lalu May Day selalu dilakukan dengan aksi demonstrasi, mobilisasi buruh dengan aksi blokir, pengrusakan atau lain-lainnya, tapi di waktu dimana semua itu telah terwujud aksi-aksi negatif buruh tidak akan ada lagi. Yang ada adalah aksi pawai damai atau pawai kebudayaan yang menampilkan segala kreativitas para buruh atas hasil cipta-rasa-karsa mereka dalam bekerja. Mereka bisa menampilkan hasil kerja keras mereka, dan ketika hubungan antara pengusaha dan buruh sudah baik, yang terjadi adalah demonstrasi produksi. Suatu hal yang menarik, dan bila hal ini terjadi pastinya akan jadi ajang promosi untuk hasil produksi dalam negeri.
Suatu kondisi yang diidamkan semua pihak di negeri ini. Itulah yang saya maksudkan, ketika pada peringatan May Day sudah tidak ada lagi aksi demonstrasi dan mobilisasi buruh untuk berdemo besar-besaran, itu adalah waktu dimana kesejahteraan buruh bisa diwujudkan. Kapan hal itu terjadi? Entah, tidak ada yang tahu. Butuh berapa calon pemimpin negara untuk itu? Tentu tidak ada yang tahu, yang bisa menjawab adalah pribadi-pribadi calon pemimpin negeri ini, bisa atau tidak mewujudkan mimpi yang indah itu? Kalau tidak bisa, pemimpin itulah yang membuat mimpi buruk terus terjadi di negeri ini, di negeri yang katanya kaya raya dengan segala sumber dayanya. (^_^)? Hidup buruh!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar