Beberapa hari terakhir ini (17/4) setiap jam pulang kantor mulai pukul tujuh malam arah dari Pasar Minggu menuju Depok selalu mengalami kemacetan. Kemacetannya bisa dimulai dari kolong Tanjung Barat. Kemacetan seperti kendaraan menumpuk tidak lancar. Kemacetan akan semakin parah saat terjadi hujan lebat seperti yang terjadi malam ini.
Kemacetan parah luar biasa malam ini, ditambah hujan lebat yang mengguyur wilayah Depok dan Jakarta Selatan, mungkin juga Jakarta dan sekitarnya. Kendaraan yang akan berputar di bawah kolong Tol TB. Simatupang jadi terhambat. Kendaraan yang akan melintas rel kereta yang akan putar balik ke arah Depok dan yang akan mengarah ke Pasar Rebon jadi terhambat. Karena arus kendaraan yang mengarah ke Depok berhenti tak bergerak sama sekali. Akhirnya terjadi penumpukan kendaraan, ditambah lagi jam sibuk kereta komuter line lewat.
Malam ini saya menikmati macet itu ketika menjemput M e m e y di kolong Tol TB. Simatupang. Malam ini saya menunggu di halte. Ketika saya ke sana kondisi di sana sudah cukup crowded, banyak sepeda motor yang berteduh di bawah kolong tol tersebut hingga memakan badan jalan. Otomatis arus kendaraan dari Pasar Minggu jadi terhambat. Macetnya sungguh luar biasa malam itu. Saya memang sudah memprediksikannya sejak beberapa malam kemarin.
Macet ini disebabkan karena pemasangan tembok-tembok pembatas di putaran balik dekat gardu Lenteng Agung. Sering dikenal putaran balik Kampus Biru. Kendaraan yang akan berputar balik ke arah Tanjung Barat dipaksa mengantre mengikuti tembok-tembok pembatas jalan. Maksud awal dari pemasangan tembok separator itu adalah agar kendaraan tertib ketika berputar balik, mengingat ketika berputar balik kendaraan akan melintas rel kereta. Tetapi kenyataannya, volume kendaraan yang melintas jalan itu ketika malam diluar dugaan si pembuat kebijakan. Kendaraan yang akan berputar balik justru relatif banyak, sehingga membuat antrian mengular ke belakang dan ini yang membuat arus yang mengarah lurus ke arah Depok tertumpuk. Inilah yang menjadi biang kemacetannya. Ditambah lagi sikap tidak tertib pengemudi motor yang ingin cepat putar balik di tempat tersebut dengan melawan arus.
Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sepertinya kalau mau mengurangi macet yang terjadi beberapa hari ini. Dulu sebelum dilakukan tembok separator itu tidak ada masalah macet parah seperti ini. Memang macet tapi arus kendaraan lebih cair, karena kendaraan yang akan berputar bisa terdiri dari dua sap, dengan saling menyodok. Cara ini membuat arus kendaraan di belakangnya lebih mudah bergerak untuk maju meski perlahan, berbeda dengan yang terjadi beberapa hari ini. Memang kalau siang hari tidak ada masalah kemacetan berarti, karena volume kendaraan bisa dibilang normal, tetapi kalau malam yang terjadi adalah macet parah.
Dinas terkait harus bertindak, jangan sampai masalah ini berkepanjangan. Cobalah gunakan solusi slogan Pegadaian, "menyelesaikan masalah tanpa masalah". Semoga diperhatikan dalam waktu dekat!!!
Kemacetan parah luar biasa malam ini, ditambah hujan lebat yang mengguyur wilayah Depok dan Jakarta Selatan, mungkin juga Jakarta dan sekitarnya. Kendaraan yang akan berputar di bawah kolong Tol TB. Simatupang jadi terhambat. Kendaraan yang akan melintas rel kereta yang akan putar balik ke arah Depok dan yang akan mengarah ke Pasar Rebon jadi terhambat. Karena arus kendaraan yang mengarah ke Depok berhenti tak bergerak sama sekali. Akhirnya terjadi penumpukan kendaraan, ditambah lagi jam sibuk kereta komuter line lewat.
Malam ini saya menikmati macet itu ketika menjemput M e m e y di kolong Tol TB. Simatupang. Malam ini saya menunggu di halte. Ketika saya ke sana kondisi di sana sudah cukup crowded, banyak sepeda motor yang berteduh di bawah kolong tol tersebut hingga memakan badan jalan. Otomatis arus kendaraan dari Pasar Minggu jadi terhambat. Macetnya sungguh luar biasa malam itu. Saya memang sudah memprediksikannya sejak beberapa malam kemarin.
Macet ini disebabkan karena pemasangan tembok-tembok pembatas di putaran balik dekat gardu Lenteng Agung. Sering dikenal putaran balik Kampus Biru. Kendaraan yang akan berputar balik ke arah Tanjung Barat dipaksa mengantre mengikuti tembok-tembok pembatas jalan. Maksud awal dari pemasangan tembok separator itu adalah agar kendaraan tertib ketika berputar balik, mengingat ketika berputar balik kendaraan akan melintas rel kereta. Tetapi kenyataannya, volume kendaraan yang melintas jalan itu ketika malam diluar dugaan si pembuat kebijakan. Kendaraan yang akan berputar balik justru relatif banyak, sehingga membuat antrian mengular ke belakang dan ini yang membuat arus yang mengarah lurus ke arah Depok tertumpuk. Inilah yang menjadi biang kemacetannya. Ditambah lagi sikap tidak tertib pengemudi motor yang ingin cepat putar balik di tempat tersebut dengan melawan arus.
Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sepertinya kalau mau mengurangi macet yang terjadi beberapa hari ini. Dulu sebelum dilakukan tembok separator itu tidak ada masalah macet parah seperti ini. Memang macet tapi arus kendaraan lebih cair, karena kendaraan yang akan berputar bisa terdiri dari dua sap, dengan saling menyodok. Cara ini membuat arus kendaraan di belakangnya lebih mudah bergerak untuk maju meski perlahan, berbeda dengan yang terjadi beberapa hari ini. Memang kalau siang hari tidak ada masalah kemacetan berarti, karena volume kendaraan bisa dibilang normal, tetapi kalau malam yang terjadi adalah macet parah.
Dinas terkait harus bertindak, jangan sampai masalah ini berkepanjangan. Cobalah gunakan solusi slogan Pegadaian, "menyelesaikan masalah tanpa masalah". Semoga diperhatikan dalam waktu dekat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar