Senin, 20 Mei 2013

Trip Pulkam Mei 2013

Akhirnya setelah sekian lama, saya bisa trip dengan sepur lagi hari ini. Soalnya beberapa bulan lalu ketika trip ‘pulkam’, moda transportasi travel yang saya pilih, karena kepraktisan dan ada dana lebih. ha3x. Berhubung bulan ini sedang dalam masa keterbatasan, trip dengan sepur jadi pilihan, alasannya lebih murah. Sebenarnya sih kalau dibandingkan enak menggunakan sepur, soalnya banyak sesuatu yang bisa diamati, kesempatan untuk bersosialisasi jadi lebih luas. Kalau menggunakan travel itu  waktu kita hanya untuk duduk dan tidur, paling ya ngobrol dengan teman sekursi.

Trip kali ini melelahkan, ya wajar karena selama ini saya sangat jarang menggunakan angkutan umum di ibukota. Rasanya macam ‘nano-nano’, ramai rasanya. Ada panas, sumpek, belum lagi was-was copet, plus capek itu semua jadi teman perjalanan. Yang jadi catatan si soal panas dan capeknya ini. Biasa saya naik motor ke tempat tujuan tak perlu menunggu, tinggal tancap gas, masalahnya ya paling macet dan panas. Kalau sekarang, sebelum berangkat saja saya sudah berolahraga, jalan kaki euy, ya lumayan 700 meter lah dari kosan Yulimar menuju jalan utama Margonda. Dari jalan utama mesti nyebrang lagi ke arah Stasiun Pondok Cina. Moda angkutan KRL comuter jadi piihan karena alasan efisiensi waktu dan kenyamanan, meski tidak terlalu nyaman juga. Soalnya yang saya tahu hanya dengan angkutan itu. Kalau soal cost nya sih ya relatif mahal, tiket comuter aja Rp 8.000,00, belum lagi angkutan dari stasiun transit ke stasiun keberangkatan.

Sejak ada peraturan baru comuter tidak berhenti di Stasiun Gambir cukup merepotkan. Karena kalau mau trip ke Jawa  dari Depok, moda transportasi yang strategis ya comuter. Sejak tidak boleh turun di Gambir, otomatis pilihan turun ya di Stasiun Gondangdia sebelum Gambir dan Stasiun Juanda setelah Gambir. Dari situ ya terpaksa harus melanjutkan dengan angkutan yang lain entah bisa bajaj, kopaja atau ojek. Kalau saya tadi itu dari Gondangdia terpaksa naik ojek, ya Rp 10.000,00 harus saya keluarkan, awalnya ojeknya minta bayaran lebih, tapi akhirnya ketemu diangka itu, karena saya tak mau ribet lagi menawar, karena saya sudah gerah sekali. Ya inilah yang membuat saya tak terlalu suka menggunakan angkutan umum di ibukota, karena untuk perjalanan tertentu saja banyak biaya yang harus dikeluarkan dan gerahnya, kesulitan dapat angin sih.

Awalnya memang saya inginnya sih naik motor saja ke Gambir, lalu motor saya dititipkan di sana. Namun takutnya saya terlalu lama di kampung halaman akhirnya niat itu saya urungkan. Faktor keamanan juga jadi pertimbangan saya.

Akhirnya saya sampai juga ke Gambir. Sampai stasiun langsung menuju loket tiket. Awal-awal cukup was-was soal harga tiket, berapa ya? Maklum saya sudah lama juga tidak naik sepur. Mengingat selama ini tiket kereta terkadang harganya sulit diprediksi, kadang mahal sekali, kadang ya biasa aja. ha3x … Tanya di loket, “Tiket untuk Cireks tujuan Cirebon, berapa?” Jawab si mba petugas karcisnya, “Rp 75.000,00 berangkat jam 13:30.” Saat itu pula legah rasanya, budgetnya masih sisa, lumayan lah buat ongkos ngangkot di kampung halaman. Akhirnya bayar dan duduk deh di ruang tunggu, soalnya masih 1,5 jam lagi.

Owh iya, ada catatan saya kali ini. Untuk setiap perjalanan dengan menggunakan kereta api ini, pihak KAI sudah menerapkan displin berangkutan. Dari soal membeli tiket untuk keberangkatan langsung saja, kita calon penumpang harus menunjukan KTP. Kemudian untuk masuk ke loket juga sama menunjukan KTP. Memang lebih ribet, ya tapi inilah cara KAI untuk meminimalisir calo tiket.

Waktu keberangkatan masih lama, jadi ya saya mengeluarkan Lenov dan buat postingan ini, sekalian mengisi waktu luang lah. Sekian dulu lah share saya, lanjut lagi nanti setelah saya sampai kampung halaman, “kota udang”. Bye. (^_^)?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar