Ada sebuah slogan, “waktu
adalah uang, time is money”. Mungkin ada benarnya slogan itu, terutama bagi
pebisnis, atau juga bagi kita awam yang melakukan aktivitas seperti biasa.
Waktu sangat berharga karena kita tidak dapat mengulang waktu yang sudah
terlewat. Di dunia nyata seperti sekarang ini tidak ada “mesin waktu” seperti cerita
“Doraemon” atau “Teko Ajaib” yang bisa memaninkan waktu sesuka hati dan
kebutuhan.
Saya sih bukan mau membahas sekelumit soal itu. Saya
hanya ingin membuat tulisan ini karena kegelisahan, kekesalan terhadap mereka
yang tidak bisa menghargai waktu. Jujur si, saya sangat amat membenci hal
tersebut, menyepelekan waktu itu sunggu sebuah tindakan yang sangat
menyebalkan, itu menurut saya, entah bagi yang berpandangan lain. Tidak masalah
ketika waktu dipermainkan jika tidak ada orang yang dirugikan, alias hanya
merugikan diri sendiri. Memang saya juga bukan orang yang sempurna menghargai
waktu, namun berusaha melakukan yang terbaik masih lebih baik.
Hari ini, ya seperti biasa, melihat teman yang
terbiasa bermain-main dengan waktu. Yang pertama jelas, saya salut, hebat dan
bisa mempermainkan waktu, segala sesuatu dilakukan dengan mepet. Biasanya sih
yang dibutuhkan orang semacam ini adalah keberuntungan, selama keberuntungan
selalu berpihak terhadapnya, bermain-main dengan waktu itu akan sangat
menyenangkan, mungkin lebih seru dibandingkan dengan naik roller coaster.
Teman saya punya rencana travelling, jauh-jauh hari semuanya sudah dipersiapkan matang, dari
akomodasi berangkat hingga pulang, akomadasi di tempat tujuan pun dipersiapkan
dengan cukup baik berikut tempat tujuan yang akan dikunjungi. Semua itu sudah
tercatat sesuai jadwal, dan ada jam (waktu)-nya. Buat saya, yang terpenting
adalah keberangkatan, kenapa, karena kita berangkat dengan transportasi umum,
yakni kereta, dimana kereta sudah punya jadwal tertentu, yang apabila kita
melewatkannya, kita akan tertinggal kereta. Jelas hal ini seharusnya jadi
peringatan serius bagi yang mau melakukan perjalanan.
Jadwal keberangkatan kereta pukul 11.30 siang. Ya
seperti biasa, kebiasaan yang sangat menyenangkan buat teman saya itu, selalu
mepet dalam segala hal. Waktu luang ada sedari pagi, meski pagi hari sempat
diisi dengan aktivitas ibadah. Tapi jelas ada waktu sisa banyak. Kalau
alasannya packing, pertanyaannya, “Kenapa
tidak dipersiapkan tadi malam?” Jadi pagi hari sudah tinggal finishing, dan jam 09.00 pagi sudah
siap, tinggal mengingatkan hal-hal lain. Kenyataannya yang teman saya lakukan
ini lain. Entah tidak tahu jadwal keberangkatan kereta atau apa, baru berangkat
jam 10.00, mending itu langsung sampai stasiun keberangkatan. Ternyata jam 10.00
baru berangkat ke stasiun komuter untuk menuju stasiun keberangkatan. Lanjut
lagi di stasiun komuter masih menunggu rekan, akhirnya sampai jam 11.00 lewat,
masih stug menunggu teman. Entahlah,
apa bisa dapat kereta yang 11.30 sesuai yang dijadwalkan? Tiket dll sudah
dibeli, lalu bagaimana bila tertinggal? Cuma keberuntungan yang bisa
menemaninya untuk menghindarkan dirinya dari kerugian.
Saya berharap, semua yang terbaik, yang penting adalah
pelajaran, biar KAPOK. Malah lebih
baik adalah benar-benar tertinggal kereta, karena penyesalan itu tamparan yang
cukup berharga dibandingkan diingatkan orang lain. Kerugian tiket yang sudah
dibeli dengan harga yang jauh dari harga normal untuk tiket kereta ekonomi.
Atau bila memang keberuntungan berpihak, semoga masih bisa berpikir hal
tersebut jadi pelajaran
Masih banyak hal lain yang sering saya alami,
berkaitan dengan waktu ini. Hal lain yang tidak saya suka adalah statement “anda yang butuh saya, jadi ketika anda menunggu saya, itu adalah hal
yang wajar”. Ini sering sekali dialami saya dan mungkin banyak orang,
ketika kita tidak punya posisi tawar.
Pernah melamar pekerjaan, atau interview atau psikotes dll. Biasanya selalu ada jadwal yang
diberikan. Nah kebanyakan pihak si penawar kerja atau perusahaan ini
seenak-enaknya saja mengulur waktu, entah apa itu alasannya. Contoh yang sering
terjadi, jadwalnya itu jam 10.00, tetapi waktu pelaksanaan itu molor 1-2 jam
dari waktu yang ditentukan. Pihak pelamar dalam hal ini tidak bisa protes,
karena berada di posisi yang lemah, karena jika “melawan”, statement yang diatas tadi yang akan keluar (“anda yang butuh saya, jadi ketika anda menunggu saya, itu adalah hal
yang wajar”). Jujur saya tidak suka dengan cara ini, tapi apa boleh buat.
Catatan penting buat saya, ketika saya ada di posisi
mereka (pemberi kesempatan kerja), saya harus berusaha komitmen dengan waktu.
Bukan apa-apa, mereka mencari orang yang disiplin, tapi mereka sendiri tidak
disiplin, dan ketika menemukan orang yang tidak disiplin mereka dengan seenaknya
“mencoret” atau mendiskualifikasinya. Keadilan itu harus dijunjung, ingin
rasanya menampar orang yang melakukan hal itu dengan jam dinding ukuran besar, “BIGBBEN”, supaya KAPOK. Kebanyakan departemen human
recources melakukan hal ini. Entah apa yang mereka cari? Kembali, kita
sebagai pelamar harus kembali mengalah.
Masih
banyak contoh-contoh lain dalam kehidupan sehari-hari orang-orang yang tidak
menghargai waktu. Dan mereka semua itu nyaman karena keberuntungan selalu
bersama mereka, sehingga apa yang mereka lakukan seakan-akan jadi aktivitas
legal, padahal ada banyak yang dirugikan akibat perilaku mereka. Sedangkan
mereka yang patuh, disiplin dengan waktu selalu jadi pihak yang dirugikan,
jarang sekali yang ditemani keberuntungan. Bagaimana membuat mereka KAPOK?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar