Jumat, 10 Mei 2013

Melihat Aksi Kontra Teroris dari Sudut Lain

Lucu sebenarnya ketika melihat judul-judul artikel di media online menyoal penangkapan terduga teroris di beberapa daerah beberapa hari lalu. Inti dari artikel itu ada yang menganggap aksi Densus88 Polri adalah sebagai pengalihan isu, ada yang menganggap aksi pencokokan terduga teroris di sarangnya sebagai ‘teroristaiment’, ada juga yang menganggap Densus88 tidak profesional dalam bertugas, serta masih banyak komentar-komentar lain yang menganggap miring usaha pemberantasan terorisme.

Saya tidak habis pikir, seharusnya teroris itu sudah harus menjadi musuh bersama bangsa ini. Kita wajib mengkritisi, tapi setidaknya melihatnya lebih arif. Saya malah berpikir komentar-komentar artikel itu justru mengamini dari perbuatan kriminal terduga teroris itu. Jujur lah, apa yang dilakukan terduga terorisme dan pelaku-pelaku yang sudah terhukum sebagai seorang teroris telah merugikan sebagian pihak, terutama pihak yang merasa dasar tindakan yang dilakukan atas dasar keyakinan suatu kepercayaan.

Pihak Densus88 Polri yang dalam hal ini berwenang memberantas terorisme harusnya didukung seluruh lapisan masyarakat. Buanglah pikiran negatif bahwa Densus88 adalah alat asing. Densus88 itu perangkat yang kita miliki, jadi bagaimana perangkat itu digunakan oleh pihak asing, salahkan oknum yang mau diatur pihak asing itu, jangan salahkan kinerja mereka memberantas teroris. Toh semua jelas bisa dibuktikan bahwa mereka memang pelaku tindak terorisme. Yang terpenting lagi adalah bagaimana mencegah tindak terorisme itu terjadi. Jadi bertindak sebelum terjadi korban adalah penting, jangan menunggu korban, toh bukankah itu yang masyarakat minta? Kenapa sekarang dipermasalahkan?

 

Komentar saya atas anggapan Densus88 memperagakan aksi ‘teroristaiment’. Sebenarnya apa Densus88 meminta untuk semua adegan pencokokan terduga teroris divideokan? Apakah mereka ingin membuat film tentang aksi mereka? Siapa sih yang merekam aksi mereka sehingga bisa dilihat publik, sehingga dianggap sebagai tayangan enteriment? Itukan kerjaan media massa kita, yang berusaha mengabarkan berita secara update dan langsung di TKP. Lalu kenapa Densus88 yang disalahkan? Nanti apabila Densus88 melakukan tindakan tertutup, nanti dikira ada unsur teselubung atau rekayasa. Jadi bingung juga saya meihat komentar sebagian orang. Soal penayangan di media ada aturan yang mengatur, pastikan saja aturan itu berjalan dengan baik. Semua sudah dibuat dengan aturan yang membatasi agar berjalan sebagaimana mestinya. Densus88 Polri pun berlaku sesuai aturan, yang pasti kita pastikan itu berjalan dengan baik, sehingga tidak ada aturan yang dilanggar sehingga berdampak luar biasa. Kalau mau menonton teroristaiment sudah cukup banyak tayangan yang menyungguhkannya, film-film produksi hollywood dan lokal pun bisa membuatnya dan menayangkannya koq, so masalahnya dimana?

Komentar saya soal ketidakprofesionalan Densus88 dalam menangani kasus terorisme. Saya yakin Densus88 sudah dilatih sebagaimana mestinya dalam menangani aksi teror, bagaimana pun skenarionya. Saya tak habis pikir dengan anggota DPR yang berkomentar, kenapa? Ketika ada korban dari Densu88, Densus88 kembali disalahkan, mereka ceroboh lah, ada SOP yang tidak dilakukanlah dll. Ketika Densus88 melakukan antisipasi terhadap serangan yang melawan petugas, dan petugas melawan dengan melumpuhkan kembali hal ini disalahkan. Saya yakin, Densus88 berusaha mencari informasi dari para terduga teroris, namun hal ini juga harus realistis ketika di TKP. Ketika pilihan akhir melumpuhkan dengan mematikan apa boleh buat. Yang jelas Densus88 punya alasan profesional untuk itu. Densus88 di lapangan punya resiko tersendiri yang tidak dialami mereka yang duduk di dewan. Setidaknya saran yang positif diberikan untuk mengangkat mental petugas di lapangan. Kritisi boleh saja, namun juga harus realistis. Bertindak sebelum terjadi kasus terorisme adalah penting dan harus dilakukan.

Komentar soal pengalihan isu. Kalau yang ini memang sudah kesalahan pemerintahan terdahulu, selalu menggunakan isu lain untuk menutupi kasus lain, sehingga media dan masyarakat menganggap demikian. Apalagi belakangan rencana kenaikan BBM sedang ramai dan belum juga final, sudah ditambah aksi penangkapan terorisme. Yang jelas, masyarakat tetap harus memantau semuanya dengan baik, apa yang terjadi. Soal penangkapan teroris sudah ada prosedurnya dan Polri punya itu. Dan yang dilakukan adalah usaha preventif. Dan kita harus mengakui, bahwa aliran ektermis yang menghalalkan kekerasan selalu ingin dilakukan, dan ini harus dicegah, bukankah tidak ada kepercayaan mana pun yang mengajarkan kekerasan? Jadi dukunglah segala bentuk pencegahan atas kasus kekerasan, toh belakangan, para terduga teroris ini adalah pelaku perampokan yang sedang mencari dana untuk aksi teror mereka. Jadi teroris wajib jadi musuh bersama, bukan cuma Densus88 Polri.Komentar soal pengalihan isu. Kalau yang ini memang sudah kesalahan pemerintahan terdahulu, selalu menggunakan isu lain untuk menutupi kasus lain, sehingga media dan masyarakat menganggap demikian. Apalagi belakangan rencana kenaikan BBM sedang ramai dan belum juga final, sudah ditambah aksi penangkapan terorisme. Yang jelas, masyarakat tetap harus memantau semuanya dengan baik, apa yang terjadi. Soal penangkapan teroris sudah ada prosedurnya dan Polri punya itu. Dan yang dilakukan adalah usaha preventif. Dan kita harus mengakui, bahwa aliran ektermis yang menghalalkan kekerasan selalu ingin dilakukan, dan ini harus dicegah, bukankah tidak ada kepercayaan mana pun yang mengajarkan kekerasan? Jadi dukunglah segala bentuk pencegahan atas kasus kekerasan, toh belakangan, para terduga teroris ini adalah pelaku perampokan yang sedang mencari dana untuk aksi teror mereka. Jadi teroris wajib jadi musuh bersama, bukan cuma Densus88 Polri.

 

Buat saya, terorisme adalah kejahatan, dan harus dibasmi sampai akar-akarnya. Aksi terorisme dengan mendasarkan pada suatu kepercayaan apa pun itu adalah salah. Teroris adalah kriminal dan harus diberangus. Mereka sama jahatnya seperti penjahat perang, dan wajib dihukum sesuai aturan yang berlaku di dunia. Urusan mereka percaya mereka akan dapat tempat khusus di “surga”, itu urusan keyakinan mereka, dan kalau bisa harus diluruskan, kalau pun mereka tidak mau, biar Tuhan Yang Maha Kuasa yang membuktikan cara mereka itu benar atau salah. Nanti kita bisa melihatnya ketika kita sudah tiba waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar