[Sumber: otomotifnet] |
"It's my blog and my first blog" Di sini juga sebagai tempat saya berbagi pandangan.
Senin, 27 Mei 2013
RC213V Produksi Massal Mulai Menjalani Tes
Sabtu, 25 Mei 2013
Corat-coret: Rumah Sakit dan Hotel
Siapa yang tak kenal rumah sakit, dan siapa yang tak mengenal hotel? Sebuah tempat yang berbeda, namun punya kesamaan jika dilihat dari sudut pandang tertentu. Kalau hotel, banyak orang menginginkan mengunjunginya, sedangkan sebaliknya, rumah sakit jadi tempat yang tidak ingin dikunjungi, kalau pun harus mengunjungi itu pada keadaan tertentu, ya ketika sakit.
Apa yang saya tulis ini terinspirasi dari beberapa hari saya berada di rumah sakit. Ya, seperti postingan di blog pribadi saya, Netbook cocoper6, saya sedang menjaga om saya yang sedang sakit. Selama beberapa hari di rumah sakit, saya melihat ada kesamaan antara rumah sakit dengan hotel.
Pembedanya hanyalah rasa ketika kita tinggal di dua tempat tersebut. Ketika kita tinggal di sebuah hotel, perasaan kita adalah senang, hiburan, melepaskan segala kepenatan. Sebaliknya ketika kita tinggal di rumah sakit, yang dirasa ya kesakitan, kegelisahan, ketidakbetahan, kejenuhan serta rasa sakit apabila kita merupakan pasien dari rumah sakit tersebut.
Kalau bahas sol kamar, ya kalau di rumah sakit kita memilih ruang perawatan untuk kelas VIP atau VVIP, tentunya bisa merasakan suasana perawatan yang nyaman lengkap dengan segala fasilitasnya, ya ada kamar mandi dalam, kemudian televisi, kulkas, ada juga extra bed, mungkin juga sofa, wastafel, meja dan peralatan pendukung kenyamanan pasien dan keluarganya. Untuk soal biaya juga jelas berbeda untuk memperoleh semua fasilitas tersebut. Tidak jauh berbeda jika kita memilih sebuah hotel berbintang, ada harga lebih yang harus dibayar atas fasilitas yang diharapkan.
Sebagai pembanding saja, di rumah sakit tempat om saya dirawat kenas cas Rp 450.000,00 per malam, untuk pukul 00:00 perhitungan biayanya. Harga yang tak jauh berbeda untuk hotel berbintang, minimal bintang tiga. Ya inilah yang saya bilang ada kesamaan antara rumah sakit dan hotel, yang membedakan ya tadi perasaan si empunya sewa di ruang perawatan rumah sakit atau di kamar hotel tersebut.
Saya pun merasakan demikian, di ruang perawatan VIP rumah sakit ini relatif nyaman, ya tak berbeda dengan hotel. Hanya saja, untuk tempat tidurnya bukan spring bed layaknya tempat tidur hotel, tetapi tempat tidur dorong (mekanik). Ya setidaknya ruang perawatan VIP ini jadi tempat inap sementara kami yang menunggui pasien yang sakit yakni om saya. Keluarga bisa berkumpul di sini, di tempat yang nyaman bak hotel, meski ras yang kami rasakan di sini berbeda jika kami menginap di sebuah hotel. Tapi tak apalah, kebersamaan berkumpul bersama keluarga itu yang tidak jauh berbeda jika kita bermalam di hotel bersama keluarga.
Nah jadi sekarang, pilih mana, mau menginap di rumah sakit atau di hotel? ha3x … Pertanyaan bodoh kayanya. Jelaslah kita akan memilih hotel untuk menginap, daripada rumah sakit yang mempunyai fasilitas bak hotel. Karena harga sebuah ketenangan dan, kesehatan mahal harganya. Jadi kalau sekarang baru hanya mampu menikmati suasana hotel ala rumah sakit, ya harap maklum, karena nanti suatu ketika bermalam di hotel berbintang tak lagi malu atau minder. (^_^)?
Selasa, 21 Mei 2013
Wiskun: Bubur Sop Ayam ala Pedagang Cirebon
Bubur ayam, semua pasti sudah sering mencicipi makanan yang satu ini. Ya wajar saja, biasanya dikonsumsi untuk santap sarapan. Bubur ayam banyak ragamnya itu yang saya tahu. Karena sering sekali saya menemukan bubur ayam disajikan dengan rupa dan cita rasa yang berbeda. Tetapi intinya ya tetap bubur atau nasi yang dimasak lembut dan suir-suir daging ayam jadi poin wajib.
Bubur ayam yang sering saya temui ada bubur ayam kering, ada bubur ayam yang agak berkuah, dan ada yang berkuah banyak. Nah yang saya temui di sini adalah bubur ayam yang berkuah, namaya adalah bubur sop ayam. Setidaknya itu yang saya lihat di spanduk kain yang dipasang di gerobak jualannya.
Bubur sop ayam ini sangat banyak kuahnya, jadi itu bubur seperti terbanjiri kuar. Malah dari tampilannya buburnya tak terlihat karena tertutup kuah kaldu tauco yang berwarna coklat, kemudian suiran ayam, kol, seledri dan kacang. Soal rasa yang saya rasakan ketika menikmati kuahnya yaitu berasa seperti kuah tauco. Bumbu tauconya sangat terasa, karena seperti ada kacang kedelainya. Yang saya tahu itu tauco itu terbuat dari kacang kedelai.
Kalau rasa keseluruhan sih biasa saja, tidak terlalu berkesan. Ya begitulah yang saya rasakan ketika menyantap menu kuliner bubur ayam. Tapi setidaknya dengan mengenal ragam menu bubur ayam jadi menambah wawasan tersendiri. Setidaknya sih kalau lagi sakit, menu bubur pasti jadi pilihan karena kelembutannya, jadi nanti tinggal pilih menu bubur yang model apa.
Sekian dulu share saya soal kuliner yang saya temui. Ya paling tidak ini jadi tempat saya untuk berbagi dan sekaligus jadi catatan pribadi saya. Sampai jumpa di jenis kuliner yang lainnya. (^_^)?
Senin, 20 Mei 2013
Semoga My Uncle Lekas Sembuh
Akhirnya setelah perjalanan 4 jam dengan kereta, saya sampai juga di kampung halaman. Sebelumnya saya sempat posting ketika saya masih di stasiun, dan sekarang saya sudah sampai, namun ada sesuatu yang membuat saya sedih. Niat bertemu dan berkumpul keluarga dengan suasana yang baik-baik saja berubah jadi lain. Musibah selalu datang di saat yang tidak kita duga. Meski selalu ada tanda yang mendandai, namun karena kita kurang peka sehingga membuat hal ini semua terjadi tiba-tiba.
Tujuan pulkam saya kali ini memang ingin bertemu om saya, om yang paling dekat (adik bungsu dari ayah). Namun ternyata, belum sampai rumah, saya sudah diberi kabar yang kurang mengenakan. Om saya itu mengalami gangguan kesehatan, dia mengalami serangan stroke.
Saya kaget ketika mendengar itu. Ketika itu ayah saya sedang bersama saya, dia menjemput saya ke stasiun. Ibu dan om saya di rumah. Sore itu om saya sedang asyik memperbaiki peralatan elektronik yang rusak di rumah. Itulah hobinya dan sekaligus keahliannya. Sejak kedatangannya Jumat 17/5 lalu, dia terlihat sibuk, memang seperti biasa ketika dia main ke rumah, selalu membereskan sesuatu yang tidak beres.
Mungkin karena faktor kelelahan membuat tensi darah naik tinggi. Dia pusing hebat, dan akhirnya membuatnya hilang kesadaran, ketika itu kondisinya sudah seperti orang stroke. Saat itu ibu saya sendirian di rumah, dan harus mencari bantuan tetangga untuk membawa om saya ke rumah sakit terdekat. Saya sempat berbapapasan dengan mereka. Setelah saya sampai rumah saya langsung menyusul ke rumah sakit.
Ketika saya lihat dia, cukup parah memang kondisinya, stroke yang menyerangnya membuat sebagian tubuhnya tidak bisa berfungsi normal. Untuk berbicara dan bergerak saja sulit. Akhirnya dr. menyarankan untuk ct-scan, karena kondisi om ku saat itu muntah dan mengeluhkan pusing. Hasil tes tensi darah cukup tinggi, mencapai angka 195, katanya normalnya itu 120-125. Say cukup buta dengan angka itu, tetapi yang saya tahu hanya itu berbahaya.
Hasil ct-scan akhirnya keluar dan ternyata tensi darah yang tinggi itu membuat pembuluh darah di kepala nya pecah, dan kondisinya seperti sekarang yang terjadi. Sedih sekali saya melihat dia. Dia yang biasanya bersemangat, senang bercanda ketika bertemu ponakannya jadi berbeda. Saya sedih sangat, air mata ini jadi tak sengaja ya keluar begitu saja, namun saya coba tahan. Y bagaimana tidak sedih, niat pulang bisa berkumpul bersama, bercanda bersama jadi seperti ini.
Malam ini, dia masih berada di ruang observasi ICU. Saya berharap kondisinya lekas membaik, sehingga kita akan pelan-pelan untuk menyembuhkan strokenya itu, meski tidak sempurna namun keberadaan dia di tengah kami sangat penting. Siapa pun tidak mau kehilangan orang yang disayang bukan? Kondisi ini membuat situasinya jadi 50:50, meskipun om saya masih dalam kondisi sadar, ya palinng tidak masih bisa diajak komunikasi dengan segala keterbatasannya, kita yang menanggapinya pun mesti sabar mengetahui maksud dari ucapan dan gestur tubuhnya. Yang jelas, sakit yang dia rasakan tidak bisa dibohongi.
Saya berharap om saya bisa kembali berkumpul di tengah kami. Dia yang memang paling perhatian pada kami ponakannya, jujur saya sangat sedih melihatnya seperti ini. Tuhan, bantu om ku untuk sembuh, saya percaya Tuhan sayang. Tuhan tahu betapa baiknya dia bagi kami, Tuhan menolong kami melaluinya, Tuhan sentuh om saya agar dia bisa sehat dan bisa melihat kami ponakan-ponakannya berhasil. Tuhan, kabulkanlah doa kami yang menyanganginya. Gbu.
Trip Pulkam Mei 2013
Akhirnya setelah sekian lama, saya bisa trip dengan sepur lagi hari ini. Soalnya beberapa bulan lalu ketika trip ‘pulkam’, moda transportasi travel yang saya pilih, karena kepraktisan dan ada dana lebih. ha3x. Berhubung bulan ini sedang dalam masa keterbatasan, trip dengan sepur jadi pilihan, alasannya lebih murah. Sebenarnya sih kalau dibandingkan enak menggunakan sepur, soalnya banyak sesuatu yang bisa diamati, kesempatan untuk bersosialisasi jadi lebih luas. Kalau menggunakan travel itu waktu kita hanya untuk duduk dan tidur, paling ya ngobrol dengan teman sekursi.
Trip kali ini melelahkan, ya wajar karena selama ini saya sangat jarang menggunakan angkutan umum di ibukota. Rasanya macam ‘nano-nano’, ramai rasanya. Ada panas, sumpek, belum lagi was-was copet, plus capek itu semua jadi teman perjalanan. Yang jadi catatan si soal panas dan capeknya ini. Biasa saya naik motor ke tempat tujuan tak perlu menunggu, tinggal tancap gas, masalahnya ya paling macet dan panas. Kalau sekarang, sebelum berangkat saja saya sudah berolahraga, jalan kaki euy, ya lumayan 700 meter lah dari kosan Yulimar menuju jalan utama Margonda. Dari jalan utama mesti nyebrang lagi ke arah Stasiun Pondok Cina. Moda angkutan KRL comuter jadi piihan karena alasan efisiensi waktu dan kenyamanan, meski tidak terlalu nyaman juga. Soalnya yang saya tahu hanya dengan angkutan itu. Kalau soal cost nya sih ya relatif mahal, tiket comuter aja Rp 8.000,00, belum lagi angkutan dari stasiun transit ke stasiun keberangkatan.
Sejak ada peraturan baru comuter tidak berhenti di Stasiun Gambir cukup merepotkan. Karena kalau mau trip ke Jawa dari Depok, moda transportasi yang strategis ya comuter. Sejak tidak boleh turun di Gambir, otomatis pilihan turun ya di Stasiun Gondangdia sebelum Gambir dan Stasiun Juanda setelah Gambir. Dari situ ya terpaksa harus melanjutkan dengan angkutan yang lain entah bisa bajaj, kopaja atau ojek. Kalau saya tadi itu dari Gondangdia terpaksa naik ojek, ya Rp 10.000,00 harus saya keluarkan, awalnya ojeknya minta bayaran lebih, tapi akhirnya ketemu diangka itu, karena saya tak mau ribet lagi menawar, karena saya sudah gerah sekali. Ya inilah yang membuat saya tak terlalu suka menggunakan angkutan umum di ibukota, karena untuk perjalanan tertentu saja banyak biaya yang harus dikeluarkan dan gerahnya, kesulitan dapat angin sih.
Awalnya memang saya inginnya sih naik motor saja ke Gambir, lalu motor saya dititipkan di sana. Namun takutnya saya terlalu lama di kampung halaman akhirnya niat itu saya urungkan. Faktor keamanan juga jadi pertimbangan saya.
Akhirnya saya sampai juga ke Gambir. Sampai stasiun langsung menuju loket tiket. Awal-awal cukup was-was soal harga tiket, berapa ya? Maklum saya sudah lama juga tidak naik sepur. Mengingat selama ini tiket kereta terkadang harganya sulit diprediksi, kadang mahal sekali, kadang ya biasa aja. ha3x … Tanya di loket, “Tiket untuk Cireks tujuan Cirebon, berapa?” Jawab si mba petugas karcisnya, “Rp 75.000,00 berangkat jam 13:30.” Saat itu pula legah rasanya, budgetnya masih sisa, lumayan lah buat ongkos ngangkot di kampung halaman. Akhirnya bayar dan duduk deh di ruang tunggu, soalnya masih 1,5 jam lagi.
Owh iya, ada catatan saya kali ini. Untuk setiap perjalanan dengan menggunakan kereta api ini, pihak KAI sudah menerapkan displin berangkutan. Dari soal membeli tiket untuk keberangkatan langsung saja, kita calon penumpang harus menunjukan KTP. Kemudian untuk masuk ke loket juga sama menunjukan KTP. Memang lebih ribet, ya tapi inilah cara KAI untuk meminimalisir calo tiket.
Waktu keberangkatan masih lama, jadi ya saya mengeluarkan Lenov dan buat postingan ini, sekalian mengisi waktu luang lah. Sekian dulu lah share saya, lanjut lagi nanti setelah saya sampai kampung halaman, “kota udang”. Bye. (^_^)?
Kamis, 16 Mei 2013
My Room D205 Yulimar
My room D205 |
My room D205 |
My Work Table
My work table ;p |
Rabu, 15 Mei 2013
Kompor Gas Portable
Kompor gas portable "Rinnai" dan tabung gas "HI-COOK" |
Selasa, 14 Mei 2013
Corat-coret: Buntu ;(
Sudah tiga hari ini saya punya masalah dengan ide. Tidak tahu, kenapa ketika sudah di depan Lenov, langsung ‘ngeblank’, bingung mau ngapain. Kewajiban awal si saya tahu, tapi setelah itu mau buat apa bingung. Apa karena posisi duduknya yang ga PeWe ya? Tidak tahu lah.
Ada banyak yang ingin saya buat, tetapi ketika menuangkan langsung itu hilang semua. Konsepnya muncul ketika saya mandi, atau sedang berkendara, saat tiba waktunya di depan Lenov, konsepnya hilang. Kadang setelah mandi atau setelah berkendara, langsung tuh lupa gitu saja, jadi ya begini ini, mau buat apa tidak tahu. Daripada kosong, ya saya buat catatan ini, siapa tau ini buat pancingan. (*_*)?
New Name "Netbook cocoper6"
Saya memutuskan mengganti nama blog pertama saya menjadi "Netbook cocoper6". Beberapa waktu lalu saya menggunakan "Naturality II", tapi hari ini saya putuskan untuk merubahnya, karena blog ini akan saya gunakan sebagai blog pribadi, khusus menyimpan catatan yang sifatnya pribadi. Saya tetap kelola dua blog aktif, yaitu Naturality dan Netbook cocoper6. Naturality akan saya jadikan blog umum. Blog publik saya tetap ada di Naturality, sedangkan Netbook cocoper6 adalah blog pribadi yang sifatnya khusus, not for public.
Minggu, 12 Mei 2013
Kenali Blogging Saat Masih Sekolah
Blogging buat saya masih jadi aktivitas yang menyenangkan, karena anggap sebagai hobi, mengisi waktu luang, daripada melamun, blog bisa jadi wadah lamunan kita. Cuma, saya menyesal baru mengenal aktivitas mengasyikan ini ketika saya di bangku kuliah.
Coba saya mulai mengenal sejak saya sekolah dasar, mungkin sudah banyak sesuatu yang saya peroleh, banyak hal yang bisa kita peroleh dari aktivitas ini. Yang utama adalah pengetahuan yang banyak tersedia di internet, kemudian kemampuan kita menulis atau mengungkapkan sesuatu bisa terus diasah, kemampuan memahami sesuatu dengan membaca pun jadi lebih baik. Waktu sekolah jadi tidak hanya diisi dengan kegiatan yang hubungannya dengan akademik, tetapi ada juga refresing yang menarik dari internet.
Mungkin jaman saya dulu, internet jadi sesuatu yang mahal. Bahkan untuk perangkat komputer, harganya sangatlah mahal. Mungkin jika jaman dulu seperti sekarang lain cerita. Ke depannya, saya mencoba mengenalkan hobi yang satu ini ke anak-anak yang masih sekolah, paling tidak ada hal positif yang bisa mereka kerjakan daripada nongkrong, gank motor, tawuran atau main game online yang sifat candunya sangat amat tinggi. Efek blogging lebih banyak nilai positifnya.
Jadi apa salahnya mengenal blogging dari usia belia. Toh sudah banyak blogging muda yang sukses dengan bloggingnya di usia yang masih muda. Menarik bukan ;) Mari!
Densus 88 Anti Teror Mabes Polri
Belakangan ini dengan ramainya pemberitaan soal kasus terorisme, nama Densus 88 kembali terkenal. Densus 88 merupakan tim khusus antiteror yang menangani kasus-kasus kejahatan terorisme milik Mabes Polri. Pada intinya, Densus 88 dilibatkan pada kasus kriminal atau kejahatan teror, terutama yang menggunakan senjata api dan bom yang mengancam keamanan masyarakat sipil. Itulah yang sejauh ini saya ketahui mengenai Densus 88.
Kembali soal pemberitaan, Densus 88 ini kalau saya lihat ya, kadang dibela, kadang juga dicaci atau dipertanyakan keprofesionalannya. Saya pernah membuat postingan yang berjudul Melihat Aksi Kontra Terorisme dari Sudut Lain. Di situ saya mencoba memandang Densus 88 dari sisi yang lain, ditengah berbagai pendapat yang menurut saya memojokan tugas penanganan kontra terorisme di Indonesia. Sepertinya sebagian masyarakat Indonesia masih menganggap aksi terorisme yang ada itu hanya sebuah rekaan, terutama ketika Densus 88 melakuan aksi preventif. Tetapi sebaliknya, ketika Densus 88 bergerak setelah terjadi kasus terorisme, Densus 88 dihujat atas kecolongannya.
Di tengah pemberitaan Densus 88 yang sepertinya dipojokan itu, Densus 88 pun pernah menerima pujian, atas keberhasilan menangkap pelaku terorisme yang ketika itu benar-benar menampar Indonesia, ketika korban dari aksi terorisme itu sudah dianggap kejahatan kemanusiaan. Keberhasilan Densus 88 sangat diharapkan masyarakat Indonesia.
Ya itu dulu, tetapi sekarang sepertinya pandangan masyarakat sepertinya sudah berubah, terkesan sebagian masyarakat Indonesia mengamini tindakan terorisme. Masyarakat kita tampak munafik dengan hal ini, dan tidak mau terbuka diri memang ada oknum-oknum masyarakat Indonesia yang berusaha mengahalalkan terorisme di negeri ini, dan itu harusnya dilawan bersama, apa pun kepercayaan yang oknum itu anut. Saya menganggap hal ini terjadi karena pandangan negatif masyarakat Indonesia, terutama sebagian masyarakat tertentu yang punya pandangan keyakinan tertentu, yang menganggap Densus 88 adalah alat dari asing (barat), untuk merusak salah satu keyakinan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan latar belakang itu, saya ingin mencoba tahu lebih soal sejarah Densus 88. Mungkin tidak banyak yang akan saya catat, karena keterbatasan saya atas informasi yang ada, karena kebanyakan informasi yang saya peroleh menganggap Densus 88 sebagai pasukan yang tumpang tindih, dan Densus 88 masih dianggap sebagian orang (blogger) dan orang tertentu sebagai organisasi tak profesional, ya karena alasan-alasan klasik “alat barat”. Wajar, itu pendapat masing-masing orang, asalkan tidak merusak keutuhan negara ini dengan pandangan mereka yang seperti itu. Oleh karena itu informasi seputar Densus88 saya peroleh dari Wikipedia saja yang lebih netral.
Densus 88, itulah sebutan yang lebih sering digunakan ketika diberitakan soal aksi kontra terorismenya. Tahukah nama panjangnya? Densus 88 adalah kependekan dari Detasemen Khusus 88, merupakan satuan khusus Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk penanggulangan teroris di Indonesia. Pasukan khusus ini memang dilatih khusus untuk menangani segala bentuk ancaman teror, termasuk teror bom hingga penyanderaan. Beberapa dari anggota Densus 88 merupakan anggota tim Gegana.
Densus 88 Mabes Polri diperkirakan berkekuatan 400 personel, yang terdiri dari ahli investigasi, ahli bahan peledak (penjinak bom) dan unit pemukul yang di dalamnya terdapat ahli penembak jitu (sniper). Di masing-masing kepolisian daerah (Polda) juga memiliki unit antiteror Densus 88 yang beranggotakan 45-75 orang, namun dengan fasilitas dan kemampuan yang lebih terbatas. Fungsinya memeriksa laporan aktivitas teror di daerah; melakukan penangkapan kepada personel atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan keamanan negara Republik Indonesia.
Densus 88 merupakan salah satu dari unit antiteror yang dimiliki Indonesia, selain Detasemen C Gegana Brimob, Detasemen Penanggulangan Teror (Dengultor) TNI AD alias Grup 5 Anti Teror; Detasemen 81 Kopasus TNI AD; Detasemen Jalamangkara (Denjaka) Korps Marinir TNI AL; Detasemen Bravo (Denbravo) TNI AU; dan Satuan Antiteror BIN.
Satuan ini diresmikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya, Inspektur Jenderal Firman Gani, pada tanggal 26 Agustus 2004. Densus 88 ini awalnya beranggotakan 75 orang, yang dipimpin oleh Ajun Komisaris Besar Polisi Tito Karnavian. Densus 88 dibentuk dengan Skep. Kapolri No. 30/VI/2003 tertanggal 20 Juni 2003, untuk melaksanakan Undang Undang No. 15 Tahun 2003 tentang penetapan Perpu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yaitu dengan kewenangan melakukan penangkapan dengan bukti awal yang dapat berasal dari laporan intelejen manapun, selama 7 x 24 jam (sesuai pasal 26 dan 28). Undang-undang tersebut populer di dunia sebagai “Anti-Terrorism Act”.
Bahasan kita kini ke soal filosofi dari angka “88”. Angka 88 berasal dari kata ‘ATA (Anti-Terrorism Act)’, yang jika dilafalkan dalam bahasa Inggris erbunti ‘Ei Ti Ekt’. Pelafalan ini kedengaran seperti ‘eighty eight (88)’. Jadi bila ada anggapan bahwa angka ‘88’ itu merupakan representasi dari korban jiwa bom Bali terbanyak yaitu 88 orang warga Australia, dan representasi dari “borgol” yang membentuk angka ‘8 adalah salah’. Ada pula pandangan yang selama ini beredar pandangan di masyarakat bahwa Densus 88 merupakan pasukan buatan asing (barat), dalam rangka niat mereka menumpas suatu keyakinan tertentu, sehingga membuat Densus 88 dianggap tak profesional. Wajar pandangan ini muncul karena memang Densus 88 dibuat dengan atas biaya dari pemerintah USA.
Densus 88 dibiayai oleh pemerintah USA, melalui bagian Jasa Keamanan Diplomatik (Diplomatic Security Service) Departemen Luar Negeri USA. Mengenai pelatihannya sendiri, dilatih oleh instruktur dari CIA, FBI dan U.S. Secret Service. Pengajarnya kebanyakan bekas anggota pasukan khusus USA. Informasi tadi dipandang lain oleh petinggi Polri saat itu yang sebenarnya intinya sama saja. Menurut mereka (petinggi Polri saat itu) terdapat bantuan signifikan dari pemerintah USA dan Australia dalam pembentukan dan operasional Densus 88. Paska pembentukan, Densus 88 dilakukan pula kerja sama dengan beberapa negara lain seperti Inggris dan Jerman.
Soal persenjataan, pasukan Densus 88 dilengkapi persenjataan dan kendaraan tempur, seperti senapan serbu, pistol Colt M4, senapan serb Steyr AUG, HK MP5, senapan penembak jitu Armalite AR-10, shotgun Remington 870. Soal kendaraan tempur, selama ini Densus 88 menggunakan kendaraan sipil untuk melakukan penggerebekan ke sarang teroris. Hal ini untuk menyamarkan operasi agar tidak mudah diketahui.
Sebenarnya bagian inilah (dua paragraf di atas) yang menjadi titik kelemahan Densus 88, ketika dianggap sebagai pasukan khusus bentukan asing, bukan dibentuk atas dasar kebutuhan Polri sendiri, mengingat pada tahun itu, dunia internasional sedang terpukul atas aksi terorisme yang menjadi-jadi. Padahal bila dilihat dari kacamata lain, sebenarnya memang Polri membutuhkan tim ini, mengingat efek paham radikal juga sudah masuk ke Indonesia, dibuktikan dengan kasus-kasus teror yang membuat banyak jatuh korban, dimana keadaan ini jelas merusak citra Indonesia sebagai negara timur yang damai. Jadi menurut saya, selama Polri berjalan sesuai undang-undang yang berlaku, memang sudah seharusnya, jadi disitulah keprofesionalan Polri. Tidak usahlah kita mencampur adukan dengan keyakinan-keyakinan yang “salah”, toh tidak ada paham yang menghalalkan pembantaian atas orang-orang yang tak bersalah. Apabila, sebagian orang itu berpandangan bahwa mereka (negara-negara barat) pun melakukan hal yang sama di suatu negara, ada cara lain untuk meluruskannya, dan bila jalan “radikal” yang dpilih, janganlah lakukan itu di negara ini. Itu sudah cukup jelas, dan tak perlu diperdebatkan. So, do it in your place, don’t in here.
Terorisme di Indonesia ini muncul memang ada banyak hal yang mempengaruhi, dari kesejahteraan masyarakat sampai ke pandangan ideologis yang masyarakat anut. Coba bila melihat daerah-daerah di dunia sana yang tinggi tingkat terorism-nya, kesejahteraan masyarakat secara ekonomi tidak terlalu baik, perut yang kosong membuat mereka mudah dimasuki pandangan-pandangan yang radikal. Tapi kesejahteraan yang baik juga tidak menjamin ada masyarakatnya yang tidak berpandangan radikal. Intinya, penegakan hukum yang tegas harus dilakukan dengan profesional dan tanpa pandang bulu.
Selama ini pandangan mereka yang radikal itu tidak mampu mengkombinasikan hukum dunia dan hukum Tuhan. Intinya seperti itu, jadi ketika ada permasalahan perbedaan pandangan yang prinsipil, hukum di Tuhan dan hukum dunia menjadi tumpang tindih. Padahal, hukum Tuhan itu digunakan untuk memagari hukum dunia, agar tetap sesuai koridor hukum Tuhan. Tuhan menurut keyakinan apapun tidak pernah mengamini kekerasan atau penghilangan nyawa orang dalam bentuk apa pun.
Pandangan saya ini jelas akan dianggap lain oleh masyarakat yang “phobia barat” atau “phobia Israel”, atau yang lebih ekstrim “phobia Yahudi”. Mereka pastinya akan menentang bagaimana pun caranya. Ya inilah yang membuat dunia tidak pernah damai, ketika perbedaan pandangan diselesaikan dengan kekerasan dan perang, diantara dua pihak atau lebih yang bertentangan. Dunia yang penuh kedamaian menjadi cita-cita bersama seluruh warga dunia, namun hal itu bisa terwujud jika warga masing-masing negara di dunia mampu menciptakan kedamaian pula, mengikis pemahaman radikal yang salah. Dan juga hapuskan dunia dari pemaksaan kehendak untuk urusan apapun, karena setiap individu punya kebebasan memilih kehendaknya selama berada dijalur aturan yang berlaku.
Di sini saya mencoba objektif melihat peran Densus 88, ketika memang Densus 88 perlu dikritisi ya lakukan untuk membangun. Tidak ada alasan apapun sebuah lembaga atau organisasi buatan negeri sendiri bisa disetir oleh asing. Hal ini terjadi karena terlalu seringnya bangsa ini bergantung pada bantuan asing. Cobalah untuk lepas dari ketergantunggan asing, “berdikari” bisa jadi pilihan, meski bukan berarti memutus diri dengan pergaulan dengan negara lain. Peace and love in world ;p
Sabtu, 11 Mei 2013
Corat-coret: Sesuatu Itu Kalau Melihat Saldo ATM Menipis
Pagi ini nampak begitu cerahnya. Tapi ketika melihat tanggalan, ini tanggal 11 #pusing menyerang ;( Why? Because hari ini adalah tanggal JT pembayaran tagihan 'sewa tinggal'. Oh my God (*_*)? Mau ga mau sebagai 'warga tinggal' yang baik kewajiban ini harus diselesaikan, tidak boleh lewat. #pusing karena bulan ini dan bulan lalu kondisi keuangan saya memang tidaklah baik, ya nampaknya benar-benar 'terseok-seok'.
ATM jadi solusi untuk masalah ini. Namun apa boleh buat, prinsip pegadaian tak berlaku di sini, "menyelesaikan masalah tanpa masalah". Melihat saldo di ATM semakin menipis, tambah #lieur ini kepala, apa yang terjadi jika dalam waktu ini dikuras sejumlah angka tertentu, bisa dibayangkan berapa sisa saldonya ... ;( Masalah bayar 'sewa tinggal' bisa terselesaikan, tetapi permasalahan di depan mata menanti. Yups, mau tak mau harus dihadapi. Memang, sesuatu ketika melihat saldo ATM tidak sesuai yang diharapkan, ketika pemasukan sudah sulit diperoleh. I hope better future ;)
Jumat, 10 Mei 2013
Ngeblog Adalah Seni dan Hobi
Ngeblog, bagi sebagian orang merupakan aktivvitas membosankan, karena hanya duduk di depan komputer/ laptop/ netbook, hanya berteman dengan tuts keyboard, untuk menuliskan sesuatu. Nampaknya lebih menyenangkan bila bermain game online. Mungkin lah itu anggapan sebagian orang yang menganggap ngeblog sesuatu yang tak menyenangkan. Namun bagi saya adalah sesuatu yang menyenangkan.
Duduk berjam-jam di depan Lenov, netbook kesayangan ku adalah sesuatu yang menyenangkan. Ada banyak sesuatu yang bisa saya ketahui dari jendela dunia, yang namanya internet. Aktivitas ngeblog tentunya berhubungan dengan internet bukan? Iya pasti tentunya. Berkunjung ke blog-blog lain jadi kegiatan yang menyenangkan, melihat sesuatu yang mereka (pemilik blog lain) tawarkan.
Buat ku ngeblog adalah seni dan hobi. Seni, kenapa disebut seni, karena yang dilakukan dalam ngeblog adalah bagaimana merangkai kata, dan merangkai kata merupakan seni, seni menulis. Kemudian dikatakan hobi, karena memang bagi sebagian orang menulis adalah hobi, tidak semua orang menyukainya. Hobi adalah aktivitas yang dilakukan atas dasar kesenangan. Tak kalah seperti hobi ku yang lainnya, seperti memancing, bersepeda, travelling, dan membaca. Dua hal, seni dan hobi ini sepertinya berkaitan erat dalam aktivitas ngeblog. Ya begitulah menurut saya.
Ngeblog buat saya adalah bagaimana saya membuat rumah di dunia maya. Blog adalah rumah di dunia maya. Rumah yang sebenarnya bisa dimiliki siapa saja, dibandingkan mempunyai rumah di dunia nyata. Apa sih sebenarnya definisi rumah? Rumah itu sebagai tempat bernaung, berlindung, menyimpang segala macam hal-hal yang berkaitan dengan diri kita, ya itulah fungsi rumah. Hanya saja fungsi rumah yang saya anggap ada dalam blog tidak bisa dijadikan tempat untuk berlindung, dan sepertinya itu yang membedakan.
Ngeblog akan terasa menyenangkan bila kita melakukannya tanpa beban, bisa setiap saat menyalurkan apa yang ada di pikiran kita, unek-unek, ide, segala macam yang kita ingin simpan dilakukan atas dasar keinginan suka-suka. Namun ketika ngeblog jadi aktivitas keharusan, paksaan yang menimbulkan beban, maka ngeblog sudah tak lagi menyenangkan. Jadi buat saya, menjaga agar blog tetap menyenangkan, ya janganlah buat aktivitas ngeblog itu jadi beban. Lakukan secara mengalir, apa yang ingin kamu tulis hari ini, tulislah, lakukan jika kamu ingin. Hal lain yang membuat blog mu tetap “hidup”, jika kita menganggap blog inii sebagai rumah, kita pasti akan berusaha membuat rumah kita ini selalu layak untuk ditinggali, selalu terlihat menarik, dan pastinya itu semua dilakukan bukan atas dasar kewajiban, tapi lebih keinginan yang wajar.
Ada blog yang digunakan untuk mencari uang, atau wadah untuk berniaga, itu sah-sah saja, sama seperti saya menganggap blog ini rumah. Memang jujur, ketika awal memulai ngeblog keinginan pertama adalah memperoleh keuntungan dari ngeblog ini. Tetapi sekarang saya berpikir, keuntungan akan datang dengan sendirinya, ketika keinginan itu datang dari dalam, dan pastinya akan dilakukan dengan senang hati.
Jadi lakukan aktivitas ngeblog mu atas dasar kesenangan, dan jangan dijadikan beban, nikmati dan enjoy saja. Karena ngeblog adalah seni dan hobi ;) Go blog, go write now ;p
Melihat Aksi Kontra Teroris dari Sudut Lain
Lucu sebenarnya ketika melihat judul-judul artikel di media online menyoal penangkapan terduga teroris di beberapa daerah beberapa hari lalu. Inti dari artikel itu ada yang menganggap aksi Densus88 Polri adalah sebagai pengalihan isu, ada yang menganggap aksi pencokokan terduga teroris di sarangnya sebagai ‘teroristaiment’, ada juga yang menganggap Densus88 tidak profesional dalam bertugas, serta masih banyak komentar-komentar lain yang menganggap miring usaha pemberantasan terorisme.
Saya tidak habis pikir, seharusnya teroris itu sudah harus menjadi musuh bersama bangsa ini. Kita wajib mengkritisi, tapi setidaknya melihatnya lebih arif. Saya malah berpikir komentar-komentar artikel itu justru mengamini dari perbuatan kriminal terduga teroris itu. Jujur lah, apa yang dilakukan terduga terorisme dan pelaku-pelaku yang sudah terhukum sebagai seorang teroris telah merugikan sebagian pihak, terutama pihak yang merasa dasar tindakan yang dilakukan atas dasar keyakinan suatu kepercayaan.
Pihak Densus88 Polri yang dalam hal ini berwenang memberantas terorisme harusnya didukung seluruh lapisan masyarakat. Buanglah pikiran negatif bahwa Densus88 adalah alat asing. Densus88 itu perangkat yang kita miliki, jadi bagaimana perangkat itu digunakan oleh pihak asing, salahkan oknum yang mau diatur pihak asing itu, jangan salahkan kinerja mereka memberantas teroris. Toh semua jelas bisa dibuktikan bahwa mereka memang pelaku tindak terorisme. Yang terpenting lagi adalah bagaimana mencegah tindak terorisme itu terjadi. Jadi bertindak sebelum terjadi korban adalah penting, jangan menunggu korban, toh bukankah itu yang masyarakat minta? Kenapa sekarang dipermasalahkan?
Komentar saya atas anggapan Densus88 memperagakan aksi ‘teroristaiment’. Sebenarnya apa Densus88 meminta untuk semua adegan pencokokan terduga teroris divideokan? Apakah mereka ingin membuat film tentang aksi mereka? Siapa sih yang merekam aksi mereka sehingga bisa dilihat publik, sehingga dianggap sebagai tayangan enteriment? Itukan kerjaan media massa kita, yang berusaha mengabarkan berita secara update dan langsung di TKP. Lalu kenapa Densus88 yang disalahkan? Nanti apabila Densus88 melakukan tindakan tertutup, nanti dikira ada unsur teselubung atau rekayasa. Jadi bingung juga saya meihat komentar sebagian orang. Soal penayangan di media ada aturan yang mengatur, pastikan saja aturan itu berjalan dengan baik. Semua sudah dibuat dengan aturan yang membatasi agar berjalan sebagaimana mestinya. Densus88 Polri pun berlaku sesuai aturan, yang pasti kita pastikan itu berjalan dengan baik, sehingga tidak ada aturan yang dilanggar sehingga berdampak luar biasa. Kalau mau menonton teroristaiment sudah cukup banyak tayangan yang menyungguhkannya, film-film produksi hollywood dan lokal pun bisa membuatnya dan menayangkannya koq, so masalahnya dimana?
Komentar saya soal ketidakprofesionalan Densus88 dalam menangani kasus terorisme. Saya yakin Densus88 sudah dilatih sebagaimana mestinya dalam menangani aksi teror, bagaimana pun skenarionya. Saya tak habis pikir dengan anggota DPR yang berkomentar, kenapa? Ketika ada korban dari Densu88, Densus88 kembali disalahkan, mereka ceroboh lah, ada SOP yang tidak dilakukanlah dll. Ketika Densus88 melakukan antisipasi terhadap serangan yang melawan petugas, dan petugas melawan dengan melumpuhkan kembali hal ini disalahkan. Saya yakin, Densus88 berusaha mencari informasi dari para terduga teroris, namun hal ini juga harus realistis ketika di TKP. Ketika pilihan akhir melumpuhkan dengan mematikan apa boleh buat. Yang jelas Densus88 punya alasan profesional untuk itu. Densus88 di lapangan punya resiko tersendiri yang tidak dialami mereka yang duduk di dewan. Setidaknya saran yang positif diberikan untuk mengangkat mental petugas di lapangan. Kritisi boleh saja, namun juga harus realistis. Bertindak sebelum terjadi kasus terorisme adalah penting dan harus dilakukan.
Komentar soal pengalihan isu. Kalau yang ini memang sudah kesalahan pemerintahan terdahulu, selalu menggunakan isu lain untuk menutupi kasus lain, sehingga media dan masyarakat menganggap demikian. Apalagi belakangan rencana kenaikan BBM sedang ramai dan belum juga final, sudah ditambah aksi penangkapan terorisme. Yang jelas, masyarakat tetap harus memantau semuanya dengan baik, apa yang terjadi. Soal penangkapan teroris sudah ada prosedurnya dan Polri punya itu. Dan yang dilakukan adalah usaha preventif. Dan kita harus mengakui, bahwa aliran ektermis yang menghalalkan kekerasan selalu ingin dilakukan, dan ini harus dicegah, bukankah tidak ada kepercayaan mana pun yang mengajarkan kekerasan? Jadi dukunglah segala bentuk pencegahan atas kasus kekerasan, toh belakangan, para terduga teroris ini adalah pelaku perampokan yang sedang mencari dana untuk aksi teror mereka. Jadi teroris wajib jadi musuh bersama, bukan cuma Densus88 Polri.Komentar soal pengalihan isu. Kalau yang ini memang sudah kesalahan pemerintahan terdahulu, selalu menggunakan isu lain untuk menutupi kasus lain, sehingga media dan masyarakat menganggap demikian. Apalagi belakangan rencana kenaikan BBM sedang ramai dan belum juga final, sudah ditambah aksi penangkapan terorisme. Yang jelas, masyarakat tetap harus memantau semuanya dengan baik, apa yang terjadi. Soal penangkapan teroris sudah ada prosedurnya dan Polri punya itu. Dan yang dilakukan adalah usaha preventif. Dan kita harus mengakui, bahwa aliran ektermis yang menghalalkan kekerasan selalu ingin dilakukan, dan ini harus dicegah, bukankah tidak ada kepercayaan mana pun yang mengajarkan kekerasan? Jadi dukunglah segala bentuk pencegahan atas kasus kekerasan, toh belakangan, para terduga teroris ini adalah pelaku perampokan yang sedang mencari dana untuk aksi teror mereka. Jadi teroris wajib jadi musuh bersama, bukan cuma Densus88 Polri.
Buat saya, terorisme adalah kejahatan, dan harus dibasmi sampai akar-akarnya. Aksi terorisme dengan mendasarkan pada suatu kepercayaan apa pun itu adalah salah. Teroris adalah kriminal dan harus diberangus. Mereka sama jahatnya seperti penjahat perang, dan wajib dihukum sesuai aturan yang berlaku di dunia. Urusan mereka percaya mereka akan dapat tempat khusus di “surga”, itu urusan keyakinan mereka, dan kalau bisa harus diluruskan, kalau pun mereka tidak mau, biar Tuhan Yang Maha Kuasa yang membuktikan cara mereka itu benar atau salah. Nanti kita bisa melihatnya ketika kita sudah tiba waktunya.
Gerhana dan Ritual
Penampang gerhana |
Kamis, 09 Mei 2013
Menjalin Hubungan yang Baik
Si Black Anggota Baru Yulimar Cat’s
Beberapa hari yang lalu, di kosan ku, Yulimar ini baru kedatangan anggota baru, bukan anak kosan, tetapi kucing baru. Ya seperti postingan yang sudah-sudah, di Yulimar ini kan dikenal banyak kucingnya. Untuk kucing-kucing yang dirawat di sini ada si belang, si orange, si al, dan si dul. Juga ada si meng induknya si belang dan si orange. Mereka yang resmi jadi anggota di Yulimar. Kalau yang tidak terdaftar lumayan banyak, baik kucing jantan dan betina.
Nah kemarin ini ada kucing baru, warnanya hitam legam, benar-benar hitam full deh. Udah kaya panther aja. Awalnya saya lihat dikira anak tupai besar, teryata kucing. Kucing hitam ini saya panggil si black aja deh, karena warnanya yang full black. Untuk jenis kelaminnya kalau tidak salah sih jantan.
Kucing ini awalnya dikira kucing liar, tetapi koq kucing ini akrab dengan manusia, ketika dipanggil pun datang menghampiri, dan tingkahnya pun tak seperti kucing liar lainnya. Teman-teman di kos menduga kucing ini awalnya memang dipelihara, lalu kemudian di buang. Kondisi si black ini memang kurus, terlihat dari perutnya yang kurus kecil, tetapi kondisi keseluruhan sih baik dari bulu dan mukanya. Namun ada bekas luka bagian perut dan pangkal pahanya, entah karena apa, tapi sudah kering. Kemudian ciri lainnya adalah bentuk ekornya yang bengkok, membentuk letter L.
Kemungkinan untuk ke depannya si black akan jadi anggota baru di Yulimar ini. Saya sendiri sedang mencoba mengakrabkan dengan kucing-kucing lain penghuni lama. Untuk si orange dan si dul sih tidak ada masalah, mereka sepertinya bisa menerima. Namun untuk si belang dan si al agaknya selalu mengajak konfrontasi. Si black sendiri juga punya sifat rewel, brisik sekali dibandingkan kucing-kucing lainnya. Kuda-kuda selalu dipasang, sehingga mungkin dianggap sesuatu yang mengancam bagi si belang dan si al. Tapi mudah-mudahan, ke depannya mereka bisa akrab dengan sering mereka makan bersama. Selamat datang black ;)