Malam ini sepulang misa sore saya dan M e m e y coba mencari sesuatu untuk makan malam. Kebetulan M e m e y sedang pengen martabak asin. Akhirnya kita cari tukang martabak langganan, tempatnya di deket Stasiun Depok Lama. Tidak percis dekat stasiun sih, soalnya masih di pinggir jalan Margonda-Citayam. Posisinya letter T dari belokan ke arah Stasiun Depok Lama, pas kiri jalan sebelum belokan ke arah stasiun ada tukang martabak, di sana biasa kita beli martabak.
Sambil menunggu martabak asin pesanan, saya coba lihat-lihat DVD di sebelah tukang martabak itu (kanan). Sesudah lihat-lihat, ternyata perut lapar, M e m e y pun belum makan. Nah terlihat di sisi sebelah lagi tukang martabak ada warung empal gentong Cirebon. Begitu sih tulisannya di spanduk warungnya, di situ sih tertulis ada menu khas dari Cirebon seperti nasi jamblang, nasi lengko. Namun di dalamnya hanya menjual empal gentong saja. M e m e y belum pernah makan empal gentong, akhirnya kita cobalah makan di sana.
Warungnya sih sebenarnya tak layak lah, tidak jelas juga bentuknya dan menurut saya sih kotor, kurang nyaman saja. Ketika kami duduk ya sedikit kurang nyaman. Kami pesan dua porsi, tetapi ternyata cuma ada satu porsi, ya sudah tak apalah, toh hanya sekedar mencoba, kalau tidak enak jadi tidak rugi. Sambil menunggu pesanan, saya lihat-lihat ada acar, tapi pas saya lihat acarnya sepertinya sudah tak layak. Lalu saya lihat juga jeruk purut yang ada di pisin, jeruknya pun sudah tak segar lagi. Benar-benar tak layak lah, rasanya saya sudah salah memilih tempat makan.
Tak lama datang itu makanan yang kami pesan. Karena hanya satu porsi empal gentong dan kami berdua, akhirnya lontongnya yang dibuat dua porsi. Ketika saya lihat bentuknya, dari kuahnya, komentarnya saya "Wah, mengecewakan, tidak seperti empal gentong asli yang biasa saya temui di Cirebon." Kemudian saya coba kuahnya, dan ternyata memang tidak jauh berbeda dengan komentar hasil pandangan mata. Saya cicipi kuahnya seperti kuah soto biasa dengan bumbu empal. Kemudian saya coba dagingnya, nah di sini saya jauh lebih kecewa lagi, rasa dagingnya adalah rasa seperti daging busuk. Saya menduga, itu empal dimasak sejak beberapa hari lalu, dan dagingnya sudah tak layak makan, tetapi masih saja dijual. Akhirnya saya tidak makan, saya hanya habiskan lontongnya saja sebagai ganjalan perut karena lapar.
Jujur saya kecewa, dan saya katakan KAPOK untuk ke sana lagi. Saya kecewa karena saya mengajak orang lain untuk merasakan kuliner khas Cirebon, tetapi ternyata rasanya seperti itu. Saya harap kapan-kapan bisa merasakan kuliner empal gentong asli Cirebon yang sebenarnya, bukan empal palsu seperti yang kami makan hari ini. Memang, "rasa itu tidak pernah bohong", percayalah pada indera perasa mu, karena makanan enak pasti punya cita rasa yang "jujur". (^_^)?
Sambil menunggu martabak asin pesanan, saya coba lihat-lihat DVD di sebelah tukang martabak itu (kanan). Sesudah lihat-lihat, ternyata perut lapar, M e m e y pun belum makan. Nah terlihat di sisi sebelah lagi tukang martabak ada warung empal gentong Cirebon. Begitu sih tulisannya di spanduk warungnya, di situ sih tertulis ada menu khas dari Cirebon seperti nasi jamblang, nasi lengko. Namun di dalamnya hanya menjual empal gentong saja. M e m e y belum pernah makan empal gentong, akhirnya kita cobalah makan di sana.
Warungnya sih sebenarnya tak layak lah, tidak jelas juga bentuknya dan menurut saya sih kotor, kurang nyaman saja. Ketika kami duduk ya sedikit kurang nyaman. Kami pesan dua porsi, tetapi ternyata cuma ada satu porsi, ya sudah tak apalah, toh hanya sekedar mencoba, kalau tidak enak jadi tidak rugi. Sambil menunggu pesanan, saya lihat-lihat ada acar, tapi pas saya lihat acarnya sepertinya sudah tak layak. Lalu saya lihat juga jeruk purut yang ada di pisin, jeruknya pun sudah tak segar lagi. Benar-benar tak layak lah, rasanya saya sudah salah memilih tempat makan.
Tak lama datang itu makanan yang kami pesan. Karena hanya satu porsi empal gentong dan kami berdua, akhirnya lontongnya yang dibuat dua porsi. Ketika saya lihat bentuknya, dari kuahnya, komentarnya saya "Wah, mengecewakan, tidak seperti empal gentong asli yang biasa saya temui di Cirebon." Kemudian saya coba kuahnya, dan ternyata memang tidak jauh berbeda dengan komentar hasil pandangan mata. Saya cicipi kuahnya seperti kuah soto biasa dengan bumbu empal. Kemudian saya coba dagingnya, nah di sini saya jauh lebih kecewa lagi, rasa dagingnya adalah rasa seperti daging busuk. Saya menduga, itu empal dimasak sejak beberapa hari lalu, dan dagingnya sudah tak layak makan, tetapi masih saja dijual. Akhirnya saya tidak makan, saya hanya habiskan lontongnya saja sebagai ganjalan perut karena lapar.
Jujur saya kecewa, dan saya katakan KAPOK untuk ke sana lagi. Saya kecewa karena saya mengajak orang lain untuk merasakan kuliner khas Cirebon, tetapi ternyata rasanya seperti itu. Saya harap kapan-kapan bisa merasakan kuliner empal gentong asli Cirebon yang sebenarnya, bukan empal palsu seperti yang kami makan hari ini. Memang, "rasa itu tidak pernah bohong", percayalah pada indera perasa mu, karena makanan enak pasti punya cita rasa yang "jujur". (^_^)?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar